Planet Ini Mirip Neraka, Suhunya 2.000 Derajat Celsius dan Punya Hujan Besi

19 Oktober 2021 11:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Planet WASP-76b bersuhu 2.000 derajat Celcius. Foto:  M. Kornmesser/ESO
zoom-in-whitePerbesar
Planet WASP-76b bersuhu 2.000 derajat Celcius. Foto: M. Kornmesser/ESO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Luar angkasa selalu memberi kejutan menarik, terutama bagi para astronom. Dari sekian banyak planet yang ada di jagat raya, salah satu yang menarik perhatian mereka adalah WASP-76b.
ADVERTISEMENT
WASP-76b tak ubahnya neraka. Planet sebesar Jupiter ini punya suhu permukaan pada siang hari terbilang cukup panas, hingga mampu menguapkan besi dan turun sebagai hujan pada malam hari. Persis seperti proses hujan yang terjadi di Bumi.
Para peneliti mengatakan, suhu di WASP-76b kini mungkin lebih panas dari prediksi sebelumnya. Dugaan ini timbul karena penemuan kalsium terionisasi yang membutuhkan suhu sangat panas untuk membentuknya.
Dalam penelitian sebelumnya, ilmuwan memperkirakan suhu udara di WASP-76b pada siang hari diperkirakan mencapai 2.246 derajat Celsius. Namun, penemuan sodium dan kalsium terionisasi membuat peneliti menduga bahwa suhu di sana bisa jauh lebih panas.
Ilustrasi exoplanet WASP-76b. Foto: NASA
“Kami melihat begitu banyak kalsium. Tanda-tanda spektral kalsium terionisasi ini dapat menunjukkan bahwa exoplanet tersebut memiliki angin atmosfer yang sangat kuat, atau suhu atmosfer di planet ekstrasurya jauh lebih tinggi dari dugaan sebelumnya,” kata Emily Deibert, astrofisikawan dari University of Toronto di Kanada.
ADVERTISEMENT
WASP-76b sendiri ditemukan pada 2016, dikenal sebagai planet ekstrasurya “hot Jupiter” karena orbitnya hanya membutuhkan 1,8 hari Bumi. Adapun jaraknya sekitar 640 tahun cahaya dari posisi kita di alam semesta.
Dalam studi baru, para peneliti menggunakan data dari Gemini North Telescope di Hawaii, AS, untuk melihat suhu sedang di WASP-76b, ketika siang dan malam. Dalam hal ini, peneliti menggunakan proses spektrosopi transit, di mana cahaya bintang planet exoplanet bersinar lewat atmosfernya.
Kualitas dan komposisi cahaya itu memungkinkan peneliti membuat perhitungan tentang atmosfer pada berbagai kedalaman berbeda. Dalam kasus ini, tim mampu mengidentifikasi tiga garis spektral langka yang menunjukkan adanya kalsium terionisasi.
Teknik spektroskopi memungkinkan para astronom untuk menemukan rahasia planet ekstrasurya yang berjarak ratusan tahun cahaya dari Bumi. Itu artinya, semakin banyak exoplanet ditemukan dan didokumentasikan, semakin mudah para peneliti mengelompokkannya sebagai bahan referensi. Pada akhirnya, kita belajar lebih banyak tentang luar angkasa yang teramat luas.
ADVERTISEMENT
* * *
Ikuti survei kumparan Tekno & Sains dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveiteknosains.