Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Otak Manusia Lebih Panas dari yang Ilmuwan Kira, Meski Tak Sedang Demam
16 Juni 2022 14:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Layaknya mesin motor, atau chip HP yang sedang bekerja, otak manusia juga menghasilkan panas. Namun panas yang berlebih sering dijadikan indikator seseorang sedang demam. Penelitian terbaru mengungkap bahwa otak manusia memang lebih panas dari yang sebelumnya diperkirakan, bahkan dalam lingkungan yang biasa.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang terbit di jurnal Brain mengungkap bahwa bagian dalam otak dapat mencapai temperatur 40 derajat Celsius. Dibanding bagian lain tubuh manusia yang maksimal 37 derajat Celsius.
Namun jangan takut. Peneliti mengatakan bahwa otak panas adalah otak yang sehat.
"Bagi saya, temuan yang paling mengejutkan dari penelitian kami adalah bahwa otak manusia yang sehat dapat mencapai suhu yang akan didiagnosis sebagai demam di tempat lain di tubuh," kata ahli biologi John O'Neill dari Medical Research Council (MRC) Laboratory of Molecular Biologi di Inggris, salah satu peneliti yang terlibat studi.
"Suhu tinggi seperti itu telah diukur pada orang dengan cedera otak di penelitian lampau, tetapi diasumsikan sebagai akibat dari cedera."
O’Neil dan kolega menggunakan alat bernama magnetic resonance spectroscopy (MRS) yang mengukur pola kimiawi melalui medan magnet. Partisipan terdiri dari 40 orang, berusia dari 20-40 tahun. Suhu otak partisipan dipindai di pagi, siang, dan sore hari dalam satu hari.
Hasilnya, rata-rata temperatur otak sepanjang hari adalah 38,5 derajat Celsius, 2 derajat lebih tinggi dari bagian bawah lidah. Hasil pengukuran bervariasi tergantung waktu, jenis kelamin, umur, hingga siklus menstruasi bagi wanita.
ADVERTISEMENT
Wanita memiliki suhu rata-rata 0,4 derajat Celsius lebih tinggi dari pria, penyebab utamanya adalah siklus menstruasi.
Temperatur tertinggi yang terukur adalah 40,9 derajat Celsius, dengan variasi sekitar 1 derajat. Bagian dalam otak—seperti talamus—adalah bagian yang terpanas, semakin ke luar semakin dingin.
Pada variasi umur, partisipan yang tua mendapat hasil temperatur otak yang lebih panas.
Perbedaan pengukuran juga terjadi pada perbedaan waktu pengukuran. Otak mencapai suhu terdingin ketika malam hari.
"Kami menemukan bahwa suhu otak turun di malam hari sebelum Anda tidur dan meningkat di siang hari," kata O'Neill. "Ada alasan bagus untuk percaya bahwa variasi harian ini terkait dengan kesehatan otak jangka panjang - sesuatu yang kami harap untuk diselidiki selanjutnya."
ADVERTISEMENT
Peneliti mengatakan bahwa ritme naik turun temperatur otak sepanjang hari dapat menjadi indikator kesehatan otak jangka panjang.
Tahukah kamu, ternyata ada lho, hubungan antara ritme temperatur otak dengan kemungkinan bertahan dari cedera otak traumatis (traumatic brain injury/TBI). Ritme temperatur otak dapat menjadi indikator klinis.
Pasien dengan ritme temperatur otak yang minim menunjukkan risiko kematian akibat cedera otak traumatis. Sementara, otak yang lebih hangat meningkatkan kemungkinan survival pasien.
"Ritme suhu otak harian berkorelasi sangat kuat dengan kelangsungan hidup setelah TBI menunjukkan bahwa pengukuran suhu otak sepanjang waktu memiliki nilai klinis yang besar," kata ahli saraf Nina Rzechorzek dari MRC Laboratory for Molecular Biology.