Riset: Indonesia Rentan Dilanda Bencana Ekstrem 100 Kali Lebih Sering

3 September 2021 7:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi gelombang pasang yang tinggi akibat naiknya permukaan laut. Foto: REUTERS / Krittapas Chaipimon
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gelombang pasang yang tinggi akibat naiknya permukaan laut. Foto: REUTERS / Krittapas Chaipimon
ADVERTISEMENT
Sebuah riset baru telah memprediksi akibat dari peningkatan suhu Bumi dan kenaikan permukaan laut yang ekstrem. Kondisi tersebut akan membuat sejumlah negara rentan mengalami bencana ekstrem 100 kali lebih sering pada akhir abad ini. Sejumlah negara yang bakal terkena dampaknya termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Penelitian yang terbit dalam Jurnal Nature Climate Change edisi 30 Agustus menjelaskan, meningkatnya pemanasan global menyebabkan perubahan iklim dan dapat berdampak pada kenaikan permukaan laut ekstrem di sepanjang garis pantai di seluruh dunia.
Hal tersebut diprediksi bakal terjadi di setengah dari 7.283 lokasi yang dijadikan objek penelitian. Di wilayah yang terkena dampak paling parah, bakal dilanda terjangan gelombang tinggi yang lebih sering.
Para ilmuwan menemukan naiknya permukaan laut ekstrem ataupun gelombang tinggi semula diprediksi terjadi setiap 100 tahun sekali. Namun, riset baru ini membuat prediksi berubah, sehingga bencana ekstrem akan lebih sering terjadi lebih dari satu kali setiap tahun sepanjang akhir abad ini.
Seorang warga, Sarmin (56), memperbaiki tumpukan batu pemecah ombak yang rusak akibat banjir rob di desa Eretan Kulon, Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Foto: Adeng Bustomi/ANTARA FOTO
Penulis utama riset ini, Dr. Claudia Tebaldi dari Laboratorium Nasional Pacific Northwest National Department of Energy AS mengatakan, data dari penelitian ini diambil menggunakan metode sintesis baru untuk memetakan kemungkinan efek kenaikan suhu Bumi mulai dari 1,5 derajat celsius hingga 5 derajat celsius dibandingkan dengan masa pra-industri.
ADVERTISEMENT
"Studi ini memberikan gambaran yang lebih lengkap di seluruh dunia. Kami dapat melihat tingkat pemanasan yang lebih luas dengan detail spasial yang sangat detail," kata Tebaldi dikutip Science Daily.
Efek dari naiknya air laut yang ekstrem akan dirasakan paling akut di daerah tropis dan lokasi yang paling mungkin terkena dampak, termasuk belahan Bumi selatan, daerah di sepanjang Laut Mediterania dan Semenanjung Arab, bagian selatan pantai Pasifik Amerika Utara, termasuk Hawai, Karibia, Filipina, dan Indonesia.
Di banyak wilayah tersebut, permukaan laut diperkirakan akan naik lebih cepat daripada di wilayah yang posisi garis lintangnya lebih tinggi, seperti pantai Pasifik utara Amerika Utara, dan pantai Asia Pasifik.
Gelombang laut melewati batu pemecah ombak sehingga menghantam daratan pesisir pantai wisata Ujong Blang, Lhokseumawe, Aceh, Kamis (27/5/20210). Foto: Rahmad/Antara Foto
Studi baru ini juga sejalan dengan laporan pertemuan sejumlah negara dalam Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2019, yang menyatakan bahwa peristiwa permukaan laut yang ekstrem akan menjadi jauh lebih umum di seluruh dunia pada akhir abad ini karena pemanasan global.
ADVERTISEMENT
Dalam riset ini digambarkan skenario kasus yang terbaik dan terburuk, peneliti menyebutkan masih ada ketidakpastian karena memerlukan riset lanjutan dengan detail yang luar biasa.
Satu skenario terburuk, 99 persen lokasi yang diteliti akan mengalami peningkatan kejadian bencana ekstrem 100 kali lipat pada tahun 2100 dengan pemanasan suhu 1,5 derajat celsius. Di sisi lain, skenario yang terbaik sekitar 70 persen lokasi tidak mengalami banyak perubahan, bahkan dengan adanya potensi kenaikan suhu sampai 5 derajat celsius.