Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Potret Fosil Capit Nenek Moyang Kepiting, Sebesar Telapak Tangan Manusia
29 Februari 2024 9:11 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan menemukan fosil capit dari seekor kepiting purba berusia 8,8 juta tahun. Lebar capitnya enggak main-main, bisa seukuran telapak tangan manusia.
ADVERTISEMENT
Ilmuwan mengeklaim ini adalah spesies capit kepiting terbesar yang pernnah ditemukan. Ukuran spesimen yang sangat besar dan kuat ini membuat para ilmuwan memperkirakan bahwa hewan ini mungkin merupakan nenek moyang kepiting raksasa selatan (Selandia Baru) yang ada saat ini, yang beratnya bisa lebih dari 12 kilogram.
Spesimen ini ditemukan di pantai Waitoetoe, Pulau Utara, di Selandia Baru. Fosil ini ditemukan terawetkan secara sempurna. Ini karena hewan tersebut terkubur di dalam sedimen lumpur atau abu vulkanik yang mengeras selama ribuan tahun.
Capit kepiting ini usianya lebih tua, bahkan jauh sebelum ekosistem hewan pengurai muncul.
Para ilmuwan menamai spesies ini dengan nama Pseudocarcinus karlraubenheimeri. Nama terakhir ini disematkan untuk menghormati Karl Raubenheimer dari New Plymouth, North Island, Selandia Baru, yang mengumpulkan dan menyumbangkan spesimen tersebut.
ADVERTISEMENT
Para penulis berpendapat bahwa evolusi capit P. karlraubenheimeri didorong oleh meningkatnya populasi hewan seperti gastropoda dan bivalvia yang muncul pada Zaman Kapur Akhir.
“Ini adalah fosil kepiting terbesar yang pernah ditemukan, dan ini sangat menarik,” kata pemimpin Studi, Barry W.M. van Bakel dilansir IFL Science.
Fosil-fosil tersebut terawetkan dengan baik, dan hal ini merupakan temuan berharga untuk pemahaman evolusi kepiting dalam dunia akademis.
Berkat temuan itu, umat manusia sekarang mengetahui bahwa hewan-hewan ini dulu pernah hidup jauh di dalam lautan. Ini sekaligus menandai pertama kali bahwa hewan laut tersebut pernah hidup di wilayah yang sekarang menjadi Selandia Baru.
Studi ini telah terbit di New Zealand Journal Of Geology And Geophysics dengan judul "A new ‘Southern Giant Crab’ from a miocene continental slope palaeoenvironment at Taranaki, North Island, New Zealand."
ADVERTISEMENT