Pria Ini Biarkan Dirinya Ratusan Kali Digigit Ular Berbisa di Dunia, Biar Apa?

6 Mei 2025 8:03 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ular berbisa bertanduk ekor laba-laba (Pseudocerastes urarachnoides). Foto: reptiles4all/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ular berbisa bertanduk ekor laba-laba (Pseudocerastes urarachnoides). Foto: reptiles4all/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang pria membiarkan dirinya digigit beberapa spesies ular beracun liar paling berbahaya di dunia dengan tujuan agar tumbuhnya dapat memproduksi antibisa. Singkatnya, dia ingin tubuhnya kebal dari racun ular.
ADVERTISEMENT
Pria itu bernama Tim Friede. Seorang kolektor dan penggemar ular berbisa. Dia sadar bahwa ular bisa menggigit, Friede meniru Mithridates IV yang menurut legenda mengembangkan kekebalan terhadap banyak racun dengan melatih tubuhnya terpapar bisa dengan dosis yang terus meningkat.
Friede menyuntikkan 24 kali bisa ular ke tubuhnya selama empat bulan sebelum akhirnya membiarkan tubuhnya digigit langsung oleh ular tersebut.
“Anda harus mulai dengan dosis kecil dan meningkatkannya hingga bisa murni,” kata Friede kepada IFL Science pada 2023 lalu. “Namun dalam rentang waktu empat bulan tersebut, jika Anda berhasil menyuntikkan bisa murni, Anda akan kebal terhadap racun. Setelah itu, Anda dapat memberikan dosis pemeliharaan.”
Dr Jacob Glanville dari Centivax, penulis pertama makalah yang menjelaskan antibisa, mewanti-wanti kepada orang-orang bahwa apa yang dilakukan Friede sangat berbahaya, dan tidak boleh ditiru.
ADVERTISEMENT
“Tidak seorang pun boleh mencoba meniru Friede,” kata Jacob. “Untuk lebih jelasnya: bisa ular berbahaya bagi manusia.”
Friede mengembangkan hiperimunitas, seperti yang telah ia tunjukkan di saluran YouTube-nya @timfriede578, dengan membiarkan beberapa ular paling berbisa di dunia menggigitnya secara langsung di depan kamera.
Friede sekarang telah mengurangi perilaku ekstrem tersebut, dan sebagian kekebalannya kemungkinan akan berkurang, tapi tetap saja darah Friede dapat membuat anti racun terhadap banyak spesies.
“Saya memiliki antibodi yang lebih spesifik dalam darah saya yang diarahkan terhadap racun ular daripada yang dimiliki kebanyakan manusia dalam darah mereka,” ungkap Friede.
Friede sendiri sudah mengimunisasi dirinya sebanyak 654 kali terhadap 16 spesies ular, dan membiarkan mereka menggigit tubuhnya 202 kali. Meski sekarang dia kebal, dia tidak punya cukup darah untuk membuat anti racun bagi semua orang, jadi diperlukan cara berbeda.
ADVERTISEMENT

Proyek membuat anti racun

Saat ini tercatat ada 100.000 orang meninggal setiap tahun akibat gigitan ular, banyak yang selamat kehilangan anggota tubuh atau mengalami cedera permanen. Setiap ular berbisa memiliki banyak racun yang berguna untuk mempersulit mangsa atau predator. Racun ini berevolusi lebih cepat daripada tubuh ular itu sendiri, sehingga ada dalam berbagai macam variasi.
Antibisa dapat mencegah risiko parah akibat gigitan ular berbisa. Sayangnya, tidak semua antibisa dapat mengatasi racun ular yang masuk ke dalam tubuh. Untuk membuat antibisa, dibutuhkan biaya pengembangan yang sangat mahal. Terlebih, sebagian besar korban datang dari keluarga miskin yang tak mampu membayar antibisa tersebut. Klinik setempat juga harus menyediakan stok antibisa untuk setiap ular yang hidup di wilayahnya, dan ini membutuhkan biaya besar bagi klinik kecil.
Pedagang mengeluarkan bisa ular kobra di warung miliknya di Jakarta. Foto: AFP/ADEK BERRY
Ini lah yang membuat para peneliti mencoba mengatasinya. Diterbitkan di jurnal Cell, dengan menggunakan antibodi yang diproduksi Friede dan racun itu sendiri, para peneliti dari Centivax mengidentifikasi beberapa fitur paling umum, yang memungkinkan satu antibodi, LNX-D09, untuk memblokir aktivitas banyak racun.
ADVERTISEMENT
LNX-D09 sendiri memberi tikus kekebalan terhadap enam dari 19 spesies ular. Peneliti mengatakan, menggabungkan LNX-D09 dengan varespladib sudah lebih dari cukup untuk memberikan tikus perlindungan terhadap 9 spesies. Namun, ini masih kurang. Centivax akhirnya mencari antibodi lain dalam darah Friede dan SNX-B03, serta menambahkan ke LNX-D09 dan varespladib.
Hasilnya, para ilmuwan sukses membuat satu antibisa yang setelah diuji coba pada tikus dapat memberikan perlindungan penuh pada 13 spesies ular Elapidae. Ada juga perlindungan parsial terhadap enam spesies lain yang mereka coba.
Para peneliti yakin, antibisa yang mereka buat dapat memberikan perlindungan terhadap semua ular yang memiliki bisa neurotoksik, termasuk cobra, taipan, mamba hitam, dan beberapa ular laut.
“Saat kami mencapai tiga komponen, kami memiliki cakupan perlindungan penuh yang tak tertandingi secara dramatis untuk 13 dari 19 spesies dan kemudian perlindungan parsial untuk sisanya yang kami lihat," kata Glanville. "Kami melihat daftar dan berpikir, 'apa agen keempat itu'? Dan jika kami dapat menetralkannya, apakah kami mendapatkan perlindungan lebih lanjut?"
ADVERTISEMENT
Meski begitu, obat yang manjur pada tikus belum tentu memiliki reaksi yang sama pada manusia. Satu yang pasti, hewan pengerat dapat menjadi model terbaik untuk menguji kemampuan suatu obat, yang nantinya bisa diuji coba ke manusia.