Pria Ini Idap Tumor Kulit Kepala Gegara Breakdance, Kok Bisa?

16 Oktober 2024 10:06 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
lustrasi gerakan headspin saat breakdance. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
lustrasi gerakan headspin saat breakdance. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Seorang pria di Denmark mengidap tumor jinak di kepalanya. Anehnya, kondisi tersebut dialami karena sering melakukan breakdance, tepatnya gerakan headspin.
ADVERTISEMENT
Tim dokter yang menanganinya sudah melaporkan studi kasus ini di jurnal medis BMJ Case Reports, yang terbit pada 10 Oktober 2024 lalu.
Meski breakdance digemari banyak orang, bahkan dipertandingkan di ajang Olimpiade Paris 2024, olahraga satu ini memiliki risiko fisik. Salah satu risikonya adalah headspin hole.
Headspin hole merupakan cedera akibat penggunaan headspin (gerakan memutar badan secara terbalik dengan kepala sebagai tumpuannya) yang berlebihan, hingga memengaruhi kulit kepala. Kondisi paling umum kerontokan rambut, tapi bisa berkembang menjadi benjolan besar di bagian atas kepala.
Ilustrasi hasil CT scan kepala. Foto: Shutterstock
Ini yang dialami oleh seorang pria berusia awal 30-an tahun, yang identitasnya dirahasiakan. Tumor jinak ternyata telah tumbuh di kepalanya, dengan ketebalan lebih dari 2,54 sentimeter.
Tumor tumbuh diduga karena gesekan berulang antara kulit kepala dan lantai selama pasien melakukan headspin berulang kali. Kondisi diperparah dengan tekanan yang diberikan selama gerakan.
ADVERTISEMENT
"Tekanan berulang pada tengkorak, kulit kepala, dan kulit ini kemungkinan memicu peradangan, dan seiring waktu, pendarahan ringan dapat menyebabkan kulit menebal dan jaringan parut, sehingga membentuk tonjolan yang khas," kata Søndergaard, salah satu penulis studi kasus, dikutip dari CNN.
lustrasi gerakan headspin saat breakdance. Foto: Shutterstock
Pasien sendiri telah berlatih berbagai jenis headspin selama lebih dari 19 tahun. Ia mengaku berlatih sekitar lima kali seminggu selama 1,5 jam setiap kali, sekitar dua hingga tujuh menit setiap sesi dihabiskan untuk memberikan tekanan langsung di bagian atas kepalanya.
Kemudian, benjolan muncul di kulit kepalanya yang disertai dengan rambut rontok. Benjolan tersebut telah tumbuh dalam lima tahun terakhir, menjadi nyeri saat disentuh dan membuatnya tak nyaman.
Hasil pemeriksaan dokter menemukan kulit di atas benjolan bergerak dengan mudah, menunjukkan massa tersebut terjepit di antara kulit dan tengkorak. Pemindaian struktural pada kepala pasien mengonfirmasi hal tersebut.
ADVERTISEMENT
Dokter akhirnya mengangkat gumpalan besar jaringan dari bawah kulit kepala pria tersebut. Mereka juga mencukur bagian tengkoraknya yang menebal hingga kembali ke lebar normalnya.