Riset: Orang Bertubuh Tinggi Punya Risiko Lebih Besar Kena Kanker

24 Oktober 2018 17:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Legenda basket China, Yao Ming. (Foto: AFP Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Legenda basket China, Yao Ming. (Foto: AFP Photo)
ADVERTISEMENT
Orang bertubuh tinggi memiliki risiko terkena kanker yang lebih tinggi, karena mereka lebih besar dan memiliki lebih banyak sel di tubuhnya yang bisa menyebabkan terjadinya mutasi berbahaya.
ADVERTISEMENT
Temuan ini berasal dari hasil riset terbaru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the Royal Society B.
The Guardian melansir, bahwa sebelumnya sudah ada beberapa riset yang menemukan hubungan antara tinggi badan dengan risiko kanker. Dijelaskan bahwa untuk setiap tinggi lebih 10 sentimeter dalam kisaran tinggi normal manusia, risiko kanker meningkat hingga 10 persen.
Hubungan serupa juga ditemukan pada anjing. Perawatan yang membuat mereka tumbuh lebih besar dari ukuran normal menyebabkannya memiliki risiko kanker yang juga lebih tinggi.
Para ilmuwan sendiri telah memberikan beberapa penjelasan berbeda mengenai hal ini. Mereka berpendapat, pertumbuhan hormon bisa berperan dalam hal tinggi badan dan juga kanker, atau faktor lingkungan seperti nutrisi atau penyakit yang didapat saat masih anak-anak juga bisa menjadi salah satu faktor penyebab.
ADVERTISEMENT
"Salah satu hipotesis besar atas hal ini adalah sesuatu terjadi di awal kehidupan yang membuat sel Anda lebih rentan terhadap kanker dan, secara tidak sengaja, membuat Anda lebih tinggi," kata Leonard Nunney, profesor biologi di University of California Riverside sekaligus pemimpin riset terbaru.
Tapi, Nunney mengatakan bahwa ia telah mendapatkan data untuk menunjukkan kalau risiko kanker adalah masalah ukuran, yakni orang bertubuh tinggi memiliki lebih banyak sel yang bisa mengalami mutasi berbahaya.
Ia menjelaskan bahwa risetnya berdasarkan pada model dasar bagaimana kanker berkembang, yang individu mengakumulasi mutasi di selnya (selain sel sperma atau sel telur). Ketika sebuah set mutasi muncul maka suatu jenis kanker akan mulai berkembang. Teori ini memberikan anggapan bahwa memiliki lebih banyak sel atau lebih banyak pembelahan pada sel dapat meningkatkan risiko kanker.
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sel dalam tubuh. (Foto: Thinkstock)
Nunney membandingkan risiko kanker jenis apa pun secara keseluruhan dari pria dan perempuan bertubuh tinggi dari riset sebelumnya dengan kalkulasi berdasarkan jumlah sel di tubuh.
ADVERTISEMENT
Hasil perbandingan menunjukkan, prediksinya sejalan dengan pengamatan dunia nyata. Ditemukan ada 13 persen peningkatan risiko kanker bagi perempuan pada setiap peningkatan tinggi 10 sentimeter dibandingkan pengamatan langsung. Sementara ia juga memprediksi adanya 11 persen peningkatan risiko kanker pada pria dengan peningkatan tinggi 10 sentimeter.
Secara keseluruhan, hubungan antara peningkatan risiko kanker dengan tinggi badan ditemukan pada 18 dari 23 jenis kanker yang dipelajari. Nunney mengatakan bahwa beberapa jenis kanker mungkin menunjukkan tidak adanya hubungan karena efek tinggi badan tertutupi oleh faktor penyebab lain, seperti misalnya infeksi HPV bagi kanker serviks.
Duta kanker serviks. (Foto: Instagram @hannahalrashid)
zoom-in-whitePerbesar
Duta kanker serviks. (Foto: Instagram @hannahalrashid)
Namun, Nunney menjelaskan bahwa temuannya memberikan jawaban bahwa jumlah sel juga penting untuk diperhatikan.
"Tidak peduli apakah jumlah sel yang banyak adalah akibat gaya makan yang baik atau fakta bahwa orang tua Anda juga tinggi, ini murni jumlah sel," kata Nunney.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, Nunney menambahkan bahwa perbedaan tinggi tampaknya tidak menjelaskan secara keseluruhan kenapa pria memiliki risiko kanker yang lebih tinggi dibanding kaum perempuan.
Kanker kulit
Hasil riset Nunney juga mengungkap bahwa kanker kulit melanoma menunjukkan hubungan yang kuat dengan tinggi badan. Menurut Nunney, hal ini mungkin karena orang dengan tubuh tinggi memiliki tingkat hormon pertumbuhan IGF-1 yang sedikit lebih tinggi.
Ia menjelaskan bahwa hormon itu meningkatkan tingkat pembelahan pada sel dan mungkin memberikan efek yang lebih kuat pada sel-sel di kulit dibanding pada sel-sel lain karena mungkin melanoma memerlukan mutasi yang lebih banyak dibanding kanker jenis lain.
Tahi lalat abnormal, gejala kanker kulit. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Tahi lalat abnormal, gejala kanker kulit. (Foto: Thinkstock)
Berdasarkan asumsi
Sementara itu, direktur Molecular and Clinical Sciences Research Institute di St George’s University of London, Dorothy Bennett, mengatakan bahwa riset baru ini dilakukan dengan cukup baik, walau kalkulasi Nunney masih menggunakan beberapa asumsi, seperti peningkatan risiko kanker dengan hubungan langsung pada tinggi orang dewasa.
ADVERTISEMENT
"Simplifikasi yang dilakukan terlihat cukup beralasan, dan karena itu kesimpulan utama riset mungkin akan menjadi anggapan yang paling didukung untuk sekarang ini," ujar Bennett.
"Terutama bagi sebagian besar tipe kanker, jumlah sel bisa memprediksi hubungan antara tinggi dan kanker, tanpa perlu menambahkan faktor tambahan," tambahnya.
Ilustrasi kanker (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kanker (Foto: Thinstock)
Meski begitu, Bennet berpendapat bahwa tidak ada alasan kuat yang mendukung hubungan kuat antara melanoma dengan tinggi badan.
Georgina Hill dari Cancer Research UK di Inggris mengatakan bahwa orang-orang tidak perlu khawatir atas bentuk tubuhnya.
"Ada beberapa riset yang sebelumnya dilakukan telah menunjukkan bahwa orang yang lebih tinggi tampaknya memiliki risiko kanker yang sedikit lebih tinggi," kata dia.
"Namun peningkatan risiko sangat kecil dan banyak hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko perkembangan kanker, seperti tidak merokok dan menjaga berat badan yang sehat," imbuh dia.
ADVERTISEMENT