Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Penyebab Sinar UV di Jakarta Sangat Tinggi Bikin Panas Pliket: Matahari & Awan
18 April 2023 15:47 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
Paparan sinar Ultraviolet (UV) dari Matahari di beberapa wilayah Indonesia, termasuk Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek ), lagi kurang bersahabat. Ini membuat suhu yang dirasakan lebih panas dari biasanya, apalagi di siang hari, membuat badan menjadi lengket atau pliket kalau kata orang.
ADVERTISEMENT
Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG ) menjelaskan, indeks UV di Indonesia pada siang hari berada dalam kategori sangat tinggi belakangan ini. Itu terjadi pada pukul 12.00 hingga 15.00.
“Pola harian indeks ultraviolet berada pada kategori 'Low' di pagi hari, mencapai puncaknya di kategori 'High', 'Very high', sampai dengan 'Extreme' ketika intensitas radiasi Matahari paling tinggi antara siang dan menjelang sore hari waktu setempat, dan bergerak turun kembali ke kategori 'Low' di sore hari,” papar Hary Tirto Djamiko, Koordinasi Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, saat dihubungi kumparanSAINS, Selasa (18/4).
“Kategori ini mengindikasikan besarnya intensitas radiasi ultraviolet dari sinar Matahari yang dirasakan di permukaan.”
Lalu, apa penyebab sinar UV Matahari di Jakarta bisa menembus kategori sangat tinggi?
ADVERTISEMENT
Ada banyak faktor yang membuat paparan sinar UV yang mencapai Bumi sangat tinggi. Beberapa faktor yaitu:
Oleh karena itu, tinggi rendahnya indeks ultraviolet sangat dipengaruhi oleh potensi pertumbuhan awan, terutama awan konvektif yang berpotensi menyebabkan hujan.
ADVERTISEMENT
Untuk lokasi yang kondisi umum cuacanya diperkirakan cerah-berawan pada pagi sampai siang hari, dalam beberapa hari ke depan dapat berpotensi menyebabkan indeks ultraviolet pada kategori “Very high” dan “Extreme” di siang hari.
BMKG memberi update prediksi indeks UV Sinar Matahari di akun Instagram @infobmkg, agar publik dapat melakukan langkah antisipasi. Dengan mengetahui indeks UV dan waktunya, kita dapat memantau tingkat sinar UV yang bermanfaat dan berbahaya untuk kesehatan.
BMKG juga memberi tips nih cara berlindung dari sinar UV yang berbahaya, berikut langkah-langkahnya:
ADVERTISEMENT
Mengenal sinar ultraviolet Matahari
Matahari adalah sumber energi bagi kehidupan di Bumi. Tanpa Matahari planet akan membeku. Namun, Matahari juga bisa menjadi ancaman bagi manusia. Pancaran panasnya dapat mengganggu kesehatan bahkan bisa merusak instrumen yang ada di Bumi. Di antaranya adalah pancaran radiasi UV.
BMKG menjelaskan, sinar UV adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang berasal dari Matahari dengan panjang antara 100 nm - 400 nm. Radiasi Matahari yang menjangkau permukaan Bumi berada pada rentang panjang gelombang 100 nm sampai dengan 1 mm.
Sinar UV ini dibagi menjadi 3 gelombang radiasi: UV A = 315 - 400 nm; UV B = 280 - 315 nm; dan UV C = 100 - 280 nm. Dari ketiga jenis sinar UV ini tidak semua bisa mencapai permukaan Bumi.
ADVERTISEMENT
UV C akan tertahan pada lapisan ozon, sedangkan 90 persen UV B akan diserap oleh ozon, uap air, dan gas lain yang ada di atmosfer. Adapun UV A sebagian besar akan mencapai permukaan Bumi.
WHO mengatakan, sinar UV A ini dapat menembus lapisan kulit dalam dan dapat berdampak pada kerusakan kulit, penuaan dini, hingga kanker kulit. Sementara itu, UV B tidak dapat menembus lapisan kulit, tapi paparannya bisa menyebabkan luka bakar pada kulit. Sinar UV C adalah jenis UV yang paling merusak, tapi beruntung sinar ini tidak bisa menembus lapisan ozon.
Meski begitu, UV C dapat ditemukan pada beberapa benda buatan manusia seperti, bohlam lampu (memiliki zat merkuri untuk menghasilkan pencahayaan) dan obor las. Sebagai catatan, meski banyak fakta menakutkan tentang sinar UV, faktanya sinar UV juga mempunyai beberapa manfaat. Salah satunya menyediakan vitamin D yang bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh, memperbaiki kualitas udara, mencegah depresi, dan mengurangi risiko kanker.
ADVERTISEMENT