Omicron Belum Usai Muncul Lagi Corona NeoCoV, Menularkah ke Manusia?

30 Januari 2022 13:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus Corona. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Ilmuwan China memperingatkan adanya potensi ancaman kematian dan tingkat penularan tinggi, terkait varian virus Corona yang ditemukan Afrika Selatan, bernama NeoCoV. Jenis virus ini masih dalam keluarga virus Corona yang berasal dari kelelawar, namun bukan varian dari SARS-CoV-2.
ADVERTISEMENT
Informasi terkini menyebut bahwa, WHO telah memonitor adanya potensi bahaya. Namun mereka belum mengeluarkan pernyataan lengkap termasuk apakah akan memasukkan virus ini ke dalam kategori tertentu.
“Apakah virus yang terdeteksi dalam penelitian ini akan menimbulkan risiko bagi manusia, akan memerlukan penelitian lebih lanjut,” kata WHO kepada kantor berita Tass mengutip Gulf News.
WHO mengatakan bahwa mereka tetap menjalin kerja sama dengan Organisasi Kesehatan Hewan Dunia, FAO hingga Program Lingkungan PBB untuk "memantau dan menanggapi ancaman virus zoonosis (asal hewan) yang muncul.”
Dalam jurnal pra-publikasi BioRxiv berjudul 'Close relatives of MERS-CoV in bats use ACE2 as their functional receptors,' peneliti asal China menyebut bahwa virus corona NeoCoV berpotensi bermutasi dan menginfeksi manusia. Jurnal dalam tahap peer-review tersebut juga menyebut belum ada laporan adanya infeksi varian NeoCoV pada manusia.
ADVERTISEMENT
Meski belum ada laporan terkait adanya infeksi virus ke manusia. Ilmuwan tetap memperingatkan bahwa virus ini juga memiliki potensi bahaya, seperti virus lain.

Apa itu NeoCoV?

Sebuah makalah penelitian tahun 2020, yang diterbitkan oleh National Library of Medicine, mencatat bahwa jenis virus ini merupakan kerabat terdekat dari coronavirus sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
NeoCoV ditemukan pada populasi kelelawar di Afrika Selatan, menurut laporan kantor berita Tass dan sudah menjadi perhatian para ilmuwan sejak tahun 2013. Setahun kemudian, American Society for Microbiology menerbitkan makalah penelitian tentang MERS-CoV, yang muncul pada saat itu.
ADVERTISEMENT
Dalam makalah itu para ilmuwan menentukan urutan genom lengkap dari CoV bersumber dari sampel feses dari kelelawar Neoromicia capensis (NeoCoV) Afrika Selatan." Hasilnya, genom NeoCoV 85 persen identik dengan MERS-CoV.
WHO mengatakan bahwa virus corona umumnya ditemukan pada hewan, terutama pada kelelawar. Hewan liar adalah sumber lebih dari 75 persen dari semua penyakit menular yang muncul pada manusia, banyak di antaranya disebabkan oleh virus baru.

Mekanisme penularan

Ilustrasi Virus Corona. Foto: Shutter Stock
Mekanisme infeksi virus ini sama. Layaknya SARS-CoV-2--yang menyebabkan COVID-19--NeoCoV dan kerabat dekatnya, PDF-2180-CoV juga dapat menggunakan beberapa jenis reseptor ACE2 (enzim pengubah angiotensin 2) untuk masuk ke dalam sel. Artinya, NeoCoV dapat menembus sel manusia dengan cara yang sama seperti SARS-CoV-2.
Seperti disebutkan sebelumnya, NeoCoV saat ini belum menjadi ancaman potensial. Namun para ilmuwan China mengatakan, virus ini bisa menjadi ancaman ketika ia berhasil bermutasi seperti virus corona COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Mempertimbangkan mutasi ekstensif di wilayah RBD dari varian SARS-CoV-2, terutama varian Omicron yang sangat bermutasi, virus ini mungkin memiliki potensi laten untuk menginfeksi manusia melalui adaptasi lebih lanjut melalui antigenic drift,” sebut salah satu makalah penelitian dari China.

Perlukah kita khawatir?

NeoCoV sebenarnya sudah menjadi perhatian para peneliti sejak 2013. Selama ini, virus tercatat hanya menyebar di antara hewan dan belum memiliki kekuatan yang cukup untuk bermutasi ke manusia.
Selain itu juga, belum ada bukti seberapa besar potensi penularan atau fatalnya NeoCoV terhadap manusia. Tes laboratorium menunjukkan bahwa kemampuan NeoCoV untuk menginfeksi sel manusia buruk, menurut laporan The Independent.
“Kita perlu melihat lebih banyak data yang mengonfirmasi infeksi pada manusia dan tingkat keparahan yang terkait sebelum menjadi cemas,” kata Lawrence Young, seorang ahli virus di Universitas Warwick Inggris, kepada The Independent.
ADVERTISEMENT
“[Studi] pra-cetak menunjukkan bahwa infeksi sel manusia dengan NeoCoV sangat tidak efisien.”