Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Peluit Suku Aztec Punya Efek Mengerikan pada Otak Pendengarnya
20 November 2024 11:32 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Pertama kalinya, para peneliti berhasil menganalisis dampak suara peluit tengkorak Suku Aztec pada otak manusia saat ini, dan menemukan bahwa suara tersebut membuat korteks pendengaran berada dalam keadaan siaga tinggi.
ADVERTISEMENT
“Pendengar manusia dalam eksperimen kami menilai suara peluit tengkorak memiliki dampak negatif, dan digolongkan sebagai suara menakutkan serta tidak menyenangkan, sehingga berpotensi memicu kecenderungan respons mendesak dan mengganggu proses mental,” tulis para peneliti dalam studi yang terbit di Communications Psychology.
Dengan menggunakan serangkaian teknik neuroimaging, peneliti menemukan bahwa pengalaman subjektif ini terkait dengan aktivitas otak yang sangat spesifik di wilayah kortikal pendengaran tingkat rendah yang merespons suara menakutkan.
Banyak contoh peluit tengkorak Suku Aztec ditemukan di makam yang berasal dari tahun 1250 hingga 1521 Masehi. Terbuat dari tanah liat, peluit kecil tersebut biasanya dibentuk menyerupai tengkorak manusia dan dirancang biar bisa bertabrakan dengan berbagai aliran udara, sehingga menghasilkan suara melengking, menusuk, dan seperti teriakan.
ADVERTISEMENT
Terkadang disebut “peluit kematian”, benda kuno ini diduga digunakan dalam peperangan untuk menakut-nakuti lawan di medan perang. Fakta bahwa peluit tersebut sering ditemukan di samping kerangka korban tumbal, ini telah memicu dugaan bahwa peluit mungkin punya fungsi lebih sakral
Beberapa ahli, misalnya, percaya peluit kematian disimbolkan untuk meniru angin kencang dari Mictlan, dunia bawah tanah Aztec yang dipercaya sebagai tempat turunnya upeti pengorbanan. Yang lain berpendapat bahwa suara peluit untuk mewakili Ehecatl, Dewa Angin Aztec, yang menciptakan manusia dari tulang-tulang orang mati.
Untuk mendapatkan wawasan lebih mendalam tentang bagaimana peluit digunakan, penulis studi melakukan serangkaian eksperimen psikoakustik. Mereka melibatkan orang-orang yang hidup saat ini di Eropa. Dengan merekam respons saraf dan psikologis para peserta saat mendengar suara peluit kematian, para peneliti menemukan bahwa otak kesulitan untuk mengklasifikasikan suara, yang dianggap berasal dari campuran alam dan buatan.
ADVERTISEMENT
“Suara siulan tengkorak menarik perhatian mental dengan menirukan suara-suara lain yang tidak menyenangkan yang dihasilkan alam dan teknologi,” tulis para peneliti sebagaimana dikutip IFL Science.
“Kami selanjutnya menemukan bahwa suara siulan tengkorak menerima penguraian kode khusus tentang signifikansi afektif dalam sistem pendengaran saraf manusia, disertai dengan kognisi pendengaran tingkat tinggi dan evaluasi simbolik dalam sistem otak frontoinsular-parietal,” tulis mereka.
Dengan kata lain, ambiguitas mengerikan dari peluit kematian tampaknya memicu imajinasi saat otak berjuang untuk menentukan makna simbolis dari suara tersebut. Oleh karena itu, para peneliti menyimpulkan bahwa penggunaan peluit dalam konteks ritual tampaknya sangat mungkin terjadi, terutama dalam ritual pengorbanan dan upacara terkait dengan orang mati.