NASA Mau Kirim Robot Anjing ke Mars, Buat Apa?

7 Januari 2021 13:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Au-Spot, robot anjing NASA. Foto: NASA/JPL-Caltech
zoom-in-whitePerbesar
Au-Spot, robot anjing NASA. Foto: NASA/JPL-Caltech
ADVERTISEMENT
Badan luar angkasa AS, NASA (National Aeronautics and Space Administration), berencana akan meluncurkan sebuah robot anjing ke Mars di masa depan. Robot bernama Au-Spot itu diproyeksikan untuk menjelajahi medan yang sulit di Mars demi mendapatkan data yang lebih lengkap dari Planet Merah tersebut.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini, eksplorasi di planet Mars dilakukan oleh kendaraan bermotor (rover) penjelajah. Namun, rover punya kekurangan karena hanya bisa berjalan pada permukaan datar.
Mars sendiri, seperti Bumi, memiliki banyak wilayah yang menarik secara ilmiah yang terkadang hanya dapat dijangkau dengan melintasi medan yang sangat kasar atau turun di bawah tanah. Nah, dengan robot anjing, para ilmuwan berpikir mereka bisa mendapatkan data yang lebih banyak dari Mars meski lokasinya berada dalam permukaan yang sulit dilalui.
Au-Spot adalah robot yang dimodifikasi dari robot anjing bernama Spot buatan firma robotik, Boston Dynamics. Setidaknya, ada 60 ilmuwan yang bekerja sama di Collaborative SubTerranean Autonomous Resilient Robots (CoSTAR) untuk memodifikasi Spot menjadi Au-Spot.
Dalam sebuah acara American Geophysical Union (AGU) pada bulan lalu, para peneliti menjelaskan mereka telah melengkapi robot anjing tersebut dengan kecerdasan buatan (AI). Serangkaian peralatan penginderaan juga dipasang untuk membantu robot dapat secara mandiri menavigasi medan berbahaya dan gua bawah permukaan di Mars.
Mars rover. Foto: Triff/Shutterstock
Bahkan, para peneliti bilang Au-Spot bisa bangkit sendiri meski terjatuh dalam petualangannya.
ADVERTISEMENT
"Jatuh bukan berarti misi gagal," kata para ilmuwan selama presentasi, dilansir Live Science. "Dengan menggunakan algoritma pemulihan, robot dapat bangun dari banyak jatuh."
Au-Spot punya bobot 12 kali lebih ringan dari rover penjelajah saat ini. Ia akan mampu melakukan perjalanan dengan kecepatan 5 km per jam selama pengujian. Sebagai perbandingan, sebuah rover penjelajah Mars bernama Curiosity cuma punya kecepatan sekitar 0,14 km per jam.
Sebagai alat penginderaan, robot anjing tersebut memproses masukan dari LIDAR (penginderaan jarak jauh yang menggunakan laser), sensor visual, termal dan gerak untuk membuat peta 3D. Ia juga menggunakan AI untuk mempelajari struktur mana yang harus dihindari, dan untuk mengidentifikasi objek yang mungkin menarik secara ilmiah, sementara modul komunikasi memungkinkan robot untuk mentransfer data ke permukaan saat menjelajahi bawah tanah.
ADVERTISEMENT
Para peneliti di tim CoSTAR saat ini sedang menguji Au-Spot dalam berbagai rintangan. Mereka menempatkannya untuk berjalan melalui terowongan dan lorong, naik tangga, dan di lokasi luar ruangan yang meniru lanskap Mars. Demonstrasi tersebut menunjukkan bahwa robot anjing itu dapat menavigasi di sekitar bebatuan dan memetakan gua yang dalam.
"Perilaku ini suatu hari nanti dapat memungkinkan misi ilmiah revolusioner berlangsung di permukaan dan bawah permukaan Mars, sehingga mendorong batas-batas kemampuan NASA dalam menjelajahi situs yang secara tradisional tidak dapat diakses," kata para ilmuwan di AGU.
Planet Mars. Foto: Jurik Peter/Shutterstock
Meski tidak jelas kapan robot anjing ini akan resmi bertugas untuk menjelajahi Mars, para peneliti yakin ia bisa menjelajahi gua di Mars.
Gua Mars sendiri mungkin menawarkan perlindungan bagi koloni manusia di masa depan, memberikan perlindungan alami terhadap radiasi UV yang mematikan, badai debu yang sangat dingin dan intens yang dapat berlangsung selama berminggu-minggu dan terkadang cukup besar untuk terlihat oleh teleskop di Bumi, menurut NASA.
ADVERTISEMENT
Gua di sana juga mungkin menyimpan bukti kehidupan dari masa lalu Mars, atau bahkan menyediakan rumah bagi organisme yang hidup jauh di bawah tanah, kata para peneliti di AGU.
Dengan robot yang dapat berjalan secara mandiri ke dalam gua sembari mengumpulkan data dari apa yang mereka lihat, tentunya menawarkan kesempatan baru kepada para ilmuwan untuk mendeteksi tanda-tanda kehidupan di luar Bumi.