Ngerinya Radiasi Chernobyl, Bikin Katak Hijau Berubah Jadi Hitam

4 Oktober 2022 15:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gradien warna ekstrem Eastern Frog San Antonio (Hyla orientalis). Di sebelah kiri, spesimen yang ditangkap di Chernobyl di dalam zona kontaminasi tinggi; Di sebelah kanan, spesimen yang ditangkap di luar Exclusion Zone. Foto: German Orizaola/Pablo Burraco
zoom-in-whitePerbesar
Gradien warna ekstrem Eastern Frog San Antonio (Hyla orientalis). Di sebelah kiri, spesimen yang ditangkap di Chernobyl di dalam zona kontaminasi tinggi; Di sebelah kanan, spesimen yang ditangkap di luar Exclusion Zone. Foto: German Orizaola/Pablo Burraco
ADVERTISEMENT
Ledakan reaktor nuklir Chernobyl pada 1986 melepas radiasi pengion ke lingkungan di sekitarnya. Sekitar radius 30 kilometer dari sisa PLTN menjadi Exclusion Zone, zona yang tidak dapat dihuni manusia. Meski begitu, masih banyak flora dan fauna yang tinggal di Exclusion Zone, dan beberapa di antaranya berevolusi karena eksposur radiasi.
ADVERTISEMENT
Radiasi pengion memiliki efek destruktif terhadap DNA. Manusia direkomendasikan menggunakan sun screen agar DNA kulit tidak dirusak oleh sinar UV dari sinar matahari. Sementara radiasi pengion punya efek lebih kuat dari UV, dan tidak hanya kanker, tapi juga dapat membunuh.
Meskipun radiasi sekarang lebih rendah daripada awal-awal kecelakaan, beberapa hewan tampaknya belajar menyesuaikan diri dengan paparan radiasi. Evolusi jangka pendek ini terlihat pada spesies katak pohon (Hyla orientalis).
Pemandangan reaktor 4 dari pembangkit listrik tenaga nuklir Chornobyl dari Danau Azbuchyn (Ukraina), 2019 Foto: German Orizaola
Peneliti dari Uppsala University mengunjungi Exclusion Zone untuk melihat adaptasi hewan yang hidup di tengah paparan radiasi ini. Pablo Burraco dan kolega mengumpulkan sampel katak jantan dari empat titik berbeda di sekitar Chernobyl, dengan eksposur radiasi yang juga berbeda.
Mereka menemukan semakin dekat ke pusat radiasi, katak punya kulit yang semakin gelap. Burraco juga menemukan tingkat kehitaman dari katak ini tidak berkaitan dengan tingkat radiasi saat ini. Sehingga mereka berargumen bahwa pigmentasi (perubahan warna kulit) adalah hasil survival jangka panjang —alias mutasi dari sekian generasi ke atas.
ADVERTISEMENT
Penghitaman tersebut adalah pelepasan melanin. Peneliti yakin, layaknya melanin kulit manusia yang melindungi dari UV matahari, katak yang punya warna gelap lebih resisten terhadap radiasi pengion.
“Pigmentasi berbasis melanin gelap diketahui menawarkan perlindungan terhadap berbagai bentuk radiasi, termasuk radiasi pengion,” tulis tim peneliti di makalah yang terbit di Evolutionary Application per 29 Agustus 2022.
Gradien warna dari Katak St. Anthonys Timur (Hyla Orientalis) di Ukraina utara. Foto: German Orizaola/Pablo Burraco
Ketika awal kejadian Chernobyl dan tingkat radiasi sedang tinggi-tingginya, katak dengan warna kulit gelap lebih diunggulkan untuk bertahan, survival of the fittest. Sehingga populasi katak gelap kemudian lebih banyak khususnya di titik yang lebih dekat terhadap PLTN.
“Dengan demikian, masuk akal bahwa proses selektif yang bekerja pada variabilitas warna yang ada lebih disukai individu dengan warna yang lebih gelap, terkait dengan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dalam katak gelap dalam kondisi radiasi yang sangat tinggi tak lama setelah kecelakaan. Memang, polusi dapat menghasilkan tekanan selektif yang kuat yang mendorong tingkat perubahan evolusioner yang tinggi.”
ADVERTISEMENT