Peneliti Bakal Ciptakan Chickenosaurus, Ubah Ayam Kembali Jadi Dinosaurus

6 Juli 2021 8:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang seniman menggambarkan dinosaurus non-unggas Anchiornis (kiri) dan tinamou, burung modern primitif (kanan), dengan moncong yang dibuat transparan untuk menunjukkan tulang premaxillary dan palatine. Foto:  John Conway
zoom-in-whitePerbesar
Seorang seniman menggambarkan dinosaurus non-unggas Anchiornis (kiri) dan tinamou, burung modern primitif (kanan), dengan moncong yang dibuat transparan untuk menunjukkan tulang premaxillary dan palatine. Foto: John Conway
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini para peneliti mengumumkan bahwa mereka berhasil memodifikasi paruh embrio ayam agar menyerupai moncong nenek moyangnya pada zaman dinosaurus. Ini menjadi satu di antara banyak modifikasi yang dibutuhkan untuk menciptakan 'Chickenosaurus'.
ADVERTISEMENT
Jack Horner, seorang profesor paleontologi di Montana State University, mengatakan bahwa dirinya telah lama mendukung gagasan modifikasi genetik ayam agar terlihat seperti dinosaurus. Setidaknya ada empat modifikasi besar yang perlu dilakukan untuk menciptakan Chickenosaurus.
Untuk mengubah ayam jadi dinosaurus, para ilmuwan perlu memberinya gigi, menyematkan ekor panjang, dan mengembalikan sayap ayam menjadi tangan. Ia juga membutuhkan mulut yang dimodifikasi. “Proyek Chickenosaurus ini kita bisa menyamakannya dengan proyek bulan,” kata Horner kepada Live Science.
Meski begitu, masih banyak rintangan yang harus dilewati para ilmuwan, salah satunya adalah mengubah paruh ayam menjadi moncong dinosaurus. Kabar baiknya, peneliti telah berhasil mengubahnya dan studinya telah diterbitkan dalam jurnal Evolution. Untuk mencapai titik ini saja, peneliti membutuhkan waktu sekitar 7 tahun.
Ubirajara Jubatus, dinosaurus sebesar ayam. Foto: Bob Nicholls/Paleocreations.com
Pertama mereka harus mempelajari perkembangan paruh pada embrio ayam dan burung emu serta perkembangan moncong pada embrio buaya, penyu, dan kadal. Kemungkinan jutaan tahun yang lalu, burung dan reptil memiliki jalur perkembangan serupa, memberi mereka moncong. Tetapi seiring berjalannya waktu, perubahan molekuler menyebabkan perkembangan paruh pada burung.
ADVERTISEMENT
Salah satu pekerjaan molekuler adalah menentukan dengan tepat jalur perkembangan mana yang berbeda, bagaimana mereka berbeda, dan apa yang mengendalikannya.
“Pekerjaan molekuler ini dapat memakan waktu berjam-jam dan ratusan eksperimen untuk beberapa yang berhasil. Ini sama seperti penemuan fosil,” ucap Bhart-Anjan Bhullar, penulis studi yang merupakan ahli paleontologi dan biologi di University of Chicago.
Selanjutnya, peneliti membutuhkan catatan fosil burung dan nenek moyang mereka untuk melihat seperti apa burung pada berbagai tahap evolusinya. "Kamu harus memahami apa yang kamu lacak sebelum mencoba melacaknya," kata Bhullar.
CT tengkorak embrio ayam kontrol, embrio ayam yang diubah dan embrio buaya. Embrio ayam yang aktivitas proteinnya telah dimodifikasi menunjuk moncong leluhur. Foto: Bhart-Anjan Bhullar/Jurnal Evolutin
Bersama rekannya, Bhullar kemudian meneliti dua gen yang aktif dalam perkembangan wajah. Setiap gen mengkode protein, namun protein yang melakukan kerja gen menunjukkan aktivitas berbeda dalam perkembangan embrio ayam dan reptil modern. Ketika para peneliti memblokir aktivitas kedua protein ini pada ayam, ia mengembangkan struktur menyerupai moncong, bukan paruh.
ADVERTISEMENT
Mereka juga berhasil mendapatkan penemuan yang lebih mengejutkan. Ketika tim mengubah paruh embrio ayam menjadi moncong, secara tidak sengaja mereka juga mengubah langit-langit mulut ayam.
Peneliti lantas kembali ke catatan fosil, mereka menemukan bahwa moncong dan tulang palatine atau langit-langit mulut unggas tampak berubah sepanjang evolusi. Misalnya, fosil makhluk mirip burung berusia 85 juta tahun yang memiliki gigi dan paruh juga punya langit-langit mirip burung.
Kini, tim Horner sedang berusaha menciptakan ayam berekor panjang. Bisa dibilang, ini adalah bagian paling sulit dalam pembuatan Chickenosaurus. Sebab, mereka perlu menyaring gen-gen pada tikus untuk menentukan jenis jalur genetik yang menghalangi perkembangan ekor. Pengetahuan ini bisa membantu mereka mengetahui cara mengaktifkan pertumbuhan ekor.
ADVERTISEMENT
Chickenosaurus ini mungkin saja benar-benar bisa diwujudkan di masa depan. Namun Bhullar mengatakan, ke depan timnya harus melihat bagaimana reaksi ayam dengan adanya ekor, lengan, jari, dan gigi pada tubuhnya.
Ilustrasi ayam sedang makan Foto: Dok.Shutterstock