Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
ADVERTISEMENT
Hasil studi para peneliti menyebut bahwa sapi laut purba pernah hidup di lingkungan yang sekarang menjadi gurun Mesir. Menurut peneliti, sekitar 40 juta tahun lalu wilayah Mesir merupakan area yang subur, kaya akan air, dan menjadi habitat bagi nenek moyang manatee atau sapi laut.
ADVERTISEMENT
Studi menjelaskan, selama Eosen akhir atau sekitar 40 juta hingga 35 juta tahun lalu, Gurun Timur Mesir adalah rumah bagi sapi laut dan dugong. Ini dibuktikan dengan penemuan beberapa fosil Sirenia pertama --ordo yang mencakup manatee, duyung, dan sapi laut Steller yang sudah punah-- di Gurun Mesir. Fosil-fosil itu ditemukan dalam batuan tertentu yang dikenal sebagai Formasi Beni Suef.
Fosil Sirenia yang mereka temukan terdiri dari beberapa tulang belakang, tulang rusuk, dan tulang tangkai. Seperti halnya ikan paus, nenek moyang mamalia dari ordo Sirenia hidup di darat sebelum mereka pindah ke laut. Sirenia paling awal dengan nama ilmiah Pezosiren portelli, diketahui berasal dari Eosen tengah Jamaika, sekitar 50 juta tahun lalu.
ADVERTISEMENT
Menurut para peneliti dari University of Michigan, AS, Sirenia awal termasuk hewan semi akuatik, di mana mereka memiliki tungkai depan dan belakang. Seiring berjalannya waktu, mereka berevolusi dan ordo mamalia laut herbivora ini sepenuhnya menjadi akuatik.
Pada akhir Eosen, semua spesies Sirenia sudah memiliki sirip di tungkai depan dan mereka kehilangan tungkai belakang. Fosil Sirenia yang baru ditemukan ini menunjukkan bahwa dahulu kala Gurun Timur Mesir adalah lingkungan laut yang dangkal.
"Karena mereka adalah mamalia herbivora mereka mendiami perairan laut pesisir dan lahan basah laut," kata Mohamed Korany Ismail Abdel-Gawad, dosen paleontologi vertebrata di Kairo University.
Fosil Sirenia yang berasal dari Zaman Eosen juga ditemukan di wilayah lain di Afrika yang kini menjadi daratan kering, termasuk Libya, Somalia, Togo dan Madagaskar. Penelitian ini belum diterbitkan dalam jurnal peer-review, namun telah dipresentasikan secara virtual dalam konferensi tahunan Society of Vertebrate Paleontology pada 13 Oktober 2020.
ADVERTISEMENT