Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Perjalanan RHEA Health Tone Sampai Jadi Suplemen Penguat Imun Tubuh
16 Maret 2021 16:31 WIB
Diperbarui 14 April 2021 15:40 WIB
Ketika pandemi COVID-19 menghantam dunia, berbagai penelitian dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara melawan virus mematikan ini. Sebagian besar ilmuwan berjibaku berusaha menciptakan vaksin efektif melawan SARS-CoV-2, yang lainnya membuat formula obat dan suplemen untuk meningkatkan imun tubuh atau yang membantu pasien COVID-19 sembuh dari penyakit.
Dari sekian banyak ilmuwan di dunia yang berjuang melawan COVID-19, ada sekelompok peneliti dari perusahaan farmasi Rhea Pharmaceutical Science, sebuah perusahaan molekuler di Armenia, yang berhasil membuat obat tradisional Rhea Health Tone (RHT) yang dipercaya dapat membantu merawat pasien COVID-19.
Dr. Haig Babikian, Managing Director Rhea Pharmaceutical, mengklaim bahwa suplemen ini ampuh dalam menangkal virus corona di Armenia. Klaim itu terbukti dari turunnya angka infeksi corona di Armenia hingga 3,7 persen sampai akhirnya otoritas Armenia memberikan surat semacam rekomendasi atau anjuran bahwa RHT bisa dijadikan terapi penyembuhan pasien COVID-19.
RHT diperkenalkan ke Indonesia oleh mantan menteri Jokowi pada periode Kabinet Kerja (2014-2019), yakni Eko Putro Sandjojo, mantan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi. Ia adalah passive holder atau investor di perusahaan tersebut.
Perjalanan RHT
Pada awalnya, obat tradisional ini didesain untuk mengatasi sejumlah masalah kesehatan dengan me-regulate ACE-2 yang ada di sel tubuh. Kebetulan, virus corona SARS-CoV-2 masuk ke tubuh manusia melalui ACE-2.
Menurut artikel yang dipublikasi di situs resmi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM), ACE-2 dikenal sebagai "pintu masuk" virus corona SARS-CoV-2 ke tubuh manusia. Ketika virus corona masuk ke dalam saluran pernapasan, ia akan menempel di ACE-2. Semakin banyak ekspresi ACE-2 dalam tubuh, maka semakin tinggi potensi terjadinya kerusakan pada saluran pernapasan.
Dalam hal ini, RHT berperan memperkuat ACE-2 pada tubuh manusia sehingga meminimalkan risiko virus corona yang masuk untuk mendapatkan inang.
“Berdasarkan model in silico, penelitian menunjukkan bahwa RHT akan melindungi reseptor ACE-2 dan dari penelitian in vitro RHT memiliki efek langsung pada sitokin penting seperti IL1, IL6, TNFa dan juga interferon Gama,” kata Babikian kepada kumparanSAINS, Kamis (11/3).
Dalam serangkaian uji coba, kata Babikian, RHT mampu meningkatkan respons imun tubuh. Dia juga punya efek langsung pada patogen jahat seperti virus, bakteri, dan jamur.
Dalam penelitian in vitro di Amerika Serikat, RHT terbukti efektif melawan virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit COVID-19. Ini tak lain karena RHT mengandung lima bahan alami antioksidan, salah satunya Daucus carota oleum dan Commiphora myrrha.
Dalam penelitian yang dilakukan Universitas Gadjah Mada, Daucus carota memiliki senyawa emodin. Senyawa itu berpotensi mencegah interaksi antara reseptor ACE2 dengan protein S pada SARS-CoV sehingga mengurangi infeksi terhadap virus corona. Sementara Commiphora myrrha, dalam Iberoamerican Journal of Medicine disebutkan memiliki sifat obat, seperti imunomodulator, antiinflamasi, sitotoksik, antioksidan, antimikroba dan lainnya.
Selain itu, aktivitas antivirus Commiphora myrrha dapat membantu mencegah berbagai jenis penyakit.
Sebelum diuji ke manusia, obat tradisional ini memang telah melalui serangkaian uji lab, termasuk uji in vitro dan in vivo yang dilakukan di Armenia. Armenia ditunjuk menjadi tempat uji coba karena fasilitas yang sangat mendukung, termasuk fasilitas penyulingan lima komponen esensial oil sebagai bahan dasar pembuatan RHT. Uji lab juga dilakukan di Texas, Amerika Serikat.
Di Indonesia, uji klinis masih berlangsung di tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Persahabatan, RS Hasan Sadikin, dan RS Wisma Atlet.
Meski begitu, RHT sudah mendapatkan izin edar dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI dengan nama produk Health Tone. Dari izin yang terbit pada 2 April 2020, RHT teregistrasi dengan nomor TI204633151 dan diklasifikasi sebagai obat tradisional.
Pihak yang mendaftarkan RTH ke BPOM adalah PT Rhea Pharmaceutical Sciences Indonesia yang beralamat di Kabupaten Serang, Banten. Sementara, pada kolom pabrik tertulis Esco Pharm LLC yang berada di Armenia.
RHT sudah banyak digunakan di negara lain, terutama di wilayah Eurasia. Obat tradisional ini dapat digunakan oleh semua orang tanpa ada batasan usia. Meski begitu, Babikian menyarankan agar anak di bawah usia 12 tahun dan ibu hamil dan menyusui untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum menggunakan RHT. RHT juga diklaim tidak punya efek samping karena terbuat dari bahan alami.
“Percaya bahwa RHT akan membantu orang dengan penyakit kronis dan masalah kekebalan,” katanya.