Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Objek Terjauh di Alam Semesta Kita Ternyata Mirip Manusia Salju
4 Januari 2019 7:17 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Pesawat luar angkasa tanpa awak milik NASA , New Horzions, berhasil mengirimkan gambar dari objek terjauh di alam semesta yang pernah dikunjungi oleh pesawat luar angkasa. New Horizons mengirimkan gambar dari objek yang disebut sebagai Ultima Thule pada saat tahun baru, Selasa (1/1).
ADVERTISEMENT
Semula, berdasarkan gambar dengan resolusi rendah, NASA memberikan deskripsi sementara dari objek yang terletak 6,4 miliar kilometer dari Bumi dan 1,6 miliar kilometer dari Pluto. NASA mengatakan, objek tersebut berukuran 32 kilometer kali 16 kilometer dan berbentuk seperti pin bowling.
Kini, New Horizons telah mengirimkan gambar Ultima Thule yang lebih jelas dan terlihatlah wujud aslinya. Alih-alih berbentuk seperti pin bowling sebagaiman dideskripsikan sebelumnya, objek tersebut ternyata memiliki bentuk mirip dengan manusia salju dan memiliki warna kemerahan.
“Pin bowling sudah hilang. Ini adalah manusia salju!” kata peneliti utama Alan Stern saat melakukan konferensi pers seperti dikutip oleh Phys(dot)org.
Berdasarkan gambar yang lebih jelas, Ultima Thule terlihat seperti dua bulatan yang bersatu. Salah satu bagian dari bulatan tersebut terlihat lebih besar dan memiliki panjang 32 kilometer, seperti yang diperkirakan sebelumnya. Objek tersebut terbuat dari es.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, tidak terlihat adanya satelit alam ataupun cincin yang mengitari objek tersebut.
Jeff Moore, ilmuwan dari Ames Research Center NASA , mengatakan kedua bola tersebut terbentuk dari potongan-potongan kecil es yang kemudian bersatu selama miliaran tahun. Potongan es perlahan berputar dan lama-kelamaan menjadi semakin dekat kemudian saling menempel dan membentuk Ultima Thule.
Mengenai warna Ultima Thule yang kemerahan, Carly Howett dari Southwest Research Institute, menjelaskan kemungkinan hal itu disebabkan oleh iradiasi es eksotis. Es eksotis di sini mengacu pada es yang memiliki molekul berbeda dari molekul es biasa.
Sejauh ini, baru ada 1 persen data yang dikumpulkan oleh New Horzions yang sampai ke Bumi. Untuk mendapatkan semua data dari New Horizons, dibutuhkan waktu sekitar 20 bulan.
ADVERTISEMENT