Mumi Burung Beo di Gurun Atacama Ungkap Sisi Gelap Sejarah Manusia

11 Oktober 2021 16:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mumi burung yang ditemukan Gurun Atacama, Chili. Foto: Calogero Santoro/Jose Capriles/PNAS
zoom-in-whitePerbesar
Mumi burung yang ditemukan Gurun Atacama, Chili. Foto: Calogero Santoro/Jose Capriles/PNAS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Semakin kita melihat kehidupan keras nan ekstrem di Gurun Atacama, Chili, semakin banyak hal baru yang kita temukan. Di tempat yang kering ini, bukan hanya iklimnya yang tak bersahabat, penduduknya juga tak kalah bringas.
ADVERTISEMENT
Manusia yang menempati Gurun Atacama rela menghalalkan segala cara demi mendapatkan keuntungan, termasuk menjual apapun yang bisa mereka jual. Salah satunya adalah membawa burung berbulu indah, memeliharanya di tempat kering, lalu menjual bulunya dengan nilai tinggi.
Capriles memang ahli dalam menemukan budaya aneh Amerika pra-Columbus. Kali ini, bersama ibunya, Eliana Flores Bedregal, seorang ahli burung, mereka meneliti kehidupan dan kematian puluhan mumi di mana, beberapa di antaranya adalah mumi beo yang hidup di Gurun Atacama.
Beberapa mumi burung yang ditemukan di situs. Foto: Calogero Santoro/Jose Capriles/PNAS
Total ada enam spesies burung beo yang ditemukan di lima situs arkeologi. Sisa-sisa mumi burung berasal dari 1100 hingga 1450 M. “Bulu burung tropis adalah salah satu simbol paling berharga dari status ekonomi dan sosial di Amerika pra-Columbus,” tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
“Di Andes, pakaian dan tekstil yang diproduksi dengan halus dengan kandungan bulu burung beo tropis berwarna-warni, sebagai simbol kekuatan, prestise, dan perbedaan serta sangat dihargai oleh elite politik dan agama.”
Di balik lipatan gorden yang menakjubkan, burung berwarna-warni ini kemungkinan besar hidup dalam situasi yang menyedihkan di penangkaran, jauh dari hutan Amazon yang menjadi tempat tinggalnya. Berdasarkan analisis sisa-sisa 27 burung beo dan macaw yang ditemukan di situs menunjukkan, mereka kemungkinan dibawa dari Amazon ke padang pasir dan dipelihara di sana.
Perdagangan bulu di Gurun Atacama sendiri sudah berlangsung lebih dari tahun 5050 SM. Ribuan tahun kemudian, bulu masih menjadi ciri khas dan digunakan dalam pakaian, topi, hiasan kepala, serta ornamen lain. Sebagian besar mumi burung yang diperiksa awalnya ditemukan di situs arkeologi bernama Pica 8, terletak dekat oasis di Gurun Atacama yang masih ada sampai sekarang.
ADVERTISEMENT
Mumi macaw merah. Foto: Calogero Santoro/Jose Capriles/PNAS
Peneliti menyebut, ketika burung beo mati, bangkainya dikuburkan di dekat tempat tinggal sang pemilik. “Sebagian besar burung ditempatkan di tempat yang sama dengan kuburan manusia,” tulis para peneliti.
Terkadang, bangkai burung dikuburkan dengan posisi rumit, seperti paruh terbuka dan lidah menjulur, mungkin terkait dengan praktik ritual karena beo dianggap sakral berkat kemampuannya meniru ucapan manusia. Yang lain melebarkan sayapnya, seolah-olah akan terbang ke akhirat untuk selamanya.
Selama hidup, banyak beo yang mengalami sayap patah, kaki diikat, paruh dan cakar dipotong. Meski begitu, tidak semua burung diperlakukan dengan sadis. “Kami sama sekali tidak tahu kenapa burung-burung itu dimumikan,” kata Capriles.
Yang pasti, tidak mudah membawa burung tropis ke padang pasir. Mereka diangkut oleh karavan Ilama, melakukan perjalanan dari Amazon selama berbulan-bulan. Namun, kemungkinan ada juga beo yang didapatkan di tempat lain selain Amazon, yang lebih dekat dengan padang pasir.
ADVERTISEMENT
Sesampainya di sana, burung-burung itu ditahan sebagai hewan peliharaan berharga, dihargai karena bulunya yang menakjubkan, di mana setiap bulu dengan warna indah pasti akan dicabut.
* * *
Ikuti survei kumparan Tekno & Sains dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveiteknosains