Peneliti Temukan Bukti yang Menunjukkan Bentuk Inti Bumi

23 Oktober 2018 8:29 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Planet bumi. (Foto: Qimono via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Planet bumi. (Foto: Qimono via Pixabay)
ADVERTISEMENT
Peneliti dari Australian National University (ANU) yakin telah menemukan bukti langsung untuk pertama kalinya yang menunjukkan bahwa inti dalam Bumi ternyata berbentuk zat padat yang sedikit lembek.
ADVERTISEMENT
Dalam makalah yang telah dipublikasikan di jurnal Science, Hrvoje Tkalčić dan Than-Son Pham dari ANU menjelaskan bentuk inti dalam Bumi tersebut ditemukan karena adanya "gelombang geser" yang terdeteksi dari inti Bumi.
Gelombang ini adalah jenis gelombang yang disebarkan oleh gempa bumi yang menjelajah melalui interior Bumi dan hanya dapat bergerak dalam material padat.
"Inti dalam Bumi adalah planet di dalam planet Bumi, yang terkubur ribuan kilometer di bawah kaki kita," kata Tkalčić kepada Newsweek. “Kemajuan studi interior Bumi luar biasa, tetapi kami masih dalam tahap penemuan.”
Tkalčić mengatakan hasil penelitian mereka ini memang menunjukkan bahwa bentuk inti dalam Bumi adalah padat, namun lebih lembut dari perkiraan mereka.
“Inti dalam Bumi seperti kapsul waktu, kalau kita memahaminya, maka kita juga akan paham bagaimana Bumi terbentuk dan berevolusi,” tutur Tkalčić soal pentingnya penemuan ini.
ADVERTISEMENT
Gambar Bumi (The Blue Marble) diambil oleh astronaut di atas pesawat antariksa misi Apollo 17 pada 1972. (Foto: NASA)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Bumi (The Blue Marble) diambil oleh astronaut di atas pesawat antariksa misi Apollo 17 pada 1972. (Foto: NASA)
Gelombang geser dan pengungkapan karakteristik inti Bumi
Gelombang geser yang melintas di dalam inti Bumi dianggap sangat lemah sehingga tidak dapat diamati secara langsung. Peneliti pertama kali menduga bahwa inti dalam Bumi adalah padat pada tahun 1930-an hingga 1940-an, tapi belum ada buktinya.
Dalam proses penemuan ini, peneliti menggunakan metode yang disebut correlation wavefield. Metode ini melihat kesamaan antara sinyal yang diterima dua receiver setelah terjadi gempa bumi besar. Teknik ini juga digunakan untuk mengukur ketebalan es di Antartika.
"Dengan menggunakan jaringan stasiun global, kami mengambil data dari setiap receiver dan data setiap gempa bumi besar --dengan banyak kombinasi-- dan kami mengukur kesamaannya dengan seismogram. Hal ini disebut korelasi silang. Dari persamaan tersebut kami membangun correlogram global --semacam sidik jari Bumi," kata Tkalčic, dikutip dari Science Daily.
ADVERTISEMENT
Dengan menggunakan teknologi seismologi global terbaru, Tkalčić mengatakan, sebentar lagi mereka tidak hanya akan mengungkapkan bentuk dari inti dalam Bumi, tapi juga karakteristik rincinya seperti suhu dan sebagainya.
"Sebagai contoh, kita belum tahu berapa temperatur sebenarnya dari inti dalam itu, berapa usia inti itu, atau seberapa cepat ia memadat, tetapi dengan kemajuan baru dalam seismologi global, kita perlahan-lahan menuju ke sana,” ujarnya.