PBB: Negara Kepulauan Pasifik Paling Terdampak Perubahan Iklim

29 Agustus 2024 10:17 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samoa, salah satu negara di Kepulauan Pasifik Selatan. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Samoa, salah satu negara di Kepulauan Pasifik Selatan. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, mengatakan bahwa suhu laut di Kepulauan Pasifik meningkat tiga kali lipat dibandingkan di belahan dunia lain, dan populasi di sana “sangat rentan” terhadap dampak kenaikan permukaan air laut.
ADVERTISEMENT
Berbicara kepada wartawan di Tonga, tempat Forum Kepulauan Pasifik (Pacific Islands Forum/PIF) digelar, Guterres menyoroti temuan laporan yang menunjukkan bahwa wilayah Pasifik Barat Daya paling parah dilanda kenaikan muka air laut. Di beberapa tempat, kenaikannya lebih dari dua kali lipat rata-rata global dalam 30 tahun terakhir.
Air akan memuai saat menghangat, yang menyebabkan naiknya permukaan air laut, katanya.
“Saya berada di Tonga untuk mengeluarkan SOS global –Selamatkan Laut Kita/Save Our Seas– terkait kenaikan permukaan air laut,” katanya, pada Selasa, 27 Agustus 2024.
Laporan yang dirilis pada 28 Agustus oleh Organisasi Meteorologi Dunia menunjukkan suhu laut di Pasifik Barat Daya meningkat hingga tiga kali lipat dari suhu global.
"Kepulauan Pasifik memiliki paparan yang unik. Ini adalah wilayah dengan ketinggian rata-rata hanya satu hingga dua meter di atas permukaan laut," kata Guterres, mengutip Euractiv.
ADVERTISEMENT
“Separuh infrastrukturnya berada dalam jarak 500 meter dari laut,” tambahnya.
Tanpa pengurangan emisi global, Kepulauan Pasifik dapat mengalami kenaikan muka air laut tambahan sebesar 15 cm (5,9 inci) pada tahun 2050 dan banjir pesisir selama 30 hari dalam setahun, katanya.
Ia menyerukan para pemimpin dunia untuk “secara besar-besaran meningkatkan investasi adaptasi iklim” di negara-negara yang rentan.
Dana “kerugian dan kerusakan” untuk membantu negara-negara miskin mengatasi bencana iklim yang mahal telah disetujui pada pertemuan puncak iklim PBB tahun lalu, setelah bertahun-tahun dilobi oleh kelompok-kelompok termasuk Kepulauan Pasifik. Tantangannya tetap untuk menarik kontribusi dana yang signifikan dari negara-negara kaya.
“Negara-negara maju harus memenuhi komitmen keuangan mereka – termasuk komitmen untuk menggandakan pendanaan adaptasi menjadi setidaknya 40 miliar dolar AS per tahun pada tahun 2025,” kata Guterres.
Sekjen PBB Antonio Guterres menyampaikan pandangannya dalam KTT ke-13 ASEAN-PBB di Jakarta, Kamis (7/9/2023). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO
Perubahan iklim dan isu keamanan, mendominasi diskusi tahunan para pemimpin Negara Kepulauan Pasifik, yang berjalan selama sepekan. Ada 18 anggota Forum Kepulauan Pasifik mencakup negara-negara atol yang terancam oleh kenaikan muka air laut. Negara yang terancam itu termasuk Tonga, dan salah satu eksportir batu bara terbesar di dunia, Australia.
ADVERTISEMENT
Ketika ditanya oleh seorang wartawan tentang ekspor bahan bakar fosil Australia, Guterres mengatakan bahan bakar fosil harus dihapuskan secara global, meskipun “situasi di berbagai negara berbeda” dan akan ada cara berbeda untuk melakukannya.