Riset: Obesitas dan Diabetes Bikin Otak Bodoh

30 April 2019 7:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi makanan. Foto: dok.istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi makanan. Foto: dok.istimewa
ADVERTISEMENT
Hasil sebuah riset menunjukkan bahwa obesitas dan diabetes bisa mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mempelajari dan memahami hal-hal baru. Riset ini menemukan adanya hubungan langsung antara tingginya tingkat gangguan kognitif dengan kondisi kegemukan yang berlebih dan diabetes.
ADVERTISEMENT
Pendek kata, riset ini menemukan bahwa kondisi obesitas dan diabetes bisa membuat otak lebih lambat dalam belajar alias bodoh. Temuan dari riset ini telah secara resmi dipublikasikan di Journal of Neuroscience pada 15 Maret lalu.
Temuan riset ini menunjukkan bahwa kondisi obesitas dan diabetes dapat memicu aktivasi kronis reseptor Adora2a. Adora2a ini kemudian merusak sawar darah otak, membran pemisahan sirkulasi darah dari cairan ekstraseluler otak dalam sistem saraf pusat. Membran ini berfungsi mendukung fungsi pembelajaran dan memori.
Ilustrasi otak manusia. Foto: Shutterstock
Adora2a sendiri sebenarnya merupakan molekul yang mendukung hubungan yang sehat antara aktivitas otak dan aliran darah. Namun ketika dilepaskan pada tingkat tinggi, yang biasanya terjadi pada orang-orang yang mengalami obesitas dan diabetes, reseptor ini dapat menyebabkan masalah di otak.
ADVERTISEMENT
"Kami sudah tahu bahwa obesitas dan resistensi insulin menghancurkan sawar darah otak pada manusia dan model hewan, tetapi bagaimana tepatnya tetap menjadi misteri," kata Alexis Stranahan, ahli saraf di Medical College of Georgia, dalam sebuah pernyataan yang dikutip oleh Medical Daily. Oleh sebab itulah, para ilmuwan dari Swedia itu membuat riset ini dan kemudian menemukan hal ini berkaitan dengan dengan Adora2a.
Metode percobaan
Dalam riset ini para peneliti melakukan percobaan pada beberapa tikus muda. Mereka memberi makan tikus-tikus itu dengan menu makanan yang tinggi lemak dan membuat hewan-hewan itu mengalami diabetes.
Tim peneliti kemudian melakukan tes kognitif terhadap para tikus itu, antara lain berupa tes pengenalan objek dan manuver di labirin air. Selain itu, para peneliti juga memeriksa fungsi normal tikus-tikus itu, misalnya fungsi motorik sederhana mereka.
Pasien diabetes tak masalah makan coklat. Foto: Thinkstock
ADVERTISEMENT
Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa obesitas dan diabetes mengekspos otak tikus-tikus itu dengan banyak molekul Adora2a dan mempengaruhi pembuluh darah mereka sehingga menyebabkan peradangan dan gangguan kognitif.
Berdasarkan hasil riset ini, para peneliti kemudian mengatakan bahwa mencegah peningkatan pelepasan Adora2a dapat melindungi orang-orang dari efek negatif obesitas dan diabetes tersebut.
Ke depan, tim peneliti berencana untuk melakukan studi lebih lanjut guna mengetahui sinyal mana yang mengaktifkan Adora2a pada tikus-tikus obesitas itu.