Riset: Orang yang Tak Vaksin 3 Kali Lipat Lebih Mungkin Kena Corona

6 Agustus 2021 7:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga antre mendaftar vaksinasi di kawasan Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (4/8/2021). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Warga antre mendaftar vaksinasi di kawasan Jalan Yos Sudarso, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Rabu (4/8/2021). Foto: Makna Zaezar/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Riset baru dari Imperial College London menyebutkan, orang yang tidak divaksin lengkap memiliki kemungkinan tiga kali lipat terinfeksi virus corona dibanding mereka yang sudah disuntik vaksin corona. Laporan tersebut juga menyinggung efektivitas vaksin COVID-19 turun menjadi 49 persen untuk melawan virus corona varian Delta yang tengah melonjak di dunia.
ADVERTISEMENT
Temuan ini didasarkan pada tes swab COVID-19 dan analisis genom yang diambil dari 98.233 orang antara 24 Juni dan 12 Juli 2021. Dalam kelompok sampel itu, sebanyak 527 orang dinyatakan positif virus corona. Dan dari 254 sampel yang dianalisis secara genetik, semuanya terinfeksi corona varian Delta.
Para peneliti mengatakan bahwa secara keseluruhan, prevalensi kasus positif pada orang yang tidak divaksinasi adalah 1,21 persen, tiga kali lebih tinggi dari prevalensi 0,40 persen pada orang yang divaksinasi lengkap. Mereka juga menemukan bahwa viral load pasien COVID-19 yang sudah divaksin lebih rendah ketimbang pasien yang belum divaksinasi.
"Prevalensi di antara mereka yang melaporkan tidak divaksinasi tiga kali lipat lebih tinggi daripada mereka yang melaporkan divaksinasi lengkap. Namun ... 44 persen infeksi terjadi pada individu yang divaksinasi lengkap, mencerminkan efektivitas vaksin yang tidak sempurna terhadap infeksi meskipun tingkat vaksinasi secara keseluruhan tinggi," kata para peneliti dalam laporannya yang belum ditinjau oleh rekan sejawat peneliti (peer-review).
ADVERTISEMENT
“Perkiraan efektivitas vaksin kami terhadap semua infeksi SARS-CoV-2 untuk dua dosis vaksin adalah 49 persen dalam data terbaru,” sambung peneliti.
Peneliti mengatakan, efektivitas vaksin “meningkat menjadi 58 persen” ketika batas Ct value definisi kasus positif diubah menjadi kurang dari 27.
Pekerja menunggu menerima vaksin pada acara vaksinasi di pabrik Epson Cikarang, Rabu (4/8/2021). Foto: Dok. Kadin
Efektivitas vaksin yang disampaikan riset Imperial College London lebih kecil ketimbang laporan efektivitas vaksin sebelumnya.
Pada Mei 2021, misalnya, Public Health England menemukan bahwa dua dosis vaksin Pfizer punya efektivitas hingga 88 persen. Public Health England juga menemukan bahwa dua dosis vaksin AstraZeneca 60 persen efektif terhadap varian Delta.
Para peneliti Imperial College mengakui bahwa estimasi efektivitas vaksin mereka lebih rendah daripada riset dari lembaga lain. “Perkiraan ini lebih rendah dari yang lain, tetapi konsisten dengan data yang lebih baru dari Israel,” tulis para peneliti.
ADVERTISEMENT
Israel memang menemukan bahwa kemanjuran vaksin Pfizer turun menjadi 39 persen ketika melawan corona varian Delta turun. Meski demikian, vaksin itu masih 88 persen efektif mencegah pasien dirawat inap dan 91 persen menghindari gejala parah COVID-19.
Para peneliti Imperial College London mengatakan, hasil temuan mereka yang berbeda dari Public Health England bukanlah hal yang mengejutkan. Sebab, riset yang dilakukan Public Health England didasarkan pada mereka yang memiliki gejala dan dites, sementara studi Imperial College London memiliki sampel yang lebih banyak dan random.
"Kami sedang melihat efektivitas terhadap infeksi di antara sampel acak dari populasi umum, yang mencakup individu tanpa gejala," kata pemimpin studi sekaligus ahli epidemiologi Imperial College London, Paul Elliot, dikutip dari Reuters.
ADVERTISEMENT
"Jadi sekali lagi, ini sekelompok orang (sampel penelitian) yang berbeda."

Vaksin lebih baik ketimbang tidak vaksin

Meski efektivitasnya jauh lebih rendah ketimbang riset yang dilaporkan lembaga lain, para peneliti mengatakan bahwa gejala yang dialami orang yang divaksinasi lebih ringan ketimbang mereka yang belum divaksin.
“Nilai Ct median lebih tinggi untuk peserta yang divaksinasi pada 27,6 dibandingkan dengan yang tidak divaksinasi pada 23,1,” kata para peneliti. “Nilai Ct yang lebih tinggi di antara orang yang divaksinasi menunjukkan tingkat infeksi yang lebih rendah.”
Selain itu, para peneliti menemukan bahwa, ketika melakukan kontak dengan orang yang positif COVID-19, orang yang sudah disuntik dua dosis vaksin corona lebih kecil kemungkinannya terpapar COVID-19 ketimbang orang yang tidak divaksinasi.
Petugas kesehatan memberikan dosis Vaksinasi COVID-19 pada Sentra INKINDO DKI Jakarta dan masyarakat sekitar, di One Bellpark Mall, Jakarta Selatan, Selasa (13/7). Foto: Pemprov DKI Jakarta
Oleh karena itu, peneliti menganggap bahwa vaksin corona yang ada saat ini masih bermanfaat untuk melindungi orang dari COVID-19.
ADVERTISEMENT
“Temuan ini mengkonfirmasi data kami sebelumnya yang menunjukkan bahwa kedua dosis vaksin menawarkan perlindungan yang baik terhadap infeksi,” kata Elliot dalam keterangan resminya.
“Namun kita juga dapat melihat bahwa masih ada risiko infeksi, karena tidak ada vaksin yang 100% efektif, dan kita tahu bahwa beberapa orang yang divaksinasi ganda masih bisa sakit karena virus.”
Dengan temuan ini, Elliot meminta kita tetap harus bertindak dengan hati-hati untuk membantu melindungi satu sama lain dan menekan laju infeksi.

Vaksin corona dan varian Delta: masih ada hal yang kita tidak tahu

Meski riset dari Imperial College London menunjukkan viral load yang lebih rendah pada pasien COVID-19 yang telah divaksinasi lengkap, kita masih belum tahu seberapa besar penularan virus corona dari orang yang telah divaksinasi.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) di AS menemukan bukti bahwa orang yang telah divaksinasi dapat menularkan virus corona ke orang lain. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjawab masalah ini.
Dengan bukti bahwa orang yang divaksinasi masih dapat tertular virus corona dan menularkan orang lain, para ahli mengingatkan agar orang yang sudah divaksin untuk tetap menjaga protokol kesehatan seperti memakai masker dan menjaga jarak.
Selain itu, Imperial College London tidak mendetail efektivitas masing-masing jenis vaksin. Artinya, riset mereka tidak menjelaskan berapa efektivitas vaksin Pfizer dan AstraZeneca. Di Inggris sendiri, ada empat jenis vaksin COVID-19 yang dipakai, yang terdiri dari Pfizer, AstraZeneca, Moderna and Janssen.