Riset: Lansia yang Rajin Ibadah Jadi Tidak Mudah Pikun

25 Agustus 2019 9:41 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kakek dan nenek. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kakek dan nenek. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Ketika memasuki usia lanjut, banyak orang yang mengkhawatirkan mereka bakal mengalami penurunan daya ingat alias mengalami kepikunan. Kondisi tersebut ditandai dengan sulitnya merekam, mengendalikan, dan mengingat kembali sebuah memori yang telah lewat.
ADVERTISEMENT
Namun ternyata tak demikian dengan para lansia yang memiliki kedekatan dengan Tuhannya. Begitulah hasil penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Aging. Dalam riset ini, disebutkan bahwa mereka yang rata-rata berusia 50 tahun masih memiliki daya ingat yang tajam berkat rutin berdoa dan hadir di acara keagamaan kebaktian.
Penelitian ini ingin membuktikan bahwa pengalaman spiritual seseorang bisa berdampak pula pada kesehatan kognitif mereka, seperti halnya yang terjadi pada beberapa lansia yang menjadi partisipan dalam riset tersebut.
Manfaat menghadiri acara keagamaan dan memanjatkan doa pada Sang Pencipta, menurut penelitian ini, akan lebih berpengaruh di antara orang-orang kulit hitam, Hispanik (orang Spanyol), dan kulit putih.
Dalam penelitian sebelumnya, disebutkan bahwa agama telah memberikan dampak bagi kesehatan fisik dan mental orang dewasa yang minoritas lebih tua. Selanjutnya, Zarina Kraal, Psikolog dari University of Michigan, yang merupakan peneliti dalam riset ini ingin menguji manfaatnya bagi kesehatan kognitif.
Kebaktian di Gereja Kristen Indonesia Jatinegara, Minggu (11/8). Foto: Ajo Darisman/kumparan
Peneliti kemudian menggunakan data yang telah dikumpulkan sejak enam tahun lalu dari Studi Kesehatan dan Pensiunan di University of Michigan. Studi itu melibatkan 16 ribu orang berusia di atas 50 tahun.
ADVERTISEMENT
Para peserta yang menyebutkan etnis mereka, kondisi kesehatan fisik, serta gejala depresi yang mereka alami diminta untuk menyebutkan 10 kata dan harus segera mengingatnya kembali lima menit kemudian.
Menurut Kraal, orang dewasa yang lebih tua dari kaum kulit hitam dan etnis Hispanik lebih banyak melibatkan agama dibandingkan kaum kulit putih. Efek doa dan kehadiran agama pada memori setara dengan orang dewasa yang berkulit hitam dan putih, serta orang dewasa yang berkulit putih dan Hispanik.
Kraal lantas berkesimpulan bahwa aspek sosial dari menghadiri ritual keagamaan erat kaitannya dengan daya ingat orang dewasa yang lebih tua. Mereka yang memiliki keyakinan yang sama pada akhirnya bisa bertemu dan menjalin hubungan sosial saat sedang menghadiri layanan keagamaan bersama-sama. Keterlibatan inilah yang menurut Kraal mampu mempengaruhi fungsi kognitif para lansia tersebut.
Ilustrasi nenek bermain bersama anak dan cucu. Foto: Shutterstock
Terlepas dari manfaat sosial ini, kehadiran seseorang pada setiap ritual keagamaan bisa dikaitkan pula dengan kesehatan kognitif yang lebih baik. Caranya adalah dengan menstimulasi fungsi kognitif melalui kegiatan keagamaan seperti belajar mengamalkan kitab suci dan berkhotbah.
ADVERTISEMENT
Kraal menjelaskan, tuntutan kognitif yang potensial saat memanjatkan doa mampu menunjukkan bahwa praktik keagamaan tersebut juga berhubungan dengan ingatan. Kraal mencontohkan, ingatan sangat mungkin diperlukan ketika berdoa. Doa sendiri sangat bermanfaat untuk relaksasi dan mengusir stres.