NTT Diserang Hama Belalang Kembara: Tanaman Rusak, Petani Gigit Jari

31 Mei 2022 8:20 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sekelompok belalang gurun terbang di atas tanah penggembalaan di desa Nakwamuru, Kabupaten Samburu, Kenya. Foto: REUTERS/Njeri Mwangi
zoom-in-whitePerbesar
Sekelompok belalang gurun terbang di atas tanah penggembalaan di desa Nakwamuru, Kabupaten Samburu, Kenya. Foto: REUTERS/Njeri Mwangi
ADVERTISEMENT
Hama belalang kembara (Locusta migrotoria manilensis Meyen), kembali hantui beberapa wilayah di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur (NTT). Menurut laman Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) RI, kehadiran hama belalang itu sudah tampak sejak Februari lalu.
ADVERTISEMENT
Kasus serangan hama belalang kembara pernah terjadi pada 2017 lalu. Kala itu, kawanan belalang menyerbu kawasan Bandara Umbu Mehang Kunda, Sumba Timur.
Adapun hama belalang kembara pada tahun ini mulai terpantau di area tanaman jagung dan padang rumput yang tersebar di wilayah Kecamatan Haharu, Kahaungu Eti, Kambata Mapambuhang, Kambera, Kanatang, Kota Waingapu, Lewa, Pandawai, Rindi dan Umalulu.
Beberapa warganet juga berhasil mengabadikan momen ribuan belalang terbang dan membagikannya pada akun media sosial. Mereka menjelaskan bahwa serbuan hama belalang kembara berhasil merusak tanaman padi milik masyarakat di Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur (15/5).
ADVERTISEMENT
Belalang kembara menjadi hama paling merusak dengan kemampuan mampu menyerang hampir seluruh jenis tanaman hortikultura. Belalang itu akan memakan dedaunan tanaman, sehingga luas permukaan daun berkurang dan menyebabkan terganggunya fisiologis tanaman. Kerusakan itu tentu menimbulkan penurunan produktivitas tanaman dan gagal panen dalam jumlah besar.

Faktor biologis dan perubahan iklim

Sebuah studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika, menjelaskan dua faktor pemicu terjadinya ledakan populasi belalang kembara.
Pertama, faktor biologis belalang itu sendiri. Diketahui belalang kembara memiliki tiga transformasi populasi, mulai dari fase soliter – populasi rendah dengan perilaku individual, fase transisi–fase membentuk kelompok kecil, dan fase gregarius– kelompok kecil belalang membentuk kawanan dengan jumlah besar dan merusak.
ADVERTISEMENT
Jumlah populasi yang besar di waktu yang sama, menyebabkan percepatan transformasi perilaku populasi belalang kembara, sehingga saat jumlah populasi meningkat, belalang itu akan dengan cepat membentuk kawanan kelompok dalam waktu yang cepat.
Faktor kedua, adanya perubahan iklim. Faktor tersebut erat kaitannya dengan perubahan pola curah hujan yang terjadi di beberapa wilayah serangan belalang kembara.
Adanya fenomena La Nina berkepanjangan di beberapa wilayah Indonesia, termasuk NTT, menyebabkan penetasan populasi belalang kembara dalam jumlah besar. Diketahui musim penghujan adalah musim penetasan telur, sedangkan musim kemarau merupakan musim peneluran spesies belalang hama itu. Sedikitnya belalang kembara mampu menghasilkan sekitar 100 butir telur.

Pengendalian serangan belalang kembara

Menurut Ikhsan, penanganan pengendalian serangan hama belalang kembara terbagi menjadi dua tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan data seperti data sebaran populasi, iklim, serta data hasil survei dan wawancara dengan petani terdampak. Tahap itu juga termasuk penyusunan strategi yang perlu diambil dalam menurunkan populasi belalang kembara.
ADVERTISEMENT
“Strategi difokuskan pada usaha menurunkan populasi secara cepat menggunakan berbagai pendekatan, seperti pengendalian kimiawi (aplikasi pestisida tepat), biologi (predator alami), dan sosial-ekonomi (belalang olahan sebagai sumber protein alternatif,” jelas Ikhsan.
Langkah itu terbukti dari kinerja Tim Brigade Proteksi Tanaman Kabupaten Sumba Tengah yang berhasil menangkap setidaknya satu ton belalang kembara di wilayah itu.
Tahap berikutnya yaitu pengumpulan data tingkat lanjut dan pencegahan serangan hama di periode berikutnya. Data itu meliputi informasi genetik populasi belalang dari berbagai spesimen belalang di berbagai daerah terdampak.
Tahap kedua itu termasuk juga pemeliharaan sampel belalang hidup di laboratorium eksperimental untuk mengetahui tingkat kerentanan belalang terhadap berbagai jenis pestisida. Pemeliharaan juga dimaksudkan untuk bisa mengetahui pola perilaku dan fisiologi belalang kembara sebagai dasar strategi mitigasi serangan belalang itu di masa mendatang.
ADVERTISEMENT