Reaktor Nuklir Chernobyl Membara Lagi, Bisa Picu Ledakan

17 Mei 2021 18:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl setelah mengalami ledakan pada April 1986. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl setelah mengalami ledakan pada April 1986. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Para ilmuwan yang memantau Chernobyl menemukan letusan reaksi fisi di ruang yang tidak dapat diakses di reruntuhan reaktor nuklir. Temuan ini pun meningkatkan kekhawatiran ledakan lebih lanjut dapat terjadi di sana.
ADVERTISEMENT
Menurut laporan Science, para peneliti telah mendeteksi lonjakan emisi neutron di ruang bawah tanah reaktor nuklir tersebut yang bernama Subreactor Room 305/2. Ruangan itu penuh dengan puing-puing berat, menyimpan radioaktif uranium, zirkonium, grafit, dan pasir yang mengalir ke ruang bawah tanah reaktor seperti lahar, sebelum mengeras menjadi formasi yang disebut material yang mengandung bahan bakar (fuel-containing materials/FCM).
Anatolii Doroshenko, peneliti dari Institute for Safety Problems of Nuclear Power Plants (ISPNPP) di Kiev, melaporkan emisi neutron dari ruangan tersebut telah meningkat 40 persen sejak 2016.
Dia dan rekan-rekannya sekarang sedang mempelajari massa bahan bakar uranium yang membara dalam Subreactor Room 305/2 untuk menilai apakah mereka mungkin akan stabil sendiri atau apakah intervensi berbahaya diperlukan untuk meredakan situasi.
ADVERTISEMENT
Jika intervensi diperlukan, ruangan itu perlu dibor dan disemprot dengan gadolinium nitrat untuk menyerap neutron dan menghentikan reaksi.
“Kita hanya memiliki asumsi. Ada banyak ketidakpastian,” kata Maxim Saveliev, peneliti dari ISPNPP. “Tapi kami tidak bisa mengesampingkan kemungkinan kecelakaan.”
Suasana di ruang kontrol Chernobyl. Foto: AFP/SERGEI SUPINSKY
Saveliev telah menganjurkan pengiriman robot yang mampu menahan radiasi untuk memasang sensor neutron dan suhu di dalam ruangan. Tujuannya adalah untuk mengambil sampel yang memberi gambaran lebih jelas bagi para ilmuwan tentang apa yang sedang terjadi di ruangan itu.
Robot yang dapat menahan radiasi juga ditujukan untuk mengebor lubang di FCM dan memasukkan silinder boron, yang akan berfungsi seperti batang kendali dan menyedot neutron.
FCM di ruangan 305/2 sendiri diperkirakan memiliki sekitar 170 ton uranium iradiasi, 95 persen dari bahan bakar asli ketika bencana nuklir Chernobyl terjadi pada 1986.
ADVERTISEMENT
Untuk saat ini, limbah radioaktif ini membara "seperti bara api di lubang barbekyu," kata Neil Hyatt, seorang ahli kimia bahan nuklir di Universitas Sheffield, kepada majalah Science. Namun, mungkin saja bara api tersebut dapat menyala sepenuhnya jika dibiarkan terlalu lama, mengakibatkan ledakan lain.
“Perkiraan kami tentang bahan fisil di ruangan itu menunjukkan bahwa kami cukup yakin bahwa Anda tidak akan mendapatkan pelepasan energi nuklir secepat itu sehingga Anda mengalami ledakan. Tapi kami tidak tahu pasti,” kata Hyatt.
“Kami telah melihat perjalanan seperti ini sebelumnya dengan puing-puing bahan bakar lainnya. Laju dasar neutron meningkat, stabil dan menurun lagi. Jelas itulah yang kami harap bisa terjadi,” sambungnya.
Pembangkit listrik tenaga nuklir Chernobyl setelah mengalami ledakan (30/4/1986). Foto: AFP
Menurut Saveliev, potensi ledakan baru di Chernobyl tidak akan pada tahun 1986, yang mengakibatkan ribuan kematian dan memuntahkan awan radioaktif ke seluruh Eropa.
ADVERTISEMENT
Jika bahan nuklir menyala lagi, ledakan sebagian besar akan terkandung di dalam kandang baja dan beton yang dikenal sebagai Shelter, yang dibangun pejabat setempat di sekitar reaktor Unit Empat yang hancur satu tahun setelah kecelakaan.
Para pejabat Chernobyl juga sudah memasang struktur baja baru yang lebih besar sejak 2016. Struktur baja tersebut, yang bernama New Safe Confinement selesai dibangun pada 2018 setelah menghabiskan dana 1,5 miliar dolar AS. Ia ditujukan untuk menstabilkan reaktor Unit Empat di Chernobyl dan mengganti Shelter yang lama yang hendak dibongkar.
Hingga saat ini, tidak jelas alasan limbah nuklir di Chernobyl kembali nyala. Namun, para peneliti menduga bahwa New Safe Confinement jadi penyebabnya.
Menurut laporan Science, Shelter lama memungkinkan air hujan masuk. Karena berat air hujan membuat jumlah neutron melonjak, para pejabat khawatir hal tersebut dapat meningkatkan peluang neutron untuk membelah inti uranium.
ADVERTISEMENT
Untuk mencegah situasi kritis, New Safe Confinement pun dibangun untuk mencegah paparan hujan. Dan sejak penempatannya, jumlah neutron di sebagian besar wilayah di Shelter telah stabil atau menurun.
Meski demikian, sejak New Safe Confinement dibangun, jumlah neutron di tempat lain, seperti Subreactor Room 305/2 mulai berkembang pesat. Pemodelan ISPNPP menunjukkan pengeringan bahan bakar entah bagaimana membuat neutron memantul lebih efektif dalam membelah inti uranium.
Reaksi fisi baru yang muncul di Chernobyl bukan satu-satunya tantangan yang dihadapi para peneliti yang menjaga reaktor nuklir tersebut. Jika ledakan baru terjadi dan Shelter terkepung oleh radiasi intens, rencana pembongkarannya bakal terganggu.
Ukraina saat ini berencana menyajikan rencana terperinci untuk menghapus FCM di Chernobyl yang masih membara pada September mendatang.
ADVERTISEMENT