Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Peneliti Ungkap Asal Usul Ciuman, Ternyata Awalnya Menjijikkan
9 November 2024 16:08 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Enggak ada yang tahu kapan dan dari mana ciuman muncul di antara manusia. Namun, praktik menempelkan bibir ini ternyata tidak bersifat universal; menunjukkan bahwa budaya, bukan naluri, mungkin berperan di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Ciuman tak hanya terjadi pada manusia . Primata lain, seperti bonobo dan simpanse, juga berciuman. Menurut primatolog dan psikolog evolusi dari University of Warwick di Inggris, Adriano Lameira, ciuman muncul dari praktik yang cukup menjijikkan.
Ciuman, kata Lameira, merupakan bagian dari sesi perawatan rutin yang dilakukan oleh nenek moyang kita. Saat primata menemukan serpihan kulit mati atau parasit, mereka akan bergerak maju dan bibirnya akan menempel pada kulit pasangannya, dengan penuh kasih sayang menyeruput kotoran tersebut. Seiring berjalannya waktu, perawatan mulut semacam ini mulai ditinggalkan, tapi rasa senang menempelkan bibir antar-primata tidak pernah hilang.
“Relevansi higienis dari perawatan menurun seiring evolusi manusia akibat kerontokan bulu,” tulis Lameira dalam sebuah makalah yang diterbit di Evolutionary Anthropology. “Namun berciuman pada akhirnya tetap dipertahankan. Ini menjadi satu-satunya jejak perilaku ritual untuk memberi sinyal dan memperkuat ikatan sosial dan kekerabatan pada kera leluhur.”
ADVERTISEMENT
Adapun, asal usul ciuman di antara manusia secara evolusi telah dikemukakan di masa lalu. Salah satu penjelasan paling populer menyebut bahwa ciuman dikaitkan dengan cara orang tua memberi makan kepada bayi. Namun, ciuman memberi makan dan bercinta berbeda. Memberi makan yang sudah dikunyah kepada bayi membutuhkan tenaga dari luar untuk mengeluarkan makanan ke dalam mulut bayi. Sementara ciuman bercinta melibatkan gerakan bibir yang menonjol dengan sedikit daya isap, sehingga teori ciuman berasal dari memberi makan bayi kurang meyakinkan.
Hipotesis lain menyebut ciuman muncul dari cara manusia mengendus orang lain sebagai sarana inspeksi sosial, tapi mengapa mulut justru dilibatkan di dalamnya?
Lameira berpendapat, praktik ini mungkin berkembang sebagai bentuk jaminan. Manusia dan primata adalah hewan sosial, dan terlibat dalam berbagai ritual untuk mempererat ikatan sosial tersebut. Bagi primata, bentuk ikatan sosial paling umum adalah perawatan diri.
ADVERTISEMENT
“Perawatan terdiri dari menyisir bulu/rambut orang lain untuk membuang parasit, kulit mati, dan kotoran,” jelas Lameira sebagaimana dikutip ScienceAlert. “Perawatan membantu membangun dan memelihara aliansi, hierarki, dan kohesi kelompok melalui sentuhan sosial, melepaskan endorfin yang mengurangi stres dan meningkatkan perasaan senang antara perawat dan yang dirawat, sehingga memperkuat ikatan sosial.”
Dibandingkan dengan primata lain, manusia menghabiskan 89 persen lebih sedikit waktu untuk saling merawat diri. Ini karena manusia tidak memiliki banyak bulu lebat seperti kera atau monyet. Kita juga memiliki cara lain untuk mandi dan membersihkan diri yang tidak perlu melibatkan orang lain.
Namun, karena kita kehilangan bulu dan menghabiskan sedikit waktu untuk saling merawat, kita mungkin masih memiliki sisa ritual nenek moyang, yakni berciuman. Ciuman antara mulut kemudian berkembang secara alamiah.
ADVERTISEMENT
“Untuk wawasan evolusi masa depan mengenai evolusi ciuman manusia, dan perilaku lain yang secara unik ditunjukkan oleh spesies kita, penting untuk mengingat dan merenungkan pengaruh konteks sosioekologis, kognitif, dan komunikatif yang lebih luas dari nenek moyang manusia,” kata Lameira.