Penghuni Dataran Tinggi Tibet Jadi Contoh Evolusi Manusia di Zaman Modern

26 Mei 2025 15:52 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Penghuni Dataran Tinggi Tibet Jadi Contoh Evolusi Manusia di Zaman Modern
Orang-orang yang tinggal di dataran tinggi Tibet bisa jadi contoh bagaimana manusia berevolusi di zaman modern.
kumparanSAINS
Ilustrasi dua orang ibu di Tibet Foto: Flickr/Prasad Kholkute
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi dua orang ibu di Tibet Foto: Flickr/Prasad Kholkute
ADVERTISEMENT
Orang-orang yang tinggal di dataran tinggi Tibet bisa jadi contoh bagaimana manusia berevolusi di zaman modern.
ADVERTISEMENT
Kita tahu, ada beberapa lingkungan yang bisa bikin kita tidak baik-baik saja. Pendaki gunung, misalnya, sering kali terserang "penyakit ketinggian", sebuah reaksi tubuh terhadap penurunan tekanan atmosfer yang berarti lebih sedikit oksigen yang dihirup setiap kali bernapas.
Namun di Dataran Tinggi Tibet, di mana kadar oksigen yang dihirup manusia jauh lebih sedikit daripada di dataran rendah, ada komunitas manusia yang dapat hidup dengan nyaman.
Selama lebih dari 10.000 tahun wilayah itu dihuni manusia, tubuh orang-orang yang tinggal di sana telah berubah sehingga memungkinkan para penghuninya memanfaatkan atmosfer dengan baik, yang bagi kebanyakan manusia akan mengakibatkan kekurangan oksigen yang dikirim melalui sel-sel darah ke jaringan tubuh, suatu kondisi yang dikenal sebagai hipoksia.
ADVERTISEMENT
“Adaptasi terhadap hipoksia dataran tinggi sangat menarik karena stresnya parah, dialami secara merata oleh semua orang pada ketinggian tertentu dan dapat diukur,” ujar Cynthia Beall, antropolog dari Case Western Reserve University di AS seperti dikutip ScienceAlert.
Ilustrasi penduduk Tibet. Foto: Shutter Stock
Beall telah mempelajari respons manusia terhadap kondisi kehidupan hipoksia selama bertahun-tahun. Dalam penelitian yang terbit di jurnal Proceedings of the National Academy of Science pada Oktober 2024, Beall dan timnya mengungkap beberapa adaptasi unik dalam komunitas Tibet: Sifat-sifat yang membantu darah menyalurkan oksigen.
Untuk mengungkap penemuan ini, para peneliti menyelidiki salah satu penanda dari apa yang mereka sebut sebagai “evolutionary fitness”: keberhasilan reproduksi. Wanita yang melahirkan bayi hidup adalah mereka yang mewariskan sifat-sifat ke generasi berikutnya. Ciri-ciri mereka yang berhasil beradaptasi dengan lingkungan dapat ditemukan pada wanita yang mampu bertahan dari tekanan kehamilan dan persalinan.
ADVERTISEMENT
Para wanita ini memiliki kemungkinan lebih besar untuk melahirkan lebih banyak bayi, dan bayi-bayi tersebut mewarisi sifat-sifat kemampuan bertahan hidup dari ibunya, juga kemungkinan besar untuk bertahan hidup hingga dewasa, serta mewariskan sifat-sifat ini ke generasi berikutnya.
Beall dan timnya melakukan studi terhadap 417 wanita berusia antara 46 hingga 86 tahun yang tinggal sepanjang hidupnya di Nepal, di atas ketinggian sekitar 3.500 mdpl. Para peneliti mencatat jumlah kelahiran hidup, berkisar antara 0 hingga 14 per wanita dengan rata-rata 5,2, serta informasi dan pengukuran kesehatan dan fisik.
Di antara hal-hal yang mereka ukur adalah kadar hemoglobin, protein dalam sel darah merah yang bertanggung jawab untuk menyalurkan oksigen ke jaringan. Mereka juga mengukur seberapa banyak oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Menariknya, wanita yang menunjukkan tingkat kelahiran hidup tertinggi memiliki kadar hemoglobin yang tidak tinggi maupun rendah.
Penduduk Tibet. Foto: REUTERS/Aly Song
Secara keseluruhan, hasil tersebut menunjukkan bahwa adaptasi ini mampu memaksimalkan penyaluran oksigen ke sel dan jaringan tanpa mengentalkan darah, memberi lebih banyak tekanan pada jantung karena berjuang untuk memompa cairan dengan viskositas lebih tinggi yang lebih tahan terhadap aliran. Namun, saturasi oksigen hemoglobin tinggi.
ADVERTISEMENT
“Sebelumnya kami tahu bahwa hemoglobin yang lebih rendah bermanfaat, sekarang kami tahu bahwa saturasi oksigen hemoglobin yang lebih tinggi juga bermanfaat, sekarang kami paham bahwa semakin tinggi saturasinya, semakin bermanfaat pula. Jumlah kelahiran hidup mengukur manfaatnya,” kata Beall.
Wanita dengan tingkat keberhasilan reproduksi tertinggi juga memiliki aliran darah yang tinggi ke paru-paru, dan jantung mereka memiliki ventrikel kiri yang lebih lebar dari manusia pada umumnya, ruang jantung yang bertanggung jawab untuk memompa darah beroksigen ke dalam tubuh.
Jika digabungkan, sifat-sifat ini meningkatkan laju pengangkutan dan penyaluran oksigen, sehingga tubuh manusia dapat memanfaatkan semaksimal mungkin kadar oksigen rendah di udara yang dihirup.
Penting untuk dicatat, faktor budaya juga dapat berperan. Para peneliti menemukan bahwa wanita yang mulai bereproduksi di usia muda dan telah menikah dalam jangka waktu lama tampaknya memiliki peluang lebih lama untuk hamil, yang juga meningkatkan jumlah kelahiran hidup.
ADVERTISEMENT
Namun, ciri-ciri fisik juga berperan. Wanita Nepal dengan fisiologi paling mirip dengan wanita di lingkungan dataran rendah yang bebas tekanan cenderung memiliki tingkat keberhasilan reproduksi tertinggi.
“Ini adalah kasus seleksi alam yang sedang berlangsung. Memahami bagaimana populasi seperti ini beradaptasi memberi kita pemahaman lebih baik tentang proses evolusi manusia,” kata Beall.