Penampakan ReTro, Monyet Hasil Kloning di China yang Hidup Selama 2 Tahun

19 Januari 2024 12:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto ReTro, monyet rhesus hasil kloning sel somatik, diambil pada usia 17 bulan.  Foto: Zhaodi Liao/Nature Communications
zoom-in-whitePerbesar
Foto ReTro, monyet rhesus hasil kloning sel somatik, diambil pada usia 17 bulan. Foto: Zhaodi Liao/Nature Communications
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilmuwan di China berhasil mengkloning seekor monyet rhesus. Monyet itu hidup dengan normal selama lebih dari dua tahun. Peneliti mengklaim bahwa keberhasilan ini dapat memberikan strategi yang menjanjikan untuk kloning primata di masa depan.
ADVERTISEMENT
Namanya adalah ReTro. Dia bukan monyet rhesus pertama yang terlahir dari metode kloning. Pada 1997, monyet rhesus hasil kloning bernama Tetra diciptakan oleh ilmuwan AS menggunakan teknik disebut “embryo splitting."
Metode itu dilakukan dengan cara embrio tahap awal dipecah menjadi beberapa bagian sehingga menghasilkan sepasang kembar identik secara genetik. Cara kloning ini terkadang disebut kembar buatan, meski tingkat keberhasilannya rendah.
Dalam studi terbaru yang terbit di jurnal Nature Communicatios, para ilmuwan dari Chinese Academy of Sciences dan University of Chinese Academy of Sciences berhasil mengkloning monyet rhesus jantan sehat melalui teknik yang lebih kompleks dikenal dengan somatic cell nuclear transfer (SCNT), dilansir IFL Science.
SCNT adalah teknik yang sama yang digunakan untuk mengkloning banyak spesies mamalia, termasuk “Dolly si domba”, tikus, musang, kelinci, anjing, babi, kambing, hingga sapi. Caranya dengan memasukkan inti sel somatik ke dalam sel telur yang sudah dimodifikasi. Sel yang direkonstruksi kemudian dapat dirangsang untuk menjalani pembelahan sel dan berkembang menjadi organisme utuh yang secara genetik identik dengan donor inti sel somatik.
ADVERTISEMENT
ReTro, monyet rhesus hasil kloning yang bertahan hidup selama 2 tahun. Foto: Qian Shung/Nature Communications
Teknik kloning ini pernah dicoba pada monyet rhesus selain ReTro, tapi akhirnya gagal. Sebuah penelitian pada 2022 yang terbit di Science Advance pernah mengklaim bahwa ilmuwan berhasil menciptakan monyet rhesus hasil kloning sel somatik, tapi monyet itu mati setelah 12 jam dilahirkan.
Metode SCNT sendiri telah dibuktikan pada spesies monyet lainnya. Pada tahun 2018, para peneliti menciptakan dua klon monyet cynomolgus bernama Zhong Zhong dan Hua Hua, menandai primata pertama di dunia yang berhasil dikloning melalui SCNT. Adapun studi baru kloning monyet rhesus bermanfaat untuk memahami mekanisme teknik kloning reproduksi primata dan menyempurnakan prosesnya.
Dari terciptanya ReTro, tim berhasil menemukan kelainan dalam informasi genetik yang dibaca oleh embrio kloning yang sedang berkembang dan plasentanya. Mereka mengatasi masalah ini dengan mengembangkan metode baru dengan memastikan embrio hasil kloning berkembang dengan plasenta sehat.
ADVERTISEMENT
Kloning primata sebenarnya menimbulkan sejumlah pernyataan etis. Dengan setiap penelitian baru, para kritikus sering bertanya apakah kita berada pada jalur menuju kloning manusia? Namun, studi baru ini tidak untuk menjawab pertanyaan tersebut.
Secara ilmiah, ada beberapa langka yang harus dilakukan sebelum kloning manusia dapat dilakukan. Misalnya, para ilmuwan belum mengkloning anggota genus kera besar, seperti simpanse atau gorila.
Kendati demikian, kemajuan pesat teknik kloning primata telah mencapai titik di mana dunia perlu memastikan kerangka etik yang kuat sebelum ada ilmuwan yang benar-benar berniat mengkloning manusia.