Observatorium Kuno Ini Dibangun Manusia Jenius Peradaban Misterius

31 Maret 2022 8:31 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan udara dari kuil batu berbenteng di Chankillo di Peru terlihat dalam gambar selebaran tak bertanggal yang dirilis 1 Maret 2007. Foto: REUTERS/Ivan Ghezzi/Handout
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan udara dari kuil batu berbenteng di Chankillo di Peru terlihat dalam gambar selebaran tak bertanggal yang dirilis 1 Maret 2007. Foto: REUTERS/Ivan Ghezzi/Handout
ADVERTISEMENT
Di sebuah gurun terpencil di Peru, terdapat sebuah observatorium matahari kuno yang didirikan oleh peradaban yang lebih tua dari Inca. Situs bersejarah ini bernama Chankillo, dan dijuluki “mahakarya jenius kreatif manusia” oleh UNESCO.
ADVERTISEMENT
Situs pra-sejarah ini memiliki nama panjang Chankillo Archaeoastronomical Complex (Kompleks Arkeoastronomical Chankillo). Terletak di Lembah Casma, Peru, Chankillo berada di sebuah bukit dengan lanskap gurun di sekelilingnya.
Dilansir dari laman UNESCO, situs Chankillo dulunya digunakan sebagai bangunan pengamatan matahari. Observasi matahari pada zaman dulu penting sebagai instrumen kalender. Masyarakat memantau gerak semu matahari sepanjang tahun, dan menentukan kapan akan musim berganti.
Observatorium matahari ini dikelilingi tiga lapisan dinding, yang dikenal sebagai Kuil Berbenteng (Fortified Temple). Pusat dari bangunan ini adalah kompleks yang disebut Pusat Observatorium dan Administrasi (Observatory and Administrative Centre).
Terdapat tiga belas menara kecil memanjang dari utara sampai selatan bukit. Struktur ini bernama Menara Tiga Belas (Thirteen Towers) dan memanjang sampai 300 meter. Ukuran, lokasi, dan susunannya, sangat sesuai dengan posisi terbitnya matahari sepanjang tahun jika diamati di lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
Ada yang namanya gerak semu matahari. Karena kemiringan bumi 23,5 derajat matahari seolah-olah berada di langit utara ketika pertengahan tahun, dan berada di selatan di penghujung tahun. Sebenarnya matahari tidak berpindah, namun ada gerak semu yang bisa dilihat jika kita mencatat dari titik terbit matahari sepanjang tahun.
Pemandangan tiga belas menara batu yang tersusun di sebuah bukit di pesisir Peru terlihat dalam gambar selebaran tak bertanggal yang dirilis 1 Maret 2007. Foto: REUTERS/Ivan Ghezzi/Handout
Ketika matahari persis di khatulistiwa (equinox), matahari di Chankillo terbit persis di tengah-tengah celah antara menara Thirteen Towers tadi. Setelah September, titik terbit matahari akan sedikit demi sedikit bergeser ke selatan, atau ke sisi kanan barisan menara tadi. Satu bulan kemudian matahari akan terbit ke celah menara selanjutnya. Setelah matahari berada di titik paling selatan di bulan Januari, matahari akan kembali bergerak ke utara. Begitu seterusnya
ADVERTISEMENT
Kompleks observatorium Chankillo dibangun sekitar 2.300 tahun yang lalu, dan ditinggalkan di abad pertama masehi tanpa diketahui jelas penyebabnya. Bangunan ini menjadi misteri bagi yang melihatnya. Bahkan sebelum eskavasi, batu-batu di situs ini dipenuhi coretan dan grafiti.
Penggalian arkeologi baru dilakukan tahun 2000. Saat itu, arkeolog baru menyadari bahwa bangunan raksasa tersebut adalah kalender matahari kuno.
Kalender matahari adalah instrumen menggunakan gerakan matahari sepanjang tahun sebagai acuan penanggalan dan pergantian musim. Sebelumnya kalender matahari tertua yang diketahui adalah kalender milik suku Inca, yang dibuat sekitar tahun 1500-an.
Sangat sedikit informasi yang diketahui tentang masyarakat lampau yang membuat struktur Chankillo ini. Arkeolog menyebut mereka sebagai Kultur Casma-Sechin, karena lokasi gurun di mana bukit Chankillo berada di antara sungai Casma dan sungai Sechin.
ADVERTISEMENT
Di tangga yang dibangun di menara Thirteen Tower. Peneliti berasumsi bahwa bangunan ini juga digunakan sebagai lokasi ritual, atau kuil.