Ribuan Singa Dibiakkan di Penangkaran Asia dan Afrika untuk Dibunuh

10 Juli 2019 19:29 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi harimau dan singa Foto: Capri23auto dan Alexas_Fotos via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi harimau dan singa Foto: Capri23auto dan Alexas_Fotos via Pixabay
ADVERTISEMENT
Investigasi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba World Animal Protection mengungkap kondisi mengerikan tentang ribuan kucing besar, kebanyakan terdiri atas singa dan harimau, yang dipaksa bertahan hidup di sebuah industri peternakan di Afrika Selatan dan Asia.
ADVERTISEMENT
Kucing-kucing ini dikembangbiakkan untuk dibunuh dan diambil bagian-bagian tubuhnya, termasuk tulang dan darahnya. Mereka diproyeksikan untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meningkat akan kebutuhan obat tradisional di negara-negara seperti China dan Vietnam.
Bagian-bagian tubuh hewan-hewan itu lantas diubah menjadi segala macam produk termasuk anggur, kapsul, gel, dan balsem yang dianggap bermanfaat dalam bermacam-macam pengobatan, mulai dari radang sendi hingga meningitis.
Sebagai contoh, para peneliti menjelaskan bagaimana kejamnya peternakan-peternakan di China. Di sana lebih dari seribu kucing besar disimpan di kandang-kandang kecil.
“Banyak kucing yang kurus dengan tulang rusuk dan belakang mereka sangat terlihat. Kondisi kejam dan restriktif menyebabkan hewan-hewan itu sangat tertekan sehingga banyak yang mondar-mandir di dalam kandang selama berjam-jam. Sementara yang lain tampak melukai diri mereka sendiri.” tulis tim investigasi dalam laporan mereka, seperti dilansir Newsweek.
Singa di Penangkaran Afrika Selatan yang terkena Kudis. Foto: Conservation Action Trust
“Melukai diri sendiri, biasanya menggigit anggota tubuh dan ekor, merupakan perilaku yang abnormal pada kucing-kucing itu. Itu adalah bentuk reaksi terhadap kurungan dan tekanan yang tidak terjadi di alam liar, di mana singa dan harimau dapat berkeliaran dengan bebas di wilayah sekitar 7 hingga 100 kilometer.”
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, tempat yang dihuni singa dan harimau di peternakan hanya berukuran 4 kali 7 meter persegi. Selain itu, fasilitas yang diberikan juga sangat minim. Hewan-hewan itu diberi makanan dan minuman hanya untuk bertahan hidup hingga cukup umur untuk dibunuh.
Di tempat lain seperti di Afrika Selatan, para peneliti menemukan anak singa dan harimau digunakan sebagai objek wisata. Mereka diambil dari peternakan atau dari induknya di alam liar, dan dibesarkan di kebun binatang untuk dijadikan tontonan. Selain itu, singa-singa muda juga sering dijadikan target menembak oleh para pemburu trofi.
“Peternakan singa di Afrika Selatan, sering menawarkan anak singa untuk dijadikan hewan peliharaan kepada para wisatawan. Tapi, menjadikannya trofi adalah bisnis utama mereka, di mana mereka memasang tarif 12.000-15.000 dolar AS per singa. Para pemburu biasanya hanya tertarik pada kepala singa, sedangkan peternak dapat memperoleh keuntungan tambahan dengan menjual bagian tubuh lain kepada eksportir,” catat para peneliti.
Simba, singa yang berhasil diungsikan dari Irak. Foto: REUTERS/Muhammad Hamed
“Di Thailand, banyak fasilitas pengembangbiakkan harimau juga menawarkan pengalaman wisata dengan hewan-hewan tersebut. Ini termasuk memberi makan dan mengelus, hingga menyebabkan hewan-hewan itu sangat tertekan melalui interaksi paksa dengan ratusan orang setiap harinya. Harimau muda sebagian besar digunakan untuk interaksi wisata, sedangkan harimau dewasa nasibnya tidak jelas. Dan kasus perdagangan harimau ilegal dari Thailand cenderung digunakan untuk obat tradisional dan produk mewah.”
ADVERTISEMENT
Seiring makin banyaknya permintaan obat tradisional Asia, maka semakin banyak pula singa dan harimau yang dikurung di peternakan. Para betina dipaksa untuk menghasilkan lebih banyak anak daripada yang mereka lakukan di alam liar.
Bahkan, perkawinan sedarah juga sering terjadi di peternakan ini, yang menyebabkan singa dan harimau terlahir dengan kelainan, seperti cacat kaki dan wajah, serta mengalami masalah penglihatan, pendengaran, dan pernapasan.
“Pemisahan awal antara anak dan induk, menyebabkan dampak yang besar bagi keduanya. Di alam liar, anak-anak biasanya akan tinggal bersama induk mereka hingga dua tahun. Tetapi, di peternakan, anak-anak diambil dari induknya dalam beberapa hari, atau minggu pertama. Siklus pembiakkan kemudian dimulai lagi. Kebun binatang Sriracha di Thailand dengan bangga menyatakan bahwa mereka mencapai angka kelahiran 6 hingga 9 kali lebih tinggi daripada di alam liar,” tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
“Apakah kehidupan hewan tidak berarti apa-apa? Kucing-kucing besar ini dieksploitasi demi keserakahan dan uang, dan mereka sangat menderita pada setiap tahap kehidupannya,” ujar Jan Schmidt-Burbach, dokter hewan sekaligus penasihat global satwa liar World Animal Protection, saat menanggapi masalah ini.