Penjelasan BMKG soal Cuaca Dingin dan Hujan Lebat saat Indonesia Kemarau

9 Juli 2024 14:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Embun Es akibat suhu ekstrem di Dieng, tepatnya di komplek Candi Arjuna. Foto: Dok. UPT Pengelola OW Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
zoom-in-whitePerbesar
Embun Es akibat suhu ekstrem di Dieng, tepatnya di komplek Candi Arjuna. Foto: Dok. UPT Pengelola OW Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa kamu merasa cuaca akhir-akhir ini lebih dingin dari biasanya, terutama dari malam hingga pagi hari? Jika iya, ini karena Indonesia sedang memasuki musim kemarau, dan adanya fenomena bidding.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) 2024, musim hujan di Indonesia telah berlangsung sejak November 2023, dan puncaknya terjadi pada Januari hingga Februari 2024. Intensitas hujan menurun dari Maret hingga April. Ini artinya, di Juli Indonesia sudah memasuki musim kemarau. Namun, kenapa sampai saat ini hujan masih mengguyur sebagian wilayah Indonesia, termasuk Jabodetabek?
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa pada dasarnya sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Namun, meski sudah masuk kemarau, hujan masih dapat terjadi dengan intensitas di bawah 50 mm per dasarian.
“Ada potensi peningkatan curah hujan yang signifikan dalam sepekan ke depan di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disebabkan oleh dinamika atmosfer skala regional hingga global yang signifikan, termasuk aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), Gelombang Kelvin, dan Rossby Equatorial di sebagian besar wilayah Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Kepulauan Maluku, dan Papua,” kata Guswanto sebagaimana dikutip ANTARA, Senin (8/7).
ADVERTISEMENT
Selain itu, suhu permukaan laut yang hangat di perairan sekitar Indonesia juga ikut berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah tersebut.
Pengendara kendaraan berteduh disaat hujan di Jalan Laksamana Malahayati, Cipinang, Jakarta, Senin (30/1). Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Sementara menurut Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG, kombinasi pengaruh fenomena-fenomena cuaca tersebut diperkirakan menimbulkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang disertai kilat dan angin kencang di sebagian wilayah Indonesia pada 5 - 11 Juli 2024. Wilayah tersebut meliputi Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

Fenomena bidding bikin suhu dingin

Menurut Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ida Pramuwardani, selain kemarau sebagian wilayah di Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena bidding atau bediding.
Fenomena bidding adalah kondisi cauca dingin yang ekstrem, lebih dingin dibandingkan biasanya. Fenomena ini ditandai dengan suhu udara yang turun drastis pada malam hingga pagi hari, bahkan bisa mencapai titik beku. Fenomena bidding umum terjadi di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa faktor penyebab terjadinya fenomena bidding. Pertama, pada musim kemarau, udara cenderung kering karena kurangnya uap air. Udara kering memiliki kapasitas panas yang lebih rendah, sehingga lebih cepat kehilangan panas pada malam hari.
Kedua, langit yang cerah pada malam hari menyebabkan radiasi panas dan permukaan Bumi terpancar ke atmosfer tanpa hambatan, mengakibatkan penurunan suhu yang signifikan. Ketiga angin tenang, ketiadaan angin atau angin yang lemah menghambat percampuran udara sehingga udara dingin tetap terperangkap di dekat permukaan Bumi.
Embun Es akibat suhu ekstrem di Dieng, tepatnya di komplek Candi Arjuna. Foto: Dok. UPT Pengelola OW Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara
Terakhir terkait topografi, daerah dataran tinggi atau pegunungan cenderung lebih dingin karena tekanan udara yang lebih rendah dan kelembapan udara yang lebih sedikit. Fenomena bidding lebih umum terjadi di dataran tinggi atau daerah pegunungan di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya bagian selatan. Adapun fenomena bidding akan menemui puncaknya pada Juli hingga September 2024.
ADVERTISEMENT
Terkait adanya fenomena bidding, Ida mengimbau masyarakat untuk selalu memantau informasi prakiraan cuaca dari BMKG, terutama peringatan dini potensi terjadinya bediding.
“Lindungi diri dari suhu dingin dengan memakai pakaian hangat, terutama pada malam dan dini hari saat suhu turun drastis. Gunakan selimut atau penghangat ruangan jika diperlukan,” ungkap Ida saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (9/7).
Selain itu, jaga kesehatan dengan mengonsumsi makanan bergizi dan minuman hangat untuk menjaga daya tahan tubuh. Hindari paparan udara dingin yang berlebihan, terutama bagi anak-anak, lansia, dan orang dengan riwayat penyakit pernapasan.
Bagi petani, disarankan untuk melindungi tanaman yang sensitif terhadap suhu rendah dengan menggunakan mulsa, rumah kaca, atau pemanas. Perhatikan kondisi jalan, waspada terhadap potensi jalan licin akibat embun beku yang terbentuk pada malam hari di daerah yang mengalami bediding ekstrem.
ADVERTISEMENT