Nyamuk Aedes Aegypti Super Tahan Insektisida Ditemukan di Vietnam - Kamboja

23 Desember 2022 15:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengasapan yang dilakukan Kelurahan Cilandak Barat tersebut untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti guna mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pengasapan yang dilakukan Kelurahan Cilandak Barat tersebut untuk memberantas nyamuk Aedes Aegypti guna mencegah penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Foto: Reno Esnir/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekelompok ilmuwan menemukan populasi nyamuk Aedes aegypti dengan mutasi gen yang membuat mereka lebih tahan terhadap insektisida. Nyamuk “super” ini ditemukan di Vietnam dan Kamboja.
ADVERTISEMENT
Peneliti dari National Institute of Infectious Diseases di Jepang menemukan nyamuk yang terkait dengan endemi demam berdarah lokal memiliki mutasi yang membuatnya lebih kuat terhadap insektisida biasa. Penemuan ini diterbitkan di jurnal Science Advance pada 21 Desember 2022 kemarin.
Ilmuwan menemukan nyamuk dengan mutasi super tersebut pada 78 persen spesimen Aedes aegypti yang diteliti. Nyamuk ini adalah victor wabah demam berdarah, demam kuning, chikungunya, dan infeksi virus Zika.
Penelitian tersebut menemukan sekiar 10 sub-strain baru Aedes Aegypti, salah satu di antaranya adalah mutasi yang memungkinkan pertahanan luar biasa terhadap insektisida biasa seperti piretroid. Mutasi terjadi di Vgsc dan disebut L982W.
Mutasi L982W belum terdeteksi di luar Vietnam dan Kamboja, tapi para peneliti percaya bahwa itu bisa menyebar perlahan ke bagian lain di Asia.
ADVERTISEMENT
Nyamuk Aedes aegypti pembawa virus DBD. Foto: Shutterstock
Temuan ini dapat menimbulkan ancaman serius terhadap program pengendalian dan pemberantasan penyakit menular, karena mutasi tersebut adalah resistensi insektisida tertinggi yang terlihat pada populasi nyamuk.
Banyak langkah penanggulangan kesehatan mengandalkan piretroid dan insektisida lain untuk mengendalikan infeksi yang ditularkan oleh nyamuk, terutama penyakit yang tidak memiliki vaksin seperti demam berdarah.
"Penting untuk menyadari bahwa insektisida yang biasa kita gunakan mungkin tidak efektif melawan nyamuk," kata Shinji Kasai, penulis studi dan peneliti senior dari Departemen Entomologi Medis NIID, kepada ABC News.
Kasai mengatakan penting untuk terus memantau alel mutan ini, terutama di Asia Tenggara, untuk mengambil tindakan pencegahan yang tepat sebelum menyebar secara global. Selain itu, penggunaan kelompok insektisida bergantian terkadang efektif.
ADVERTISEMENT
"Petugas kesehatan pemerintah harus memilih insektisida yang tepat dan lebih efektif untuk mengendalikan nyamuk," katanya.