Riset: Faktor Keturunan Bisa Jadi Penyebab Disfungsi Ereksi

11 Oktober 2018 10:21 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pria tidak ereksi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pria tidak ereksi. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bagi pria dewasa, dan mungkin juga bagi sebagian perempuan, disfungsi ereksi merupakan momok mengerikan yang bisa merusak kenikmatan seksual. Jutaan pria di seluruh dunia menderita kondisi ini dan peneliti menduga genetika atau faktor keturunan merupakan salah satu penyebabnya.
ADVERTISEMENT
Temuan atas dugaan ini dijelaskan dalam sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada 8 Oktober 2018. Dalam riset ini, para peneliti mempelajari data jutaan titik gen manusia.
Newsweek melaporkan data gen untuk riset ini didapat dari 36 ribu lebih pria di California, AS. Hasil penelitian terhadap data tersebut kemudian diperkuat oleh riset lain di Inggris yang mempelajari data dari 222 ribu lebih pria.
Dari ribuan data gen itu, para peneliti melakukan pemindaian untuk mengidentifikasi variasi genetika dari suatu penyakit atau sifat. Menurut Eric Jorgenson, pemimpin riset ini, variasi genetika ini mungkin mengubah jumlah protein yang dibuat oleh gen SIM1 yang mempengaruhi kesehatan seksual.
ADVERTISEMENT
"Mungkin saja kita bisa menggunakan daerah genetik ini sebagai kunci untuk mengidentifikasi neuron yang secara spesifik mempengaruhi fungsi seksual," kata Jorgenson, dikutip dari Newsweek.
Ilustrasi pria tidak ereksi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pria tidak ereksi. (Foto: Thinkstock)
"Kami tahu bahwa ada faktor risiko lain untuk disfungsi ereksi, seperti merokok, obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Namun yang unik mengenai daerah pada gen manusia yang kita identifikasi ini adalah ia bekerja terpisah dari faktor-faktor risiko lain yang diketahui. Artinya, lokasi genetika ini tampaknya bekerja secara spesifik untuk fungsi seksual," jelasnya.
Menurut Jorgenson, temuan ini bisa menjadi harapan bagi pria yang kondisi disfungsi ereksinya tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan yang ada sekarang.
"Langkah selanjutnya adalah untuk menemukan bagaimana lokasi di gen mempengaruhi risiko disfungsi ereksi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT