Peneliti LIPI: Sesar Lembang Berada di Akhir Pelepasan Energi

4 Februari 2021 16:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti LIPI, Mudrik Rahmawan Darmawan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti LIPI, Mudrik Rahmawan Darmawan. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Belakangan, kabar akan adanya gempa besar akibat pergerakan Sesar Lembang kembali mencuat. Dalam grup pesan WhatsApp disebut bahwa gempa sesar lembang akan terjadi pada awal tahun 2021. Berikut isi pesannya:
ADVERTISEMENT
"Warga Jawa Barat, khususnya warga Bandung, Cimahi, Bandung Barat, Padalarang, Lembang, tidak ada salahnya untuk meningkatkan kewaspadaan tinggi akan terjadinya gempa bumi besar. Pasalnya diprediksi akan terjadi potensi dahsyatnya pergerakan Sesar Lembang pada awal tahun 2021 ini"
Padahal, menurut Mudrik Rahmawan Daryono, peneliti Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), tidak ada yang tahu pasti kapan gempa akan terjadi. Kendati saat ini Sesar Lembang ada dalam fase akhir pelepasan energi.
Daryono menjelaskan, sejak tahun 1400-an tidak ada gempa besar yang dihasilkan Sesar Lembang. Secara hukum alam, sebuah sesar memiliki periode keberulangan gempa besar atau yang kerap disebut sebagai “ulang tahun gempa”. Ulang tahun gempa besar Sesar Lembang berada antara 170 hingga 670 tahun sekali.
Konten Spesial: Waspada Sesar Lembang Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
“Berarti, hingga saat ini sudah 560 tahun Sesar Lembang tidak melepaskan energi. Artinya, dalam sebuah siklus gempa bumi, Sesar Lembang berada pada akhir masa siklus terjadinya gempa bumi di masa mendatang,” jelas Mudrik dalam acara ‘Ngobrol Santuy Online: Sesar Lembang Lebih Seksama Melihat & Menyikapi’ yang disiarkan secara daring, Kamis (4/2).
ADVERTISEMENT
“Kapan itu terjadi? Saya tidak tahu, bisa terjadi besok, bisa terjadi 100 tahun lagi. Tetapi, hasil dari penelitian kita menunjukkan bahwa Sesar Lembang pada fase pelepasan energi."
Sesar Lembang sendiri adalah patahan aktif di Jawa Barat, yang mengitari tepi utara kota Bandung. Patahan itu membentang sejauh 29 kilometer dari Padalarang di Bandung Barat hingga Cilengkrang di Bandung Timur. Hasil riset Mudrik menemukan, potensi gempa besar Sesar Lembang bisa mencapai 6,5 hingga 7,0 magnitudo.
Kekuatan gempa sebesar itu bisa muncul bila enam bagian Sesar Lembang bergerak bersamaan. Keenam bagian yang meliuk-liuk itu adalah Cimeta, Cipogor, Cihideung, Gunung Batu, Cikapundung, dan Batu Lonceng.
'Ular panjang' bernama Sesar Lembang Foto: Putri Sarah Arifira/kumparan
Gempa bumi merusak dari Sesar Lembang terakhir kali terjadi pada 2011. Kala itu, gempa berkekuatan 3 magnitudo melanda Kampung Muril Rahayu, Desa Jambudipa, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Setidaknya ada 384 rumah rusak akibat gempa tersebut.
ADVERTISEMENT
Menurut Mudrik, kejadian gempa bumi dangkal di ujung Sesar Lembang itu mengindikasikan bahwa mulai terjadi pelepasan energi stress yang tersimpan. Hal inilah yang patut diwaspadai serta menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat.
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memetakan zonasi daerah rawan longsor akibat guncangan gempa, khususnya di kawasan patahan untuk meminimalisir jatuhnya korban jiwa.
“Hidup di Sesar Lembang bukan sesuatu yang tidak bisa. Ini tetap bisa dibangun, banyak kaidah-kaidah yang kita harus ikuti, itu yang menjadi masalah. Termasuk bagaimana membangun bangunan yang tahan gempa sehingga kita bisa hidup dengan aman. Itu harus kita jaga bersama-sama,” katanya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.