news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Riset: Mimpi adalah Cerita Lanjutan dari Apa yang Terjadi di Dunia Nyata

6 September 2020 9:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Perempuan Tidur Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan Tidur Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Mimpi atau bunga tidur yang sering kali menampilkan cerita-cerita absurd tanpa konteks. Di sisi lain, tidak jarang kita memimpikan suatu kejadian yang mirip seperti yang terjadi di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Bagi orang peradaban kuno, mimpi adalah kekuatan supernatural atau spiritual. Sementara di era modern, kebanyakan orang-orang cenderung menganalisis mimpi dan mengaitkannya dengan kehidupan nyata sehingga mimpi tersebut memiliki makna.
Tak jarang orang menggunakan mimpi sebagai petunjuk tentang hal yang ia hadapi jika itu berkaitan dengan kejadian di hidupnya. Ternyata, yang dilakukan manusia era modern bukanlah hal yang aneh atau tidak mungkin. 
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh para peneliti dari Roma Tre University di Italia, mimpi merupakan kelanjutan dari cerita di dunia nyata. Apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, memiliki pengaruh terhadap apa yang seseorang mimpikan.
“Beberapa hasil riset memiliki dukungan kuat terhadap apa yang para peneliti sebut dengan ‘hipotesis kesinambungan mimpi’ di mana kebanyakan dari mimpi adalah kelanjutan dari apa yang terjadi di kehidupan sehari-hari,” jelas Alessandro Fogli, ilmuwan komputer dari Roma Tre University dalam studi soal mimpi, dilansir Science Alert.
Ilustrasi Tidur. Foto: Shutterstock
“Ternyata kehidupan sehari-hari memengaruhi mimpi (misalnya, kecemasan dalam hidup mengarah ke mimpi dengan pengaruh negatif) dan sebaliknya (mimpi yang baik memengaruhi kemampuan dalam memecahkan masalah),” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Teori ini berasal dari karya Sigmund Freud dan kawan-kawan di abad ke-20. Freud mempelopori gagasan bahwa makna tersembunyi dari mimpi dapat dibuka jika dilihat dalam konteks pengalaman dunia nyata seseorang.
Dalam analisis mimpi kontemporer, terapis berusaha membantu pasien menafsirkan arti mimpi mereka. Hal ini biasanya dilakukan melalui rentetan mimpi, mencari petunjuk dalam mimpi, simbol, dan struktur yang mungkin sesuai dengan bagian lain dari kehidupan si pemimpi.
Salah satu metode yang paling sering digunakan untuk menafsirkan mimpi ialah sistem Hall and Van de Castle. Sistem ini mengkodifikasi mimpi lewat karakter yang muncul di dalam mimpi, interaksi yang dilakukan si karakter, dan efek interaksi ini selanjutnya terhadap karakter.
Namun, metode itu dinilai memiliki proses yang panjang dan memakan waktu yang lama untuk mengidentifikasi mimpi. Itulah sebabnya para ‘peneliti mimpi’ masih mencari solusi algoritma yang dapat mengidentifikasi mimpi secara otomatis dan membuat anotasi konten mimpi yang dikaitkan dengan metode Hall and Van de Castle.
ADVERTISEMENT
Dalam riset terbaru, Fogli dan rekan peneliti lainnya menemukan cara untuk melakukan hal tersebut, mengidentifikasi mimpi dalam skala besar. Mereka mengumpulkan 24.000 mimpi dari database laporan mimpi yang dikenal dengan DreamBank.
Ilustrasi tidur nyenyak. Foto: Dok. Shutterstock
Alat pengolah mimpi yang baru dikembangkan ini menyederhanakan sistem Hall and Van de Castle dengan mengurai teks laporan mimpi dan fokus pada karakter, interaksi sosial, dan kata-kata yang mengandung emosi.
"Ketiga dimensi tersebut dianggap paling penting dalam membantu interpretasi mimpi karena menentukan plot tentang siapa yang hadir, tindakan apa yang dilakukan dan emosi yang diungkapkan," jelas tim peneliti.
Ketika membandingkan dari alat pengolah bahasa dengan catatan laporan mimpi yang dianotasi secara manual oleh para peneliti, hasilnya menunjukkan kesesuaian hingga 75 persen. Memang bukan nilai yang sempurna, tetapi perkembangan teknologi seperti ini dapat mengarah ke terobosan baru dalam penelitian soal mimpi.
ADVERTISEMENT
Penelitian tersebut juga membuktikan data mereka soal hipotesis bahwa mimpi adalah kelanjutan dari apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Menurut para peneliti, laporan mimpi bisa menjadi "penanda statistik" yang mencerminkan apa yang mungkin dialami si pemimpi dalam kehidupan nyata.
Memang masih cukup jauh untuk bisa benar-benar memaknai mimpi, namun pendekatan seperti ini diklaim akan mempermudah untuk mengukur aspek penting dari mimpi. Bukan tidak mungkin jika ke depannya peneliti bisa membangun teknologi yang menjembatani kesenjangan saat ini antara kehidupan nyata dan mimpi.