news-card-video
9 Ramadhan 1446 HMinggu, 09 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Ngeri! Letusan Gunung Vesuvius Ubah Otak Pria Ini Jadi Kaca

9 Maret 2025 10:34 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tengkorak pemuda yang otaknya berubah menjadi kaca. Foto: Scientific Reports
zoom-in-whitePerbesar
Tengkorak pemuda yang otaknya berubah menjadi kaca. Foto: Scientific Reports
ADVERTISEMENT
Kasus pertama jaringan manusia berubah menjadi kaca telah ditemukan di dalam tengkorak seorang pemuda yang meninggal saat letusan Gunung Vesuvius pada 79 Masehi.
ADVERTISEMENT
Tengkorak awalnya ditemukan pada 2020. Saat itu arkeolog menemukan benjolan aneh mirip obsidian. Studi baru mengungkapkan bahwa benda tersebut adalah otak yang terawetkan dengan sempurna dalam bentuk kaca.
“Karakterisasi kimia dan fisik terhadap bahan yang diambil dari tengkorak manusia yang terkubur di Herculaneum akibat letusan Gunung Vesuvius tahun 79 Masehi menunjukkan bukti kuat bahwa ini adalah sisa-sisa otak manusia, yang terdiri dari kaca organik yang terbentuk pada suhu tinggi, sebuah proses pengawetan yang belum pernah didokumentasikan sebelumnya untuk jaringan manusia atau hewan, baik otak maupun jenis lainnya,” tulis para peneliti dalam studi yang terbit di jurnal Scientific Reports.
Kota Romawi kuno Herculaneum, yang terletak sekitar 17 kilometer dari Pompeii di bawah kaki gunung Vesuvius, hancur total akibat letusan gunung tersebut. Banyak penduduk terkubur dalam selimut abu selama hampir dua milenium.
ADVERTISEMENT
Diendapkan oleh aliran piroklastik panas, material vulkanik ini kemungkinan mendingin sangat lambat, sehingga membuat vitrifikasi –proses pembentukan kaca– mustahil terjadi. Kaca diketahui hanya dapat terbentuk ketika cairan mendingin dengan cepat untuk menghindari kristalisasi saat membeku.
Ketika tubuh atau organ ingin diubah menjadi kaca sembari mempertahankan struktur molekuler jaringan lunak, maka organ tersebut harus didinginkan dengan cepat hingga -120 derajat Celcius menggunakan nitrogen cair. Di alam liar, ini belum pernah terjadi, sehingga tak heran jika peneliti terkejut saat menemukan kaca yang sebenarnya adalah otak manusia.
Otak manusia berubah menjadi kaca. Sampelnya bisa dilihat di gambar "a". Foto: Scientific Reports
Pemuda berusia 20 tahun yang ditemukan tergeletak di tempat tidur itu diduga adalah penjaga Collegium Augustalium, sebuah bangunan umum yang didedikasikan untuk pemujaan Kaisar Agustus. Hasil pemindaian mengungkapkan material seperti kaca itu mengandung jaringan kompleks neuron, akson, dan struktur saraf lainnya yang terpelihara dengan sangat baik.
ADVERTISEMENT
Selama percobaan termal, peneliti berhasil memverifikasi bahwa zat tersebut memang kaca alami, yang menunjukkan bahwa letusan menghasilkan kondisi yang memungkinkan otak menjadi kaca. Meski aliran pirosklastik yang terjadi selama letusan gunung diperkirakan mencapai suhu 465 derajat Celsius, hasil pengujian mengungkapkan bahwa kaca hanya terbentuk jika jaringan otak dipanaskan hingga lebih dari 510 derajat Celsius.
Penulis studi menyimpulkan letusan tersebut kemungkinan besar dimulai dengan awan abu panas yang terjadi dengan cepat, langsung membunuh semua orang yang ada di belakangnya. Dengan suhu yang mencapai lebih dari 510 derajat Celsius, semburan mematikan ini terjadi dengan sangat cepat, menyebabkan suhu langsung kembali ke titik awal sebelum gelombang aliran pirosklastik dimulai.
“Otak kemudian berubah menjadi kaca selama proses pendinginan yang cepat pada suhu transisi kaca mendekati 510 derajat Celsius,” tulis peneliti.
ADVERTISEMENT
“Kemudian, sesuai dengan keterangan saksi dan stragtigrafi endapan, Herculaneum secara bertahap terkubur oleh endapan aliran piroklastik tebal, tetapi pada suhu yang lebih rendah, sehingga keberadaan unik otak yang mengalami vitrifikasi dapat dipertahankan hingga saat ini,” kata peneliti.
Menurut penulis utama studi, dr. Guido Giordano, panas yang luar biasa ini akan menghancurkan sebagian besar jaringan lunak korban. Namun, kondisi ruangan kamar tidur memungkinkan fragmen otak pria tersebut bertahan dari gelombang awal sebelum berubah menjadi kaca selama fase pendinginan.
“Sebagian besar korban sebenarnya ditemukan di pelabuhan, karena mereka memang takut dan melarikan diri. Mereka menunggu pertolongan dari laut,” katanya. “Namun orang ini, kami tidak tahu apakah dia mabuk, apakah dia sudah meninggal atau dia tidak peduli, yang pasti dia terbaring di tempat tidur di sebuah rumah di pusat kota.”
ADVERTISEMENT