Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Peningkatan jumlah sampah padat kota (municipal solid waste/MSW), termasuk sampah plastik, adalah efek samping serius dari urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi. Pada 2012, Bank Dunia menerbitkan laporan yang menyajikan data tentang timbulan, pengumpulan, komposisi, dan pembuangan sampah kota per negara dan wilayah. Menurut laporan berjudul “What a Waste: a global review of solid waste management” tersebut, jumlah sampah yang dihasilkan masyarakat perkotaan dalam rentang waktu 2012 hingga 2025 akan meningkat pesat.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar peningkatan jumlah sampah padat kota tersebut akan terjadi di negara berkembang — diperkirakan, lebih dari 90 persen peningkatan volume sampah padat kota pada 2025 akan terjadi di negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah. Untuk menghadapi prediksi tersebut dibutuhkan rencana pengelolaan sampah terpadu. Rencana ini menjadi penting karena tidak ada pilihan pengelolaan sampah tunggal yang bisa menangani semua jenis sampah yang ada.
Asia mendapat sorotan khusus terkait hal ini karena laju perkembangannya cepat, namun tidak memiliki sistem pengumpulan sampah yang mutakhir. Selain itu, Asia memiliki jumlah kepulauan yang tinggi; di wilayah kepulauan, kemungkinan sampah plastik berakhir di lautan lebih tinggi ketimbang wilayah non-kepulauan.
Untuk mengatasi masalah ini, seperti untuk mengatasi masalah sampah secara keseluruhan, dibutuhkan pengelolaan sampah terpadu. Namun setiap negara tidak bisa mengambil langkah yang persis sama karena pengelolaan sampah terpadu, selain melibatkan berbagai macam cara pengelolaan sampah, juga bergantung kepada ekonomi lokal setempat dan kondisi lingkungan. Setiap cara memiliki keunggulan yang membuatnya menjadi sangat cocok diterapkan di satu tempat, namun belum tentu cocok diterapkan di tempat lain.
Sebagai contoh, hasil penelitian yang dijalankan oleh AlphaBeta dan Food Industry Asia (FIA) menunjukkan bahwa di Indonesia, peningkatan layanan pengumpulan sampah adalah langkah yang paling berdampak untuk menurunkan tingkat kebocoran sampah plastik ke laut — dampaknya bisa sampai 35 persen. pembatasan impor, desain yang mendukung daur ulang, dan pelarangan produk masing-masing hanya berdampak sebesar 2 persen.
ADVERTISEMENT
Di Filipina, langkah yang paling besar dampaknya adalah peningkatan fasilitas perolehan kembali material (22 persen); di Thailand, meningkatkan peralatan pengumpulan sampah (35 persen); di Vietnam, pembatasan impor (20 persen).
Lengkapnya, ada empat kategori langkah kunci yang bisa diambil oleh setiap negara — termasuk Indonesia — untuk sama sekali menghentikan kebocoran sampah plastik ke laut, antara lain; mengurangi input ke dalam sistem, meningkatkan tingkat pengumpulan untuk plastik pascapakai, menyumbat kebocoran di tahap pascapengumpulan, dan menciptakan nilai untuk mendorong penggunaan kembali plastik pascapakai. Namun mencegah kebocoran sampah plastik ke laut adalah satu hal, dan penanganan sampah plastik yang berhasil dikumpulkan adalah perkara lain.
Indonesia sudah fasih menjalankan metode daur ulang mekanis yang memang ampuh untuk daur ulang PET (contoh: botol plastik) dan HDPE (contoh: jerigen, kantong plastik konvensional), namun metode tersebut tidak cukup mampu menangani plastik-plastik jenis lain seperti film, bungkus makanan ringan, serat sintetis, dan berbagai jenis plastik lain yang masuk ke aliran limbah setiap hari. Kondisi ini diperparah dengan tingkat pemilahan dan pengumpulan sampah yang masih tergolong rendah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Itu sebabnya, dibutuhkan juga metode daur ulang kimiawi yang memungkinkan tercapainya daur ulang plastik-plastik yang saat ini belum dapat diproses oleh daur ulang mekanik. Sifatnya saling melengkapi.
Daur ulang kimiawi, yang juga disebut daur ulang tingkat lanjut, merujuk kepada beberapa proses terpisah yang memanfaatkan teknologi yang tersedia dan sedang berkembang untuk mengubah plastik-plastik yang telah habis nilai gunanya kembali menjadi komponen pembangun untuk menciptakan campuran serbaguna plastik baru, bahan kimia, bahan bakar, dan produk-produk lain.
Output dari daur ulang kimiawi di antara lain: bijih plastik baru; bahan kimia khusus; komponen pembangun dasar (monomer); bahan baku kimia (nafta); bahan bakar; dan produk-produk sampingan lain (contoh: wax).
Metode daur ulang tingkat lanjut ini bahkan tidak hanya bisa menyelesaikan masalah sampah plastik, tetapi juga memiliki dampak ekonomis. Laporan American Chemistry Council yang berjudul “Economic Impact of Advanced Plastic Recycling and Recovery Facilities in the U.S.” menunjukkan, penerapan metode daur ulang kimiawi membuka 38.500 lapangan pekerjaan baru. Tidak hanya itu, penerapan metode daur ulang kimiawi di Amerika Serikat juga memiliki output ekonomis senilai 9,9 miliar dolar AS.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Laporan Closed Loop Partners (CLP) — organisasi yang berinvestasi dalam pengembangan ekonomi sirkular — tahun 2019 menunjukkan ada permintaan besar terhadap produk-produk hasil daur ulang kimiawi. Analisis CLP menunjukkan akan ada titik temu antara teknologi ini dengan pasarnya, sehingga tercipta peluang penghasilan sebesar 120 miliar Dolar AS — itu di Amerika Serikat dan Kanada saja.
Peluang ekonomis tersebut juga berarti kabar baik untuk lingkungan. Daur ulang kimiawi punya kontribusi signifikan terhadap ekonomi sirkular — model ekonomi di mana plastik digunakan kembali alih-alih dibuang — sehingga membantu menjaga plastik tidak menjadi pencemar laut dan lingkungan serta memaksimalkan nilai bawaan mereka untuk menciptakan produk baru yang berharga.
Daur ulang kimiawi, dengan segala kemampuannya, sangat perlu diterapkan di Indonesia sebagai metode komplementer terhadap daur ulang mekanis, terlebih karena daur ulang mekanis memiliki keterbatasan dalam mengatasi plastik-plastik yang tidak disortir dengan baik, berlapis, atau tercemar parah — plastik-plastik yang, dengan kata lain, banyak sekali jumlahnya di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Story ini merupakan bentuk kerja sama dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk