Rekonstruksi Wajah 2 Pria India yang Hidup 2.500 Tahun Lalu
20 September 2025 20:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
Rekonstruksi Wajah 2 Pria India yang Hidup 2.500 Tahun Lalu
Dua pria yang hidup sekitar 2.500 tahun lalu di India "hidup lagi" lewat rekonstruksi digital wajah.kumparanSAINS

ADVERTISEMENT
Dua pria yang hidup sekitar 2.500 tahun lalu di India selatan kini dihidupkan kembali lewat rekonstruksi digital wajah mereka. Penelitian terhadap sisa-sisa jasadnya juga membuka tabir peradaban misterius yang pernah berdiri di kawasan tersebut.
ADVERTISEMENT
“Kondagai diyakini sebagai tempat pemakaman dari situs arkeologi Keeladi, yang merupakan pusat peradaban urban maju sekitar tahun 580 SM,” kata Kumaresan Ganesan, Kepala Departemen Genetika di Madurai Kamaraj University, dikutip Live Science.
Peradaban Keeladi dikenal memiliki rumah bata beratap genteng, sistem pengelolaan air yang canggih, perdagangan dengan wilayah jauh, hingga penggunaan aksara Tamil kuno. Pertama kali diidentifikasi pada 2013, baru sebagian kecil dari pemukiman kuno dan area pemakamannya yang berhasil digali sejauh ini.
Ganesan dan timnya kini tengah menganalisis DNA purba dari tengkorak dan sisa jasad lain di Kondagai untuk memahami lebih jauh siapa sebenarnya penghuni Keeladi.
ADVERTISEMENT
Dua tengkorak tersebut digali tahun 2021, ditemukan di dalam tempayan pemakaman yang juga berisi perhiasan, tembikar, hingga bekal makanan. Analisis anatomi menunjukkan kedua pria itu meninggal pada usia sekitar 50 hingga 60 tahun, meski penyebab kematian mereka masih belum diketahui.
Untuk merekonstruksi wajah, tim peneliti melakukan CT scan pada tengkorak lalu membuat model 3D virtual. Data ini kemudian dikirim ke Face Lab, unit riset di Liverpool John Moores University, Inggris, yang khusus menangani rekonstruksi wajah.
“Model ini membantu kita memahami orang-orang di masa lalu, sekaligus membandingkan diri kita dengan leluhur,” kata Caroline Wilkinson, Direktur Face Lab.
Para ahli di Face Lab membangun ulang otot, lemak, dan kulit digital di sekitar tulang tengkorak. Mereka menggunakan basis data populasi Asia Selatan modern untuk menentukan kedalaman jaringan lunak dan ciri wajah.
ADVERTISEMENT
Pilihan warna mata, rambut, dan kulit masih berdasarkan interpretasi kreatif, meski digunakan referensi rata-rata penampilan masyarakat India Selatan saat ini.
“Hasil ini masih berupa draf awal,” jelas Ganesan.
Timnya berharap data DNA lebih detail nantinya bisa memberi gambaran akurat tentang warna rambut, kulit, dan mata leluhur Keeladi. Adapun analisis genetik awal menunjukkan kedua pria ini memiliki kemiripan dengan populasi Asia Selatan modern. Artinya, mereka kemungkinan besar adalah bagian dari nenek moyang sebagian masyarakat India Selatan saat ini. Namun, Ganesan menekankan bukti DNA yang ada belum cukup spesifik.
“Kami masih membutuhkan data genetik yang lebih rinci khusus untuk Tamil Nadu dan kawasan India Selatan agar bisa memastikan keterkaitan leluhur,” ujarnya.
