Perjuangan Bio Farma Garap Vaksin Covid, Minta Presiden - Menteri Lobi Sinovac

23 Februari 2023 18:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kemasan vaksin COVID-19 diperlihatkan di Command Center serta Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV), Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/1). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Kemasan vaksin COVID-19 diperlihatkan di Command Center serta Sistem Manajemen Distribusi Vaksin (SMDV), Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (7/1). Foto: M Agung Rajasa/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Perusahaan holding BUMN farmasi, Bio Farma, yang dipimpin oleh Honesti Basyir, harus berpikir keras saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia pada awal 2020 lalu. Belum genap enam bulan menjabat sebagai Direktur Utama Bio Farma, Honesti dihadapkan dengan permasalahan pelik, pandemi pertama di zaman modern.
ADVERTISEMENT
Sebagai Holding Farmasi BUMN, Bio Farma mengambil peran penting untuk memastikan ketersediaan obat-obatan yang saat itu sangat dibutuhkan oleh jutaan pasien covid. Masalahnya, obat bukanlah solusi tepat untuk mengendalikan pandemi. Obat hanya bersifat perawatan suportif buat orang yang terpapar corona.
Selain social distancing, ada formula yang sangat penting agar pandemi berhenti, yakni dengan vaksinasi untuk membentuk kekebalan kelompok atau herd immunity.
“Mau tak mau harus ada strategi baru, inisiatif baru untuk memastikan bahwa virus ini bisa kita kendalikan, dan jawabannya adalah vaksin,” ujar Honesti dalam wawancara eksklusif bersama kumparan.
Vaksin memang game changer dalam penanganan pandemi. Namun, bukankah dalam sebuah game selalu ada penentu permainan? Di sinilah Bio Farma berperan.
ADVERTISEMENT
Bergerak dari situasi genting, Bio Farma mulai mencari informasi untuk membantu pemerintah bukan hanya dari sisi pengobatan tapi juga mendatangkan vaksin ke Indonesia. Seiring dengan laju pergerakan corona yang semakin menggila, Bio Farma terus melakukan komunikasi dengan beberapa perusahaan bioteknologi dunia yang saat itu tengah melakukan riset tahap akhir membuat vaksin COVID-19, seperti Pfizer, Moderna, AstraZeneca, Sinofarm, dan Sinovac.
Direktur Utama Biofarma, Honesti Basyir. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Pilihan mengerucut pada Sinovac, vaksin yang dibuat oleh perusahaan Sinovac Biotech yang berbasis di China. Bukan tanpa alasan kenapa Sinovac dipilih menjadi vaksin pertama yang didatangkan ke Indonesia. Honesti mengatakan, kapasitas vaksin Pfizer dan Moderna saat itu masih sangat terbatas. Terlebih Moderna dan Pfizer sudah diambil oleh negara AS, tempat di mana vaksin ini lahir. Langkah berani untuk mengambil Sinovac harus diambil kendati banyak publik yang meragukan keefektifannya di tengah maraknya informasi miring soal vaksin.
ADVERTISEMENT
Untuk mendatangkan Sinovac ke Indonesia juga nyatanya tidak mudah. Jumlah vaksin yang Indonesia butuhkan untuk membentuk health immunity tidak sedikit. Indonesia adalah negara dengan 270 juta jiwa. Untuk membentuk kekebalan kelompok, setidaknya ada 170 juta orang yang harus divaksin. Vaksin Covid ini terdiri dari dua dosis. Artinya, Bio Farma harus menyediakan 340 juta dosis vaksin Sinovac untuk menyelamatkan jutaan nyawa manusia, sebuah angka yang sangat fantastis.
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengatakan bahwa pilihan terbaik memang mengerucut ke Sinovac. Tingkat kemanjuran vaksin ini beda tipis dengan vaksin Pfizer atau Moderna yang memanfaatkan teknologi pembuatan mRNA. Pemerintah kemudian mengamini langkah Bio Farma untuk melakukan kerja sama strategis dengan Sinovac untuk vaksin COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Efikasinya beda-beda sedikit tidak apa-apa. Yang penting penyuntikkan perlu segera dilakukan, sebelum masyarakat kena, sebelum wafat," ujar Budi Gunadi dalam wawancara dengan kumparan.
Mengingat jumlah vaksin yang dibutuhkan sangat banyak, maka diplomasi bersama Sinovac tak bisa dilakukan secara business to business (B2B) dengan Bio Farma saja. Negara harus turun tangan. Sehingga, lobi dan negosiasinya berada di level government to government (G2G) antara pemerintah Indonesia dan pemerintah China.
“Saya lapor ke Pak Erick Thohir (Menteri BUMN)... kami butuh arahan, kami butuh pemerintah untuk membantu sehingga Pak Erick butuh melakukan langkah cepat. Beliau lapor ke presiden, kami dipanggil, dan saat itulah presiden menanyakan kepada saya, apa yang dibutuhkan untuk mempercepat vaksinasi bisa dilakukan di Indonesia? Mau tak mau memang dilakukan vaksin diplomasi dan ini harus dilakukan oleh negara,” papar Honesti.
