Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Profil Gunung Hunga Tonga: Meletus Sebabkan Tsunami dan Shockwave
19 Januari 2022 8:31 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Tanggal 15 Januari kemarin, terjadi letusan gunung api sangat dahsyat. Salah satu gunung api di samudera Pasifik, gunung api Hunga Tonga , meletus dan menyemburkan debu vulkanik hingga terlihat dari luar angkasa. Ledakannya sangat dahsyat sampai suaranya terdengar hingga ke Selandia Baru, lebih 2000 km dari titik gunung api.
ADVERTISEMENT
Tidak berhenti di situ, gelombang kejutnya pun terasa sampai Jepang dan Finlandia. Detektor di Jepang—yang berjarak lebih dari 8.000 km—menangkap perubahan tekanan udara drastis dalam waktu singkat, sesaat setelah ledakan gunung api Hunga Tonga.
Di Finlandia, detektor juga menangkap perubahan tekanan udara. Anehnya gelombang kejutnya bergerak ke Selatan, yang artinya, gelombang kejut terebut sudah menyeberang utara bumi dan bergerak ke selatan. Mengikuti skenario ini, berarti gelombang kejut merambat lebih dari 14.000 km.
Di mana sebenarnya letak gunung ini?
Tonga adalah sebuah kerajaan kecil yang berada di Pasifik, bertetangga dengan Samoa dan Fiji. Gunung Hunga Tonga berada di kepulauan kecil yang terdiri dari Hunga Tonga dan Hunga Ha’pai, terletak di pelosok barat Tonga .
Kawah gunung ini sendiri berada di bawah laut, di antara kedua pulau tersebut. Mulanya, kedua pulau dan gunung ini adalah satu kesatuan pulau setelah dataran gunung naik ke permukaan akibat erupsi pada tahun 2009.
ADVERTISEMENT
Namun ledakan awal Januari 2022 (sebelum letusan tanggal 15) menghabiskan gundukan gunung dan menyebabkan ujung mulut dari gunung tersebut tenggelam.
Pascaerupsi: apa yang terjadi selanjutnya dengan gunung Hunga Tonga?
Sebelum meletus Januari 2022, Gunung Hunga Tonga sudah pernah mengalami erupsi pada tahun 2015, 2009, 1988, 1937 dan 1912. Gunung ini terletak di ring of fire Pasifik, sehingga tidak bisa berpisah dengan potensi gunung meletus.
Namun, letusan terakhir bisa dikatakan yang terkuat sejauh ini. Dr. Janine Krippner, ahli vulkanologi dari Program Institut Smithsonian Global mengatakan bahwa letusan dengan skala sebesar ini benar-benar kejadian langka.
“Ledakan besar ini sangat langka di skala waktu manusia, energi yang digunakan [dalam ledakan ini] sangat mengejutkan. Terlebih karena dapat menyebabkan tsunami se-penjuru Pasifik” ujar Dr. Janine dihubungi via oleh kumparan.
ADVERTISEMENT
Dr. Janine menambahkan bahwa gunung Hunga Tonga yang sudah aktif sejak 20 Desember 2021, mencapai puncaknya 15 Januari kemarin, dan sudah mulai menunjukkan penurunan aktivitas. Namun peneliti tidak bisa menebak apakah akan ada erupsi lagi—dengan skala dan daya lebih kecil—dalam waktu dekat.
Namun ada beberapa dampak pasca-erupsi yang dapat ditimbulkan oleh ledakan dahsyat kemarin. Dilansir dari Reuters, letusan gunung Hunga Tonga dapat menyebabkan dampak lingkungan, khususnya bagi wilayah dekat dengan gunung.
Sulfur dioksida dan nitrogen oksida yang dilepaskan bersamaan dengan asap debu vulkanik gunung dapat menyebabkan hujan asam ketika molekul tersebut terikat dengan air dan oksigen di atmosfer. Hujan asam ini dapat menyebabkan gagal panen dan merusak kualitas air minum.
ADVERTISEMENT
Karena ledakan terjadi di dalam air, ada banyak material vulkanik yang mengkontaminasi laut dan membahayakan biota laut. Material vulkanik ini juga membahayakan penduduk Tonga yang mayoritas mencari makan dari laut.
Debu dari letusan gunung juga mengancam kehidupan koral. Di mana dampak jangka panjangnya tidak hanya merusak habitat ikan tapi juga merusak daya tarik turis yang ingin snorkeling di Tonga.
“Kemungkinan banyak dari area batu karang di wilayah terdampak Hunga Tonga terkubur dan diselimuti banyak sekali deposit debu vulkanik” ujar Tom Schil, ahli biologi kelautan Universitas Guam, via Reuters.