Rekor, Tikus Ini Jadi Mamalia yang Hidup di Tempat Tertinggi di Dunia

25 Mei 2020 11:05 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tikus bertelinga kuning (Phyllotis xanthopygus rupestris) dinobatkan sebagai hewan mamalia dengan tempat tinggal tertinggi di dunia. Foto: Marcial Quiroga-Carmona/Nebraska Today)
zoom-in-whitePerbesar
Tikus bertelinga kuning (Phyllotis xanthopygus rupestris) dinobatkan sebagai hewan mamalia dengan tempat tinggal tertinggi di dunia. Foto: Marcial Quiroga-Carmona/Nebraska Today)
ADVERTISEMENT
Seekor tikus memecahkan rekor sebagai mamalia yang dapat hidup di tempat paling tinggi di dunia. Hewan ini ditemukan di salah satu puncak pegunungan Andes di Argentina.
ADVERTISEMENT
Biasanya, kita melihat tikus hidup di selokan atau bahkan di dalam rumah. Namun, penelitian terbaru dari University of Nebraska membuktikan bahwa tikus mampu hidup di tempat yang amat tinggi.
Tikus bernama latin Phyllotis xantopygus rupestris ini ditemukan hidup pada ketinggian 6.739 meter. Spesies ini pertama kali terlihat pada tahun 2013. Pada bulan Februari lalu, tim peneliti kembali menuju puncak pegunungan Andes dan berhasil menemukan tikus ini hidup di sana.
Seluruh orang yang tergabung dalam penelitian tersebut mengaku kaget melihat ada mamalia yang mampu hidup dalam kondisi ekstrem tersebut.
“Tidak ada satu orang pun yang berpikir akan menemukan mamalia yang mampu bertahan hidup pada ketinggian seperti ini,” ujar Jay Storz, profesor ilmu biologi dari University Nebraska–Lincoln di Amerika Serikat, dilansir Nebraska Today.
ADVERTISEMENT
“Selama ini, kita selalu mengira bahwa batas bagi seekor mamalia untuk dapat bertahan hidup berada pada kisaran ketinggian 5.000 meter,” lanjutnya.
Suhu tempat peneliti menemukan tikus bertelinga kuning ini bisa turun hingga minus 59 derajat Celsius. Kadar oksigennya bahkan sekitar 45 persen lebih tipis dibandingkan tempat lain.
“Penemuan ini membuat saya berpikir bahwa mungkin kita telah meremehkan batas ketinggian dan toleransi fisiologis mamalia dan vertebrata lainnya hanya karena puncak tertinggi di dunia belum dijelajahi para ahli biologi,” terang Storz.
Tempat berkemah tim peneliti di pegunungan Andes saat menemukan mamalia yang mampu hidup di tempat paling tinggi di dunia. Foto: Jay Storz
Peneliti menduga tikus ini hidup dengan memakan serangga serta lumut di tempat tinggalnya. Meski begitu, peneliti belum berhasil menemukan bukti atas klaim tersebut.
Selanjutnya, tim akan meneliti isi lambung serta gen dari tikus ini. Hal ini diharapkan mampu memberikan petunjuk ihwal kemampuan adaptasi tikus ini yang amat luar biasa.
ADVERTISEMENT
“Di masa yang akan datang, pasti ada potensi untuk melakukan lebih banyak ekspedisi pendakian untuk mengetahui seberapa umum hal ini dan untuk menemukan lebih banyak batas fisiologis kehidupan hewan di ketinggian,” pungkas Storz.
(EDR)
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
****
Yuk! bantu donasi atasi dampak coron
a.