ADVERTISEMENT
“Kalau hanya kami (B2B) pasti akan sangat terbatas yang kita dapat dan juga prosesnya mungkin akan rumit, tidak mungkin akan cepat. Tapi kalau ada pemerintah di depan itu adalah kebijakan menurut saya sangat tepat.”
Dari sini, Presiden Jokowi mulai memberikan arahan. Sejumlah stakeholder mulai dari Kementerian Luar Negeri, Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN, dan BPOM sebagai legulatori obat dan vaksin, mulai turun tangan melakukan diplomasi dengan Sinovac.
Salah satu langkah untuk mempercepat vaksinasi, adalah dengan melakukan uji klinis tahap ketiga vaksin Sinovac di Bandung, Jawa Barat. Beberapa bulan kemudian hasil uji klinis keluar. Sinovac diklaim efektif mencegah corona pada pasien.
Tak lama dari situ, 1,2 juta vaksin Sinovac tahap pertama langsung didatangkan dari China ke Indonesia, tepatnya pada 6 Desember 2020. Sinovac juga mengirim jutaan bahan baku vaksin atau bulk yang kemudian diolah menjadi vaksin jadi oleh Bio Farma.
ADVERTISEMENT
“Produksi kita lakukan 24 jam tanpa henti. Banyak teman-teman kami yang kena, kita isolasi, kita rawat mereka, sembuh mereka bekerja lagi, kita cari tenaga tambahan, tapi semuanya memiliki satu prinsip yang sama bagaimana Bio Farma bisa membantu pemerintah untuk keluar dari masalah pandemi ini,” kata Honesti.
Tapi Indonesia tak bisa selalu menggantungkan dirinya pada produk luar. Sinovac hanya strategi jangka pendek. Diam-diam Bio Farma melakukan riset membuat vaksin COVID-19 buatan anak bangsa. Mereka bekerja sama dengan berbagai lembaga dalam negeri, termasuk ITB, UI, Unpad, Unair, UGM, dan Lembaga Eijkman.
Bio Farma juga membuka opsi lain dengan menjalin hubungan bersama Baylor College of Medicine, salah satu lembaga riset bioteknologi terkemuka di dunia yang berbasis di AS. Dari kerja sama ini Bio Farma mendapatkan seed (bibit) vaksin yang kemudian dikembangkan menjadi vaksin IndoVac, kemudian lanjut melakukan uji klinis tahap satu, dua, hingga tiga.
ADVERTISEMENT
Honesti mengatakan, bikin vaksin covid tidak semudah bikin aplikasi untuk industri teknologi. Jika uji klinis gagal, biaya riset dan uji klinis Rp 300 miliar yang sudah dikeluarkan akan sia-sia. Oleh sebab itu Bio Farma harus sangat hati-hati dalam mengembangkan vaksin IndoVac, semua proses dicek pakai data scientific.
Sekarang, vaksin IndoVac yang dikembangkan Bio Farma telah dirilis ke publik. Sudah teruji baik secara quality safety, efikasi, dan kualitas. Terlebih, vaksin IndoVac telah tersertifikasi halal oleh Majelis Ulama Indonesia.
Petugas menyuntikkan vaksin pada Peluncuran dan Penyuntikan Perdana Vaksin IndoVac di kantor Bio Farma, Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/10/2022). Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
“Jadi memang industri bioteknologi ini menurut saya sangat rumit, sangat complicated karena semuanya berhubungan dengan manusia. Kita tidak berhubungan dengan benda-benda mati. Jadi semua proses itu kita lakukan sedetail mungkin, sestruktur mungkin, standar-standar tertinggi kita implementasikan sehingga akhirnya IndoVac ini benar-benar mendapatkan pengakuan. Safety-nya bagus, efikasinya bagus, kualitasnya bagus, karena diproses di pasca-produksi yang modern, dan satu lagi, halal,” papar Honesti.
ADVERTISEMENT
“Mudah-mudahan tahun ini, kita bisa membuktikan bahwa vaksin IndoVac ini tidak hanya bisa dilakukan di Indonesia, dipakai di Indonesia, tapi kita juga bisa berikan untuk bagian dari global supply, donasi ke negara-negara luarnya.”
Bio Farma sudah menyiapkan bahan baku 20 juta dosis vaksin IndoVac untuk kebutuhan dalam negeri. Sebanyak 5 juta dosis vaksin telah didistribusikan pada akhir Desember 2022. Sementara di sisi kapasitas, Bio Farma sudah menyiapkan hampir 100 juta dosis vaksin tambahan untuk Indonesia dan beberapa negara lain di dunia.
Indonesia kini sudah berangsur pulih dari pandemi. Ada banyak pelajaran yang bisa dipetik dari bencana ini. Honesti bilang, tidak satupun ekosistem yang bisa berjalan sendiri-sendiri. Kuncinya satu, gotong royong dan bahu membahu untuk keluar dari bencana demi menyelamatkan banyak nyawa manusia.
ADVERTISEMENT
Pandemi bukanlah akhir dari semua perjuangan. Bio Farma masih punya mimpi besar, yakni membangun ecosystem healthcare Indonesia dan menjadi perusahaan BUMN yang go global.