Paus Sepanjang Truk Gandeng Ini Mati Terdampar, Diduga karena Ulah Manusia

1 Oktober 2021 10:31 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangkai paus bungkuk yang mati terdampar di pantai Staten Island pada 17 September.  Foto: Atlantic Marine Conservation Society
zoom-in-whitePerbesar
Bangkai paus bungkuk yang mati terdampar di pantai Staten Island pada 17 September. Foto: Atlantic Marine Conservation Society
ADVERTISEMENT
Seekor paus bungkuk baru-baru ini ditemukan mati terdampar di sebuah pantai di Staten Island, New York. Hasil pemeriksaan menunjukkan adanya tanda-tanda cedera yang disebabkan oleh manusia hingga akhirnya tewas.
ADVERTISEMENT
Pada 17 September 2021, paus bungkuk jantan (Megaptera novaeangliae) terlihat mengambang di perairan dangkal dekat pantai di Great Kills Park, bagian dari Area Rekreasi Nasional Gateway Staten Island.
Pejabat dari National Park Service (NPS) kemudian menghubungi Atlantic Marine Conservation Society (AMSEAS), sebuah organisasi nirlaba yang bermitra dengan agen-agen New York untuk menyelamatkan hewan laut yang terdampar dan mengumpulkan data serta mengelola bangkai hewan.
Nekropsi pada paus yang mati menunjukkan bahwa selain mengalami luka-luka, paus itu dalam kondisi baik dan tampak tidak kekurangan gizi. Foto: Atlantic Marine Conservation Society
Setibanya di lokasi kejadian, AMSEAS langsung melakukan nekropsi dan pengumpulan sampel untuk analisis laboratorium. Adapun paus ditemukan mengambang dengan lubang sembur di bawah permukaan air. Menurut kepala ilmuwan AMSEAS, Robert DiGiovanni, ini adalah tanda bahwa hewan telah mati selama beberapa jam.
Paus bungkuk itu punya panjang sekitar 11,6 meter dengan berat mencapai 3.000 kilogram. Untuk mengevakuasi dan mengubur bangkai paus, peneliti harus menggunakan alat berat berupa ekskavator.
ADVERTISEMENT
Hasil pemeriksaan AMSEAS pada bangkai paus menunjukkan adanya tanda-tanda cedera dan luka serius. Luka itu berada di sekitar kepala dan mulut bungkuk, menyerupai luka bekas belitan dengan peralatan pancing dan luka yang bersarang di usus bekas logam. Logam itu merusak saluran pencernaan hewan tersebut.
Sementara hasil pemeriksaan lain menunjukkan paus sebenarnya dalam keadaan sehat dan cukup makan, dengan lapisan lemak yang tebal dan perut kenyang. "Penyebab kematian masih belum ditentukan sampai sampel yang dikumpulkan selama pemeriksaan dapat dianalisis," kata peneliti AMSEAS di Facebook.
“Kami akan tahu lebih banyak setelah kami menerima hasil lab. Proses ini biasanya memakan waktu satu bulan atau lebih,” jelas DiGiovanni.
Sejauh ini, antara tahun 2017 hingga 2020, AMSEAS telah menangani sekitar 12 hingga 14 paus yang terdampar setiap tahunnya. Itu artinya, rata-rata, satu paus terdampar setiap 27 hari sekali. Bahkan, mereka bisa mendapatkan 4 kasus paus terdampar dalam waktu 30 hari. Namun, banyak juga paus sehat yang terdampar dan inilah yang saat ini diselidiki oleh tim AMSEAS.
ADVERTISEMENT