Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Patut Dicoba! Berdiri Satu Kaki Selama 10 Detik Bisa Ungkap Risiko Kematian
29 Juni 2022 9:14 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Sebuah studi baru menemukan bahwa orang yang tidak bisa berdiri dengan satu kaki selama 10 detik punya peluang kematian dua kali lipat dalam 10 tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Diterbitkan di British Journal of Sports Medicine, para peneliti melakukan serangkaian penelitian dengan merekrut sejumlah orang untuk menilai hubungan antara kebugaran fisik dengan variabel lain dan faktor risiko tertentu. Dalam studi itu, peneliti mengevaluasi 1.702 peserta, dilakukan antara tahun 2009 hingga 2020.
Selama penelitian, para peserta diminta untuk berdiri menggunakan satu kaki (tes satu kaki/OLS) selama 10 detik tanpa alat bantu apapun, dengan posisi salah satu kaki kiri (atau kanan) diangkat ke atas dan ditaruh di belakang kaki kanan, tangan di samping, sambil menatap lurus ke depan. Peserta hanya diberi 3 kali kesempatan.
Hasilnya cukup mencengangkan. Secara keseluruhan, satu dari lima peserta gagal menjalani tes tersebut dan ini ada korelasinya antara usia dan kegagalan. Kegagalan tampaknya berlipat ganda pada peserta dengan usia 51-55 tahun dan seterusnya–interval lima.
Para peneliti kemudian memantau peserta selama tujuh tahun dan menemukan bahwa 7% dari peserta meninggal dunia. Dari kematian tersebut, 32% disebabkan oleh kanker, 30% penyakit kardiovaskular, 9% penyakit pernapasan, dan 7% karena komplikasi COVID-19. Proporsi kematian di antara mereka yang gagal jauh lebih tinggi, 17,5% dibanding dengan yang berhasil 4,5%.
ADVERTISEMENT
Dengan mempertimbangkan usia, jenis kelamin, dan kondisi kesehatan , peneliti menentukan bahwa mereka yang tidak dapat menyelesaikan OLS 10 detik memiliki 84% risiko kematian lebih tinggi yang bisa disebabkan oleh apapun dalam 10 tahun ke depan.
Pertanyaan, apakah tes ini akurat dalam memprediksi risiko kematian?
Faktanya, mereka yang gagal dalam tes OLS punya kondisi kesehatan yang lebih buruk, seperti diabetes tipe 2 tiga kali lebih umum terjadi pada peserta yang gagal daripada mereka yang berhasil. Terdapat pula proporsi obesitas, tekanan darah tinggi, profil lemak yang tidak sehat, dan penyakit jantung.
Menurut dr. Claudio Gil Araujo, penulis utama studi, kebugaran non-aerobik yang buruk–biasanya terkait dengan gaya hidup malas gerak– menjadi penyebab utama para peserta punya fisik lemah, dan fisik yang lemah berkaitan dengan kualitas hidup yang buruk, jarang olahraga dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
“Ingat juga, kita secara teratur perlu melakukan postur berdiri dengan satu kaki, seperti keluar dari mobil, menaiki atau menuruni anak tangga, dan sebagainya. Bagi orang yang tidak memiliki kemampuan ini atau yang takut melakukannya, kemungkinan terkait dengan hilangnya aktivitas fisik dan kurang olahraga, serta bola salju dimulai.”
Lantas, jika tes ini diterapkan pada pemeriksaan kesehatan rutin apakah akan berpengaruh?
“Ya, sangat berpengaruh! Saya menyarankan orang berusia 51-75 tahun untuk pergi memeriksa kesehatan, terlepas dari kondisi klinis apapun. Tes OLS 10 detik (harus) dimasukkan pada awal konsultasi, bersama dengan pengukuran tinggi, berat, dan tekanan darah. Itu sederhana,” kata Araujo kepada IFLScience.
“Saya juga berpesan, jika Anda berusia di bawah 70 tahun, saya berharap Anda (sebagai mayoritas dari mereka pada usia itu) berhasil menyelesaikan OLS 10 detik.”
ADVERTISEMENT