Riset: 65 Persen Pengidap Diabetes Alami Dampak Buruk pada Kesehatan Mental

21 November 2024 18:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi cek gula darah untuk mendeteksi diabetes. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cek gula darah untuk mendeteksi diabetes. Foto: Shutterstock
Konsumsi gula tinggi membuat Indonesia berada di peringkat kelima dengan kasus diabetes terbanyak di dunia. Kasusnya mencapai 19,47 juta dan cenderung naik dari tahun ke tahun.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2023, Kementerian Kesehatan RI mencatat prevalensi diabetes pada penduduk berusia di atas 15 tahun meningkat 11,7 persen. Selain konsumsi gula berlebih, gaya hidup tidak sehat dan pola makan tidak seimbang menjadi faktor utama penyebab diabetes.
Sun Life pun mencoba melihat bagaimana tren diabetes pada 2024 melalui survei yang melibatkan 3.647 responden di Indonesia, Hong Kong, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Vietnam mengenai kesadaran tentang faktor risiko diabetes, pengobatan, dan pencegahan.
Sayangnya, meski kasus diabetes meningkat dari tahun ke tahun, hanya sedikit orang yang secara aktif mengambil langkah untuk menurunkan risiko mereka terkena diabetes. Padahal, 65 persen responden mengaku, diabetes berdampak buruk pada kesehatan mental mereka pasca-diagnosis.
"Banyak dari pengidap diabetes yang mengalami diskriminasi. Di tempat kerja, 72 persen dari mereka dihakimi atau mengalami bias terkait kondisinya. Sementara 76 persen (responden) merasa dihakimi oleh keluarga dan teman sendiri," tulis laporan tersebut.
Dalam penelitian yang dilansir National Institutes of Health juga disebutkan, pengidap diabetes sering mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri pasca-diagnosis. Perlunya perubahan gaya hidup dapat memicu reaksi depresif yang membuat pengidap merasa sedih berkepanjangan.

Selain Kesehatan Mental, Diabetes Beri Dampak ke Kondisi Finansial

Tak hanya kesehatan mental, salah satu silent killer ini juga memengaruhi kondisi finansial. Sepertiga (37 persen) responden Indonesia mengaku mengalami dampak finansial yang parah setelah mengidap diabetes. Sebanyak 81 persen bahkan tidak mampu secara konsisten membiayai perawatan yang sesuai.
Tak hanya kesehatan fisik dan mental, diabetes juga memengaruhi kesehatan finansial. Foto: Shutterstock
Orang-orang terdekat pun merasakan dampak yang sama. Sebanyak 74 persen non-diabetesi menyoroti perlunya perlindungan asuransi kesehatan karena merasa khawatir akan beban finansial yang mungkin terjadi akibat diagnosis diabetes tipe 2.
Meski risiko diabetes terus meningkat, tetapi hanya 47 persen dari populasi yang menjalani pemeriksaan tahunan dan 36 persen bahkan belum pernah melakukanya. Inilah yang menyebabkan diagnosis tak terduga.
Hanya sebagian kecil yang secara konsisten menjaga pola makan sehat, memantau berat badan dan gula darah, serta rutin berolahraga. Satu dari lima orang tidak memastikan anak-anak mereka mengonsumsi makanan sehat, dan 27 persen tidak mendorong anak-anak mereka untuk berolahraga.
Tak heran, diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang paling umum, mencakup sekitar 90 persen dari kasus global. Saat ini ada lebih dari 540 juta orang hidup dengan kondisi ini di seluruh dunia. Lebih dari 90 juta di antaranya berada di Asia Tenggara, yang jumlah orang dewasa dengan diabetes diperkirakan akan melonjak menjadi 152 juta pada tahun 2045.
Banyak orang kesulitan memahami informasi gizi. Sebanyak 31 persen kesulitan mengidentifikasi gula dan lemak tersembunyi dalam pola makan mereka. Sementara 23 persen kesulitan memahami dampak makanan tertentu pada kadar gula darah mereka.
Masih banyak insight-insight menarik dalam “Healthy Habits, Healthier Futures: Preventing Diabetes in Asia”. Anda bisa mengunduhnya di sini untuk mempelajari lebih lanjut.

Sun Life Ajak Masyarakat Lebih Aware terhadap Diabetes

Sun Life menyadari, beban fisik, mental, dan finansial dari diabetes bisa sangat besar. Jumlah penderita diabetes yang tidak mampu membiayai perawatan yang konsisten menunjukkan kebutuhan mendesak akan akses yang terjangkau ke pengobatan.
Chief Client Officer Sun Life Indonesia, Kah Jing Lee, mengatakan, Sun Life berkomitmen untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya pencegahan diabetes tipe 2 sedini mungkin.
Olahraga menjadi salah satu cara untuk mencegah diabetes. Foto: Shutterstock
Caranya, melalui penerapan gaya hidup aktif dan sehat bagi generasi muda serta didukung dengan penyediaan akses olahraga bagi komunitas masyarakat yang membutuhkan.
"Sejak 2012, Sun Life telah mengalokasikan lebih dari USD 53 juta untuk memerangi diabetes secara global melalui kemitraan strategis yang mendukung komunitas yang paling rentan. Melalui kemitraan lokal dengan rumah sakit, institusi medis, dan yayasan di seluruh wilayah, Sun Life menyediakan akses kesehatan," ucapnya.
Mulai dari pemeriksaan glukosa darah, nasihat nutrisi dan konseling, program olahraga, paket perawatan diabetes, hingga program edukasi lokal untuk anak-anak, Sun Life terus mendorong masyarakat memantau risiko diabetes mereka.
Sun Life juga telah bermitra dengan yayasan perubahan sosial Beyond Sport untuk meluncurkan Hoops + Health, sebuah program komunitas yang mendorong aktivitas dan gaya hidup sehat melalui olahraga basket dengan meningkatkan akses komunitas ke fasilitas olahraga basket dan pelatih di seluruh Asia.
Hingga saat ini, Hoops + Health telah membantu lebih dari 14 ribu orang di komunitas yang membutuhkan untuk tetap aktif dan menikmati olahraga.
Pada akhirnya, kesadaran akan pencegahan diabetes harus dimulai dari diri sendiri. Mulailah untuk mengadopsi gaya hidup sehat seperti mengatur pola makan, rutin berolahraga, dan istirahat cukup untuk memerangi diabetes. Semakin dini memulainya, #PastiJadiLebih dampak yang dirasakan nantinya.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio