Ngeri! Istana Ini Dibuat dari Tengkorak dan ‘Darah Manusia’

6 Juni 2024 12:11 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Istana kerajaan Abomey, tempat raja-raja prajurit memerintah.  Foto: Shutterstock/Homo Cosmicos
zoom-in-whitePerbesar
Istana kerajaan Abomey, tempat raja-raja prajurit memerintah. Foto: Shutterstock/Homo Cosmicos
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah istana di Afrika Barat dibuat dengan bahan yang tidak biasa. Bangunan kuno ini konon dibuat menggunakan darah 41 korban persembahan budaya voodoo, dan penelitian baru menunjukkan bahwa legenda tersebut kemungkinan benar adanya.
ADVERTISEMENT
Sebagai ibu kota kerajaan kuno Dahomey, Abomey pernah diperintah oleh total 12 raja dari abad ke-17 hingga awal abad ke-20. Raja kesembilan, Ghezo, memegang takhta dari tahun 1818 hingga 1858 dan terkenal akan kekuasaan dan kekuatan militernya yang sadis.
Baru-baru ini, peneliti mencoba mencari tahu jejak kebrutalan militer Raja Ghezo dengan meneliti bangunan peninggalan masa pemerintahannya.
Dalam studi baru yang terbit di jurnal Proteomics, peneliti menjelaskan bahwa lorong menuju sebuah gubuk dilapisi dengan tengkorak dan tulang rahang manusia yang diduga sebagai musuh Raja Ghezo. Sementara takhtanya dibuat dari tengkorak empat pemimpin yang berhasil ditaklukkan. Di dalam kompleks istana, terdapat gubuk pemakaman yang dibangun dari bahan-bahan tidak biasa.
“Perekat temboknya bukan mortar biasa, tapi diklaim terbuat dari minyak merah dan air kilap yang dicampur dengan darah 41 korban persembahan–41 merupakan angka keramat dalam voodoo,” jelas peneliti. “Para korban mungkin adalah budak atau tawanan dari kelompok musuh.”
ADVERTISEMENT
Dinding gubuk pemakaman Raja Ghezo berwarna merah darah. Foto: Proteomics/Charlier dkk
Dalam budaya dan agama voodoo yang dianut oleh masyarakat Benin, persembahan darah diiringi dengan doa dan air suci bisa digunakan untuk menyucikan bangunan. Untuk menentukan komposisi mortar, peneliti menggunakan high-resolution tandem mass spectrometry untuk mengkarakterisasi protein di dalamnya.
Hasilnya, mereka mendeteksi jejak gandum yang tidak ditanam di Afrika sub-Sahara pada masa pemerintahan hingga kematian Ghezo. Gandum ini diduga didapat dari kaisar Prancis Napoleon III sebagai hadiah diplomatik. Ghezo juga diketahui merupakan penggemar Napoleon III dan sering mengirimkan hadiah seperti kain, senjata, dan cowries.
Hasil proteomik juga menunjukkan adanya hemoglobin dan imunoglobulin milik manusia dan ayam, membuktikan bahwa pengikat dinding tersebut (mortar) memang terbuat dari darah manusia.
Menurut peneliti, kematian raja Dahomey sering ditandai dengan pengorbanan manusia, jumlahnya bahkan hingga 500 orang dalam sekali ritual yang dikenal sebagai “Great Customs”. Ada dugaan darah yang ditemukan di dinding makam Ghezo adalah tumpahan dari peristiwa ritual tersebut. Namun ini juga belum terbukti secara ilmiah.
ADVERTISEMENT
Peneliti mengatakan analisis DNA lebih lanjut dapat membantu mengungkap secara pasti berapa banyak orang yang secara tidak sengaja menawarkan darah kehidupan mereka untuk menyucikan struktur bangunan tersebut.