Profesor Kritik Studi yang Sebut Polusi Udara Lindungi Orang dari Kanker Kulit

13 Februari 2025 16:01 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga beraktivitas saat langit diselimuti kabut asap akibat polusi udara di New Delhi, India, Senin (18/11/2024). Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Warga beraktivitas saat langit diselimuti kabut asap akibat polusi udara di New Delhi, India, Senin (18/11/2024). Foto: Sajjad HUSSAIN / AFP
ADVERTISEMENT
Sebuah studi baru yang terbit di Journal of the European Academy of Dermatology & Venereology menemukan polusi udara, PM10 dan PM2,5 yang merujuk pada ukuran polutan udara, dapat melindungi orang dari jenis kanker kulit paling berbahaya, yakni melanoma.
ADVERTISEMENT
Namun, menurut Justin Stebbing, Profesor Ilmu Medis di Anglia Ruskin University, penting untuk menyikapi hasil studi ini dengan hati-hati karena polusi udara juga dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia.
Stebbing menyebut, salah satu masalah utama dalam penelitian ini adalah cara observasi yang dilakukan peneliti yang hanya menunjukkan hubungan antara polusi dan kanker kulit, bukan membuktikan sebab akibatnya.
“Artinya, meski mungkin ada hubungan antara kadar partikel yang lebih tinggi dengan risiko melanoma yang lebih rendah, kita tidak dapat mengatakan dengan pasti bahwa polusi udara secara langsung menyebabkan efek ini,” kata Stebbing dalam tulisannya di The Conversation.
Selain itu, studi ini hanya dilakukan di satu wilayah saja, di Italia, dengan jumlah peserta lebih sedikit dibanding dengan penelitian sejenis lainnya. Meski mungkin kadar PM yang lebih tinggi dapat menghalangi paparan radiasi ultraviolet (UV), faktor risiko penyebab melanoma, ini tidak berarti polusi udara baik untuk kesehatan manusia secara keseluruhan.
ADVERTISEMENT
Bagaimanapun, polusi udara sangat berbahaya bagi kesehatan manusia, dalam berbagai cara. Partikel, terutama PM2,5, dapat menembus jauh ke dalam paru-paru, dan memasuki aliran darah. Paparan ini telah dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan serius, termasuk penyakit pernapasan.
Ilustrasi kesadaran kanker kulit. Foto: Jo Panuwat D/Shutterstock
Polusi udara juga dapat menyebabkan atau memperburuk kondisi kesehatan seperti asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), dan kanker paru-paru. Paparan terhadap partikel meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, dan masalah kardiovaskular lainnya. Selain itu, banyak penelitian terkini yang menunjukkan hubungan antara polusi udara dan penurunan kognitif, demensia, dan gangguan neurologis lainnya.
Polusi udara bahkan dikaitkan dengan berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan dampak buruk lain pada kehamilan. Faktanya, paparan polusi udara jangka panjang diperkirakan menyebabkan jutaan kematian dini di seluruh dunia setiap tahunnya, bahkan pada kadar PM yang lebih rendah.
ADVERTISEMENT
Sementara penelitian ini difokuskan pada melanoma, polusi udara telah dikaitkan dengan meningkatnya risiko jenis masalah kulit lainnya, termasuk penuaan dini, hiperpigmentasi (kondisi kulit yang menyebabkan bercak-bercak kulit menjadi gelap), dan eksaserbasi kondisi dermatologis seperti dermatitis atopik dan psoriasis.
Perlu dicatat, kata Stebbing, potensi pengurangan paparan sinar UV akibat polusi udara tidak menjadikannya alternatif untuk melindungi manusia dari paparan sinar Matahari. Ada banyak cara yang lebih sehat untuk melindungi diri dari radiasi UV, seperti menggunakan tabir surya, mengenakan pakaian pelindung, dan mencari tempat berteduh saat Matahari sedang panas-panasnya. Mencegah lebih baik daripada mengobati.
Suasana Monas yang tertutup polusi di Jakarta, Jumat (21/6/2024). Foto: Akbar Nugroho Gumay/ANTARA FOTO

Risiko polusi udara jauh lebih besar daripada manfaatnya

Lebih lanjut, Stebbing mengatakan, meski penelitian ini memberikan perspektif menarik tentang hubungan kompleks antara faktor lingkungan dan risiko melanoma, studi ini tak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa polusi udara bermanfaat bagi kesehatan.
ADVERTISEMENT
“Potensi berkurangnya risiko terkena melanoma, jika dikonfirmasi oleh penelitian lebih lanjut dalam studi yang lebih besar dan di lokasi lain, akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan berbagai risiko kesehatan terkait paparan polusi udara,” ujarnya.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk bikin udara lebih bersih dan mendukung kebijakan untuk mengurangi polusi udara. Udara bersih sangat bermanfaat bagi kesehatan, lingkungan, dan kualitas hidup manusia, bahkan seluruh makhluk di Bumi. Pada saat yang sama, kita harus menjaga kebiasaan melindungi diri dari paparan sinar Matahari guna mengurangi risiko kanker kulit, termasuk melanoma.
“Studi di masa depan dapat membantu kita lebih memahami interaksi kompleks antara faktor lingkungan dan risiko kanker. Untuk saat ini, udara bersih sangat penting untuk kesehatan kita,” papar Stebbing.
ADVERTISEMENT