Peneliti Sebut Semut Bisa Jadi Bumbu Pedas Pengganti Garam dan Lada

21 Maret 2024 14:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Komunitas Pemburu Semut di Singapura Foto: REUTERS/Edgar Su
zoom-in-whitePerbesar
Komunitas Pemburu Semut di Singapura Foto: REUTERS/Edgar Su
ADVERTISEMENT
Tahukah kamu bahwa semut telah sejak lama menjadi sumber makanan di seluruh dunia? Dan setiap spesies semut ternyata memiliki cita rasa berbeda.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, peneliti menganalisis semut yang dapat dimakan untuk mendapatkan gambaran bagaimana rasa dan aroma lezat itu berasal, menyoroti potensi yang belum dimanfaatkan dalam bidang kuliner di beberapa negara yang secara historis tak mau memasukkan serangga ke dalam menu makanan.
Hasilnya, semut hitam ternyata bisa dimanfaatkan sebagai pengganti asam dan cuka. Semut hitam ini mengandung asam formiat, senyawa yang dikeluarkan dari kelenjar racun. Nah, menurut peneliti, senyawa ini memungkinkan para koki untuk mengganti cuka dan jus lemon dengan semut, menjadi sumber rasa yang lebih beragam.
Namun, jika kamu ingin mendapatkan aroma burger dan sosis? Semut chicatana bisa menjadi solusi. Berkat aldehydes dan pyrazine yang terkandung di dalam tubuh semut chicatana, ketika dia dimasak maka akan menghasilkan rasa seperti daging dan roti.
ADVERTISEMENT
Rasa semut chicatana yang lezat ini bisa menjadi alternatif daging asli di masa depan. Seperti yang diketahui, daging adalah industri yang harus dibayar mahal oleh lingkungan karena memerlukan air dalam jumlah besar dan menghasilkan emisi gas rumah kaca sebagai pemicu perubahan iklim.
Dengan memahami lebih dalam potensi rasa dari semut, para peneliti tidak hanya berharap bisa memberikan pilihan kuliner baru dalam hal rasa dan tekstur, tapi juga cara untuk mendapatkan lebih banyak nutrisi ke dalam makanan.
“Semut memiliki profil rasa yang sangat beragam dan menarik. Ini benar-benar dapat meningkatkan keberagaman kuliner dengan menggunakan serangga saat membuat makanan lezat,” kata Changqi Liu, profesor ilmu pangan dalam sebuah pernyataan sebagaimana dikutip IFL Science.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak ingin orang merasa terpaksa untuk memakan serangga ini. Saya ingin menunjukkan bahwa rasanya memang sangat enak, sekaligus bergizi dan baik buat lingkungan.”
Rasa dan aroma spesies semut yang berbeda ini diketahui dengan cara mengindentifikasi senyawa volatil yang ada dalam sampel menggunakan gas chromatography-mass spectrometry. Bau yang dihasilkan kemudian dicocokkan menggunakan olfactometer, sebuah alat yang memungkinkan ilmuwan mengirim bau dalam jumlah dan durasi tertentu kepada manusia.
Meski profil rasa semut yang kaya dan beragam ini memiliki potensi besar sebagai bumbu dapur di masa mendatang, tidak semua orang cocok makan semut. Ada beberapa orang yang alergi makan serangga dan kerang akibat kandungan protein tropomyosin yang banyak ditemukan pada invertebrata.
Selain itu, budidaya serangga skala besar juga masih menjadi hal baru dalam dunia peternakan dan harganya cukup mahal. Terlepas dari itu semua, semut memang terbukti menyimpan potensi besar pengganti bumbu dapur atau daging yang tak kalah lezat dan bergizi di masa depan. So, apakah kamu tertarik mengganti bumbu dapur sama semut?
ADVERTISEMENT