Bill Gates

Namanya Dicatut Teori Konspirasi Corona, Bill Gates Angkat Bicara

15 Agustus 2020 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Arnd Wiegmann/Reuters
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pendiri Microsoft, Bill Gates. Foto: Arnd Wiegmann/Reuters
ADVERTISEMENT
Pendiri Microsoft, Bill Gates, adalah salah satu orang yang paling sering dicatut oleh penganut teori konspirasi virus corona. Teori-teori konspirasi tersebut pun beragam, mulai dari Bill Gates yang disebut akan mengontrol pikiran orang melalui microchip vaksin dan jaringan 5G, hingga klaim bahwa ia akan mendapat profit dari penjualan vaksin corona.
ADVERTISEMENT
Menanggapi tudingan tersebut, Bill Gates pun merasa heran dengan klaim tak berdasar penganut teori konspirasi yang dialamatkan kepadanya.
Menurut Gates, orang yang percaya konspirasi itu tak melihat fakta secara jernih. Dia pun menyayangkan bila hoaks teori konspirasi itu akan membuat orang tak mau menjalani imunisasi virus corona.
"Ini aneh. Mereka menerima fakta bahwa saya terlibat dengan (pengembangan) vaksin dan mereka membalikkannya, jadi alih-alih memberikan uang untuk menyelamatkan nyawa, saya dianggap menghasilkan uang untuk menyingkirkan nyawa," kata Gates dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg.
"Jika itu menghentikan orang untuk mengambil vaksin atau melihat data terbaru tentang memakai masker, maka itu masalah besar," sambungnya.
Bill Gates. Foto: REUTERS/Stringer

Meningkatnya gerakan anti-vaksin

Kekhawatiran yang disampaikan Gates memang telah berlangsung saat ini. Menurut laporan Business Insider, teori konspirasi mengenai Bill Gates menjadi salah satu pemicu demonstrasi anti-vaksin corona di Jerman pada Mei 2020.
ADVERTISEMENT
Gerakan anti-vaksin saat ini semakin meningkat. Berdasarkan survei yang dibuat Vaccine Confidence Project pada April 2020, misalnya, menunjukkan bahwa penolakan vaksin corona sangat tinggi di negara-negara Eropa yang relatif tidak terkena pandemi.
Sebuah jajak pendapat yang dibuat Universitas Erfurt di Jerman juga menemukan bahwa jumlah orang Jerman yang menolak vaksin COVID-19 telah turun dari 79 persen pada pertengahan April 2020 menjadi 63 persen pada Mei 2020.
Nampan berisi kandidat vaksin virus corona yang siap di uji coba kepada monyet di Pusat Penelitian Primata Thailand Universitas Chulalongkorn. Foto: AFP/Mladen ANTONOV
Khusus di Amerika Serikat, hanya 55 persen masyarakat yang mau mendapatkan vaksinasi virus corona, menurut survei terbaru oleh Yahoo News dan YouGov. Adapun 26 persen masyarakat mengatakan mereka "tidak yakin" apakah mereka mau mendapatkan vaksinasi, sementara 19 persen lainnya mengatakan mereka tidak berencana untuk vaksinasi sama sekali.
ADVERTISEMENT

