Orang China Zaman Dulu Ternyata Suka Kubur Anak Anjing Hidup-hidup

9 Mei 2019 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi anak anjing. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak anjing. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Hidup bagi banyak anak anjing di zaman Dinasti Shang ternyata begitu kejam dan mengerikan. Sebuah riset terbaru menemukan bahwa kebanyakan anjing yang dikurbankan di China pada Zaman Perunggu di bawah Dinasti Shangi ini berusia masih muda atau masih anak-anak. Bahkan beberapa di antara anjing-anjing itu dikubur hidup-hidup.
ADVERTISEMENT
Dinasti Shang menjadi penguasa Lembah Sungai Kuning di China antara tahun 1600 Sebelum Masehi sampai 1046 Sebelum Masehi. Shang adalah dinasti kedua di China, setelah Dinasti Xia.
Selama ini Dinasti Shang memang dikenal gemar melakukan praktik pengorbanan manusia dan hewan. Mereka punya kebiasaan mengubur sisa-sisa pengorbanan di dalam sebuah kuburan.
Riset ini sendiri menemukan bahwa orang-orang dari dinasti tersebut sering menguburkan anak anjing di dalam sebuah lubang di dalam makam yang terletak di bawah perut mayat manusia. Ini diduga karena anjing dianggap sebagai pelindung di alam baka nanti.
Ilustrasi anjing poodle. Foto: harvey117 via Pixabay
Roderick Campbell, arkeolog di New York University, mengatakan bahwa kebanyakan anjing yang dikubur ini adalah anak anjing. "Ini terdengar sangat mengerikan. Mengapa mereka ingin mengorbankan anak-anak anjing yang lucu?" ujar Campbell kepada Live Science.
ADVERTISEMENT
Riset ini dilakukan Campbell dan koleganya, Zhipeng L dari Chinese Academy of Social Sciences. Hasilnya telah dipublikasikan di jurnal Archaeological Research in Asia pada Maret 2019.
Temuan dalam riset ini didapat setelah mereka mengumpulkan data dari beberapa situs Dinasti Shang. Pada situs-situs itu terdapat sisa-sisa bukti pengorbanan anjing.
Campbell menjelaskan bahwa kebanyakan data dalam riset ini berasal dari temuan sebelumnya. Sebab, peneliti asing sulit mendapat izin untuk melakukan penggalian arkeologi.
Ilustrasi kuil kuno di China. Foto: Shutter Stock
Kurban anak anjing
Campbell mengatakan bahwa anjing telah lama digunakan dalam berbagai ritual di China. Ini dibuktikan oleh temuan kuburan anjing berusia 9.000 tahun di permukiman Jiahu dari Zaman Neolitikum.
Menurut Campbell, babi juga sering dijadikan sebagai hewan kurban oleh masyarakat China masa lampau. Tapi, Campbell menjelaskan, saat Zaman Perunggu domba, kambing, dan sapi, semakin sering dijadikan sebagai hewan kurban. Ia menduga ini karena pengaruh perdagangan dengan Eurasia barat yang membawa hewan-hewan itu ke China.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, ada temuan inskripsi kuno yang mengatakan bahwa anjing biasanya dikorbankan bagi dewa-dewa langit. Campbell mengatakan bahwa kurban bagi dewa langit adalah tradisi lama di Zaman Perunggu. Tradisi ini dimulai ketika anjing dan babi masih merupakan hewan kurban paling umum.
Di kota kuno Zhengzhou, para arkeolog sempat menemukan delapan lubang berisikan 92 sisa tubuh anjing yang masih terikat. Diduga beberapa di antaranya dikubur hidup-hidup.
Lubang pengorbanan anjing di Zhengzhou. Foto: Roderick Campbell via Archaeological Research in Asia
Anjing mulai ditemukan di dalam kuburan manusia saat kebudayaan Erligang. Masyarakat dari peradaban Erligang hidup di daerah Provinsi Henan pada tahun 1500 Sebelum Masehi. Kurban-kurban anjing ini ditemukan di tempat-tempat yang sama di mana kurban manusia dikuburkan. Campbell mengatakan bahwa anjing-anjing ini ditemukan terkubur di bawah makam manusia.
ADVERTISEMENT
Awalnya para peneliti menduga anjing-anjing itu sebagai hewan peliharaan kesayangan. Mereka dikubur bersama tuannya untuk menemani ke alam baka.
Tapi hasil analisis tulang malah menemukan bahwa 73 persen anjing di dalam kubur berusia kurang dari satu tahun. Dan ada temuan bahwa 37 persennya berusia tidak sampai enam bulan. Campbell menjelaskan, jika anjing-anjing ini adalah hewan peliharaan, maka usianya haruslah lebih bervariasi.
Pengganti kurban manusia
Menurut Campbell, ada dugaan bahwa anjing-anjing ini dijadikan sebagai pengganti bagi kurban manusia. Para kaum elit Dinasti Shang sering membawa selir dan budak mereka ke alam baka.
Campbell mengatakan bahwa banyak kurban manusia merupakan tahanan perang. Hasil analisis tulang mereka menunjukkan bahwa mereka berasal dari lokasi lain dan selama bertahun-tahun mendapat perlakuan buruk sebelum akhirnya dieksekusi.
ADVERTISEMENT
Kurban anjing menggantikan kurban manusia mengikuti tren yang ada, ujar Campbell. Misalnya, orang-orang terkadang dikubur dengan miniatur keramik atau perunggu palsu dibanding barang aslinya.
Kerangka anjing dengan kalung bel. Foto: Roderick Campbell via Archaeological Research in Asia
Bahkan sekarang ini, praktik pemakaman tradisional China masih melakukan pembakaran barang palsu berbentuk kertas dan uang palsu. Campbell mengatakan ini adalah sebagai persembahan simbolis. Jadi ada kemungkinan anak anjing dianggap sebagai miniatur anjing dewasa.
Campbell menjelaskan bahwa pada masa itu, anak anjing mudah didapat. Campbell mengestimasi bahwa 500 anjing dewasa bisa menyuplai cukup anak anjing bagi kepentingan kurban Dinasti Shang.
Bahkan Campbell mengatakan ada kemungkinan ada anjing yang dipelihara untuk kepentingan kurban ini. Selain itu, ada juga dugaan bahwa anak-anak anjing ini berasal dari anjing liar.
ADVERTISEMENT
"Dari perspektif ekonomi Zaman Perunggu, itu adalah hal yang mungkin dilakukan," kata Campbell.