Peneliti Jepang Siap Uji Coba Lift Luar Angkasa

9 September 2018 20:32 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lift luar angkasa (Foto: Obayashi Corp.)
zoom-in-whitePerbesar
Lift luar angkasa (Foto: Obayashi Corp.)
ADVERTISEMENT
Demi mendapat cara alternatif baru untuk pergi ke luar angkasa, para peneliti di Jepang akan melakukan eksperimen lift luar angkasa. Lift tersebut diharapkan bisa menggantikan roket yang sekarang digunakan sebagai cara lazim untuk pergi ke luar angkasa.
ADVERTISEMENT
Eksperimen tersebut akan dilakukan pada 11 September oleh tim peneliti dari Shizuoka University. Untuk eksperimennya, mereka akan mengirimkan sebuah model miniatur lift luar angkasa ke orbit Bumi.
Berdasarkan laporan AFP, model miniatur lift yang dikirim ke orbit akan memiliki bentuk kotak layaknya lift di Bumi dengan ukuran panjang enam sentimeter, lebar tiga sentimeter, dan tinggi tiga sentimeter.
Sementara untuk miniatur penopangnya, tim peneliti akan mengirimkan dua satelit kecil dengan ukuran 10 sentimeter di tiap sisinya yang akan dihubungkan dengan kabel besi sepanjang 10 meter. Kotak lift akan diberikan semacam motor yang membuatnya akan bisa bergerak maju mundur di kabel antara dua satelit tersebut.
"Eksperimen kami akan menjadi yang pertama di dunia dalam menguji pergerakan lift di luar angkasa," ujar juru bicara Shizuoka University, dilansir Science Alert.
ADVERTISEMENT
Ide Seabad lalu
Ide mengenai lift luar angkasa pertama kali dipikirkan oleh peneliti Rusia Konstantin Tsiolkovsky. Dia terinspirasi ketika melihat Menara Eiffel di Paris pada 1895. Sejak saat itu, teknologi ini pun muncul di banyak kisah fiksi ilmiah.
Namun demikian, tantangan teknis untuk mengimplementasikan ide ini sangatlah besar. Lift ini harus dibuat dari material yang sangat ringan tapi juga cukup kuat untuk melawan tegangan yang disebabkan oleh gaya sentrifugal di atas atmosfer Bumi untuk menjaga agar lift bisa tetap tegak lurus.
Selain itu, lift juga harus kuat menahan tarikan gravitasi Bumi, Matahari, Bulan, dan juga faktor gangguan yang disebabkan oleh kondisi atmosfer Bumi, seperti angin yang kuat.
Rencana pembuatan lift luar angkasa
ADVERTISEMENT
Perusahaan Obayashi Corp yang bekerja sama dengan Shizuoka University, sebelumnya pernah mengumumkan bahwa mereka berencana untuk membuat sebuah lift luar angkasa sebelum 2050. Namun, rencana tersebut memerlukan adanya sebuah stasiun luar angkasa yang geostationer, terpaku pada satu tempat di orbit Bumi, di ketinggian 35 ribu kilometer dan terpaku di Samudra Pasifik.
Perusahaan tersebut ingin menggunakan teknologi karbon tabung nano (carbon nanotube) sebagai kabel. Namun, hal tersebut masih mustahil dilakukan sebab sekarang umat manusia belum memiliki kemampuan serta teknologi untuk membuat karbon tabung nano sebanyak yang diperlukan untuk membuat kabel bagi lift luar angkasa, yang diperkirakan membutuhkan kabel sepanjang 96 ribu kilometer.
Menurut insinyur Keith Henson, karbon tabung nano sebagai material tidak begitu kuat. Jika diberikan banyak tekanan, ikatan antar karbon menjadi tidak stabil dan bisa membuat kabel putus.
ADVERTISEMENT
Namun tim peneliti Jepang masih optimis untuk melakukan eksperimen ini.
"Teorinya, lift luar angkasa sangat mungkin dibuat," ujar insinyur Shizuoka University, Yoji Ishikawa. "Dengan ini, perjalanan ke luar angkasa bisa menjadi sesuatu yang populer di masa depan "
Memang di masa depan sangat besar kemungkinan ditemukannya sebuah material super yang bisa digunakan untuk lift luar angkasa. Jika waktunya tiba untuk membuat lift luar angkasa, maka data dari eksperimen awal seperti ini akan sangat berharga.