Bahaya gerakan anti-vaksin: Pandemi akan semakin lama selesai

Penolakan vaksin corona, di sisi lain, justru membuat pandemi corona tak bakal pernah bisa teratasi. Di saat obat COVID-19 belum ditemukan, pencegahan melalui vaksin adalah satu-satunya cara agar corona tak lagi jadi masalah dan mengganggu kehidupan manusia.
"Saya kira tidak ada yang bisa memprediksi kapan atau apakah penyakit ini akan hilang," kata Direktur Eksekutif WHO, Mike Ryan, di sebuah konferensi pers pada Mei 2020.
"Kami memiliki satu harapan besar jika kami menemukan vaksin yang sangat efektif yang dapat kami distribusikan kepada semua orang yang membutuhkannya di dunia. Kami mungkin memiliki kesempatan untuk melenyapkan virus ini. Tetapi vaksin itu harus tersedia. Itu akan tersedia. harus sangat efektif. Ini harus tersedia untuk semua orang, dan kami harus menggunakannya," katanya.
ADVERTISEMENT
Saat itu, Mike secara sinis menyinggung kehendak manusia yang lemah dalam menghentikan sebuah penyakit.
Dia mencontohkan, sudah banyak vaksin yang terbukti efektif di dunia, salah satunya adalah vaksin campak. Namun, faktanya keberadaan vaksin tersebut tidak mampu menghapus penyakit campak.
Mike Ryan, Executive Director of WHO Health Emergencies Programme. Foto: Denis Balibouse/Reuters
Menurut Mike, ketidakmampuan vaksin campak untuk membasmi penyakit tersebut bukan terletak pada kemampuan vaksin campak itu sendiri. Justru, kata dia, lemahnya kemauan orang untuk mendapatkan vaksin campak dan ketersediaan vaksin tersebut bagi setiap orang di dunia lah yang membuat campak tetap jadi masalah, meski vaksinnya telah ada dan efektif.
Dengan fakta kehendak manusia yang lemah untuk mengatasi penyakit semacam itu, Mike pun pesimis bahwa kita bisa memprediksi kapan pandemi COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona, selesai. Sejauh orang tidak mau divaksin, maka virus corona akan selalu jadi masalah bagi manusia.
ADVERTISEMENT

Vaksin corona perlu diberikan bagi semua orang

Para ilmuwan sendiri mengestimasi bahwa vaksin virus corona perlu diberikan bagi 70 persen populasi dunia. Itu angka yang besar, mengingat populasi manusia ada 7,8 miliar orang.
Masalahnya, tak semua vaksin corona akan dibanderol dengan harga yang terjangkau. Menurut laporan Observer, vaksin yang dibuat Moderna dibanderol dengan harga sekitar 32-37 dolar AS. Sedangkan, vaksin yang dibuat Pfizer dihargai 19,5 dolar AS. Harga tersebut didasari oleh biaya pembuatan yang juga mahal.
Dengan demikian, setiap negara perlu bekerja sama untuk menyediakan vaksin bagi setiap orang di setiap wilayah. Vaksin corona tak boleh hanya tersedia bagi mereka yang mampu atau untuk negara kaya semata, tetapi juga harus dapat terjangkau oleh mereka yang kurang mampu.
Ilustrasi obat virus corona. Foto: kumparan
"Kami membutuhkan kerja sama dalam negara dan antar negara. AS belum membantu memberikan uang pengadaan untuk negara-negara miskin," kata Gates kepada Bloomberg.
ADVERTISEMENT
"Kami telah mendanai lebih banyak penelitian dan pengembangan daripada negara mana pun, tetapi pada pabrik dan pengadaan, kami hanya mengurus diri sendiri. Setiap panggilan yang saya lakukan dengan para pemimpin farmasi dan pemimpin negara adalah dengan tujuan, 'Hei, kita membutuhkan semua orang untuk dilindungi'," sambungnya.
Selain mengajak para pemimpin negara untuk menyediakan vaksin bagi semua orang, Bill Gates juga telah mendonasikan 350 juta dolar AS untuk pengembang vaksin AstraZeneca dan Novavax.
Ilustrasi obat COVID-19. Foto: Shutter Stock
Pada akhir pekan lalu, ia juga mendonasikan 150 juta dolar AS lain untuk produsen vaksin terbesar di dunia yang berbasis di India, Serum Institute. Nantinya, vaksin yang diciptakan pengembang akan dibuat oleh Serum Institute dengan harga 3 dolar AS (Rp 44 ribu). Dia pun memprediksi vaksin corona akan tersedia pada 2021 mendatang.
ADVERTISEMENT
Tentu, pada akhirnya Bill Gates tak akan bisa benar-benar mengatur vaksin macam apa dan dengan harga berapa yang tersedia bagi publik. Vaksin corona perlu melalui uji klinis yang bertahap, di mana penggunaannya perlu persetujuan dari masing-masing regulator negara.
Menurut laporan WHO, saat ini ada 29 vaksin yang telah diuji kepada manusia. Sebanyak 138 vaksin lain juga telah memasuki tahap pra-klinis.
Di saat para ilmuwan sedang berusaha mencari vaksin corona, penting bagi masyarakat awam untuk memahami secara benar kegunaan dari vaksin dan mengapa keberadaannya mendesak saat ini. Percaya pada hoaks konspirasi, dan menolak untuk diimunisasi, pada akhirnya hanya akan membuat virus corona menang dari manusia.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten