Perbedaan Hepatitis A, B, C, D dan E

4 Mei 2022 11:51 WIB
·
waktu baca 7 menit
clock
Diperbarui 17 Mei 2022 9:37 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus Hepatitis B. Foto: vitstudio/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Kesehatan mengumumkan pada 1 Mei lalu, bahwa ada 3 korban meninggal kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Jakarta. Kasus yang sudah menyerang ratusan anak-anak di seluruh dunia ini masih belum diketahui penyebabnya. Pasien yang menjalani tes memiliki hasil negatif untuk virus Hepatitis A, Hepatitis B, Hepatitis C, Hepatitis D, dan Hepatitis E.
ADVERTISEMENT
WHO menyatakan wabah misterius ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Kasus misterius ini berawal di Eropa dan sudah merebak di AS, serta beberapa negara Asia termasuk Indonesia.
Hepatitis secara umum didefinisikan sebagai penyakit inflasi hati. Sebagai catatan, beberapa agen tidak menular seperti narkoba dan racun juga dapat menyebabkan inflasi hati.
Ada beberapa varian dari hepatitis. Variasi ini berdasar pada agen virus yang menginfeksi, gejala serta transmisi. Di antara semua tipe, hepatitis B dan C adalah hepatitis dengan gejala paling parah dan memakan paling banyak korban.

Hepatitis A

Hepatitis A adalah inflamasi hati yang memiliki gejala ringan sampai berat. Virusnya—virus Hepatitis A atau HAV—masuk ke saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, atau kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
ADVERTISEMENT
Gejala hepatitis A cenderung ringan dibanding hepatitis B dan C, namun dalam beberapa kasus dapat menyebabkan gagal hati akut dan meninggal.
Virus hepatitis A ditularkan terutama melalui makanan atau air yang telah terkontaminasi dengan kotoran orang yang terinfeksi. Dalam keluarga, ini mungkin terjadi meskipun tangan kotor ketika orang yang terinfeksi menyiapkan makanan untuk anggota keluarga. Wabah yang ditularkan melalui air, meskipun jarang, biasanya berhubungan dengan air yang terkontaminasi limbah atau air yang tidak diolah dengan baik. Sementara kontak kasual tidak memiliki risiko besar menginfeksi.
Hepatitis A memiliki masa inkubasi 14 hingga 28 hari, Gejalanya dari ringan hingga berat, mencakup demam, malaise, kehilangan nafsu makan, diare, mual, ketidaknyamanan perut, urin berwarna gelap dan penyakit kuning (mata dan kulit menguning).
ADVERTISEMENT
WHO memperkirakan pada tahun 2016, sebanyak 7.134 orang meninggal karena hepatitis A, atau 0,5 persen kematian hepatitis secara keseluruhan di seluruh dunia.
Hampir semua orang yang sembuh dari hepatitis A mendapatkan imun seumur hidup.
Risiko hepatitis A biasanya berhubungan dengan kebersihan air dan sanitasi serta higienitas yang rendah. Ada vaksin untuk hepatitis A.
Gambar mikroskopis elektron transmisi (TEM) ini mengungkapkan adanya partikel virus hepatitis B (HBV) (oranye). Virion bulat, yang berukuran diameter 42nm, dikenal sebagai partikel Dane. Foto: CDC/Dr. Erskine Palme

Hepatitis B

Hepatitis B adalah infeksi virus yang menyerang organ hati, dan dapat menyebabkan penyakit akut dan kronis. Hepatitis B paling banyak menyebar dari ibu ke anak ketika melahirkan, juga melalui darah seperti ketika seks atau terkena benda tajam. Infeksi kronis umum terbentuk pada bayi yang terinfeksi dari ibu mereka atau sebelum usia 5 tahun.
Hepatitis B juga menyebar melalui luka tusuk jarum, tato, tindik dan penularan darah dan cairan tubuh yang terinfeksi, seperti air liur dan cairan menstruasi, vagina dan mani.
ADVERTISEMENT
Penularan virus juga dapat terjadi melalui penggunaan berulang jarum suntik yang terkontaminasi atau benda tajam baik dalam pengaturan perawatan kesehatan, di masyarakat atau di antara orang-orang yang menyuntikkan narkoba. Penularan seksual lebih sering terjadi pada orang yang tidak divaksinasi yang memiliki banyak pasangan seksual.
Kasus dewasa pada hepatitis B hanya menyumbang 5 persen kasus kronis, di mana 95 persen sisanya adalah kasus kronis anak-anak.
WHO mengestimasi 296 juta jiwa hidup dengan hepatitis B kronis di 2019, dengan 1,5 juta infeksi baru setiap tahunnya.
Pada tahun 2019 hepatitis B menyebabkan 820 ribu kematian, kebanyakan dari sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer). Ada vaksin untuk hepatitis B.
Ilustrasi Hepatitis A. Foto: Shutter Stock

Hepatitis C

Hepatitis C adalah hepatitis yang disebabkan virus hepatitis C (HVC). Hepatitis C dapat menyebabkan gejala kronis dan akut, gejala jangka panjang, juga dapat menyebabkan sirosis hati dan kanker.
ADVERTISEMENT
Infeksi hepatitis C akut biasanya tanpa gejala dan tidak menuntun ke gejala yang mengancam nyawa. Sekitar 15 sampai 45 persen orang yang terinfeksi dapat sembuh atau menghilangkan infeksi virus dalam 6 bulan tanpa pengobatan.
Hepatitis C menyebar melalui penularan darah dari praktik injeksi yang tidak aman, perawatan kesehatan yang tidak aman, transfusi darah yang tidak disaring, penggunaan narkoba suntikan, dan praktik seksual yang mengarah pada penularan darah. Hepatitis C juga dapat diwariskan dari ibu ke bayinya.
Hepatitis C tidak menyebar melalui ASI, makanan, air atau kontak biasa seperti berpelukan, berciuman dan berbagi makanan atau minuman dengan orang yang terinfeksi.
Virus hepatitis C memiliki masa inkubasi 2 minggu hingga 6 bulan. 80 persen yang terinfeksi tidak menunjukkan gejala apa-apa. Sisanya akan mengalami demam, kelelahan, nafsu makan menurun, mual, muntah, sakit perut, urin berwarna gelap, feses pucat, nyeri sendi, dan penyakit kuning (kulit dan bagian putih mata menguning).
ADVERTISEMENT
WHO mengestimasi 58 juta jiwa memiliki infeksi hepatitis C kronis, dan 1,5 juta kasus baru per tahunnya. Pada tahun 2019, estimasi sekitar 299 ribu jiwa meninggal karena hepatitis C, sebagian besar dari sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati primer).
Obat antivirus dapat mengobati 95 persen pasien hepatitis C, namun masih terkendala akses dan diagnosis yang terbatars.
Belum ada vaksin yang efektif untuk melawan hepatitis C.
Pencegahan infeksi hepatitis C yang direkomendasikan WHO antara lain:
Jenis Hepatitis. Foto: nobelprize.org

Hepatitis D

Hepatitis D tidak berdiri sendiri. Infeksi hepatitis D biasanya didahului dengan infeksi virus hepatitis B terlebih dahulu. Virus hepatitis D membutuhkan virus hepatitis B untuk replikasinya. Seseorang tidak mungkin mengalami hepatitis D tanpa ada infeksi hepatitis B.
ADVERTISEMENT
Hepatitis D bertanggung jawab atas 5 persen kasus hepatitis kronis B di seluruh dunia.
Hepatitis D menyebar melalui kulit rusak (injeksi, tato) dan kontak dengan darah terinfeksi. Transmisi dari ibu ke bayi mungkin tapi jarang terjadi.
Hepatitis D memiliki tingkat gejala ringan hingga parah, dengan tanda yang sama dengan hepatitis lain. Gejala biasanya muncul pada 3 hingga 7 minggu dari infeksi awal. Gejala yang muncul antara lain demam, kelelahan, kehilangan nafsu makan, mual, muntah, urin berwarna gelap, tinja berwarna pucat, penyakit kuning (mata kuning). bahkan hepatitis fulminan. Tetapi, perkembangan hepatitis fulminan jarang terjadi dan hepatitis D kronis (kurang dari 5 persen hepatitis akut).
Kasus hepatitis D adalah kasus di mana virus hepatitis B dan hepatitis D menginfeksi dalam waktu bersamaan, atau terinfeksi hepatitis D setelah terinfeksi hepatitis B. Kasus yang paling umum adalah infeksi bersamaan, atau disebut juga co-infection.
ADVERTISEMENT
Kasus hepatitis D global mengalami penurunan sejak 1980-an karena vaksinasi hepatitis B yang sukses.
Kombinasi infeksi HDV dan HBV dianggap sebagai bentuk hepatitis virus kronis yang paling parah karena perkembangan yang lebih cepat menuju kematian terkait hati dan karsinoma hepatoseluler.
Hepatitis D dapat dicegah dengan imunisasi hepatitis B, namun tingkat sukses pengobatannya sendiri tergolong rendah.
Ilustrasi anak sakit menggunakan masker oksigen berbaring di tempat tidur rumah sakit. Foto: TinnaPong/Shutterstock

Hepatitis E

Hepatitis E adalah hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis E (HEV).
Hepatitis E memiliki 4 genotip. Genotip 1 dan 2 hanya ada di manusia, genotip 3 dan 4 bersirkulasi di beberapa hewan seperti babi, babi liar, dan rusa tanpa menyebabkan risiko infeksi ke manusia.
Kebanyakan hepatitis E menjangkit wilayah dengan keterbatasan akses air bersih, higienitas dan sanitasi rendah, serta kekurangan layanan kesehatan. Penyakit hepatitis E terjadi terkadang sebagai wabah atau kasus sporadis. Air minum kotor menjadi agen utama penyebaran jika wabah hepatitis E terjadi.
ADVERTISEMENT
Masa inkubasi hepatitis E berada di kisaran 2 hingga 10 minggu, dengan rata-rata 5-6 minggu.
Orang yang terinfeksi mengeluarkan virus mulai dari beberapa hari sebelum sampai 3-4 minggu setelah timbulnya penyakit.
Infeksi biasanya sembuh sendiri dan sembuh dalam 2-6 minggu. Kadang-kadang penyakit serius yang dikenal sebagai hepatitis fulminan (gagal hati akut) berkembang, yang bisa berakibat fatal.
Gejala umum hepatitis E antara lain:
Dalam kasus yang jarang terjadi, hepatitis E akut dapat menjadi parah dan mengakibatkan hepatitis fulminan (gagal hati akut). Pasien-pasien ini beresiko kematian. Wanita hamil dengan hepatitis E, terutama pada trimester kedua atau ketiga, berada pada peningkatan risiko gagal hati akut, kematian janin dan kematian. Hingga 20 sampai 25 persen wanita hamil dapat meninggal jika mereka mendapatkan hepatitis E pada trimester ketiga.
ADVERTISEMENT
Diperkirakan ada sekitar 20 juta infeksi hepatitis E seluruh dunia, di mana 3,3 persen adalah kasus bergejala.
WHO mengestimasi ada 44 ribu kasus kematian akibat hepatitis E di seluruh dunia pada tahun 2015, atau sekitar 3,3 persen total kematian infeksi hepatitis secara keseluruhan.
Vaksin untuk hepatitis E baru ada di China, dan belum tersedia di tempat lain.